#6 - Tears

240K 6.2K 571
                                    




----------
[[[[[BROTHER!]]]]]
----------
Part #6 - Tears


"Bangun kamu!!!" Bentakan itu, aku mendengarnya. Rasa sakit hati ini, aku bisa merasakannya. Aku merasakan kehadiran mereka kembali.

"D-daddy?" Dad terlihat marah. Tatapannya, tatapan itu lagi yang kurasakan menusukku sampai tulang rusuk.

Pandanganku masih buram karena bangun tidur, tapi rasa sesak di dadaku langsung terasa. Perasaan sakit seperti ini sudah lama kulupakan, namun karena bentakan tadi semua yang sudah aku coba lupakan teringat seketika.

Perasaan takut yang menghantui, sesak dadaku sehingga aku sulit bernafas. Aku mengingat semuanya.

Lukaku kembali terbuka.

"D-dad?" Suaraku bergetar seperti badanku. Kutarik selimut untuk lebih menutupi tubuhku, tapi daddy melemparkan satu kain padaku.

Matanya memerah, ada sedikit urat yang terukir di mata putihnya.

Saat kulihat apa yang dia lempar tadi langsung kupakai, kemeja putih yang kutahu tadi malam Kak Justin memakai itu.

Dengan badan bergetar dan perasaan yang sangat ketakutan, akhirnya kemeja itu berhasil membalut tubuhku.

Otakku baru mengingatkanku bahwa aku sama sekali tidak berbusana sebelum memakai kemeja ini.

Badanku tertarik. Bukan. Aku ditarik oleh dad sampai tersujud di lantai, tepat di depan kakinya. Pemandangan ini, lantai yang berjarak hanya beberapa mili meter dari wajahku.

Perasaan takut yang hampir terkubur di benakku seolah ada ledakan yang membuka kuburan itu sendiri.

"Apa yang kau lakukan di sini? Hah!? JAWAB!!!!" Mataku sembab, mendengar suara itu perlahan kuangkat kepalaku untuk melihat dad.

Tapi belum sempat aku meluruskan kepalaku seolah ada yang menyengat kulit kepalaku. Rambutku ditarik kencang. Aku dijambak. Pria itu menarik rambutku sampai kepalaku mengikuti tangannya.

Bukan hanya kepalaku yang terasa sakit dan pusing. Aku lemas, badanku terduduk karena kepalaku tertarik keatas.

Tak tahan, tanganku berusaha melepaskan tangan besar itu dari atas kepalaku, tapi jambakannya malah semakin kuat.

"D..aad sakkit.." aku merintih lemas. Kepalaku terasa perih. Panas. Kugenggam pergelangan tangannya sampai tak sadar aku mencakar tangan itu.

"Tidur telanjang di atas ranjang kakak kamu sendiri! Iya? Apa itu yang namanya keluarga!? HAH!!" bentakan diakhirnya bertambah pula jambakan dirambutku. Jika seperti ini akan banyak rambutku yang tercabut dari tanahnya.

"Aku ti---" seketika ucapanku terhenti.

Kupingku berdengung. Kepalaku berat seakan dunia berputar.

Karena terlalu fokus pada kepalaku sampai tak sadar entah daddy menamparku atau menghantam kepalaku dengan kepalan tangannya.

Hanya bisa berterima kasih pada tuhan karena jambakan itu lepas, meski tidak lama. Aku bisa merasakan bahwa kepalaku membentur sesuatu tadi, sebelum rambutku terasa tertarik kembali membawa kepala dan rambutku untuk bangkit.

"Nggssh.. " kutahan dengan tanganku yang bergetar, tapi kekuatan tangan dad jauh lebih besar.

"Dengerin kata-kata saya!" Bentakannya tepat di depan wajahku yang sudah menangis, sembab tak karuan.

Brother! [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang