Yo yi ya ... balik lagi kita..
Gue mau promot akun twitter gue dulu yah.. hehehe jangan lupa follow akun gue yg ini
Oke oke oke.. dan sebelum baca.. mariiii ★★★★★★
VOTE
VOTE
VOTE
{[----------BROTHER!----------]}
15
Kuputuskan untuk tidur didekatnya. dilantai dengan selimut yang kutumpuk. ternyata nyaman juga tidur seperti ini.
Sambil terus mengelus tangannya aku bisa tertidur pulas.
_____________
Saat pagi aku terbangun, keadaan masih sama seperti tadi malam. Justin tertidur di sofa dengan kemejanya yang berantakan dan aku yang nenemaninya tidur di lantai dengan selimut. Karena mungkin dia masih sangat lelah, jadi aku bangun saja dan mebuat sarapan.
Tanganku membuka lemari es, di mana ada beberapa bahan makanan yang siap untuk dimasak. Tentu saja bukan makanan yang sulit untuk dimasak. Ada daging merah dan kuambil itu. Pagi ini aku membuat daging asap untuk dijadikan sandwich. Juga menyiapkan susu. Yang aku tahu, susu bisa membuat orang yang mabuk merasa lebih baik. Pasti ini kan membantu.
Setelah selesai masak, semua sandwich aku taruh di meja makan beserta susunya. Kusiapkan serapih mungkin makanannya dan sedikit soup yang kumasak kemarin sore karena aku lapar. Kuhampiri lagi Justin yang berada di ruang tv. Ternyata dia masih tertidur. Tapi tunggu, mengapa dia bisa sekotor ini? Tadi malam dia memang terlihat kotor, tapi sekarang, ini sangat kotor. Aku baru menyadarinya? mungkin saja.
Kudekati dia, satu langkah aku berjalan badannya bergerak dan matanya membuka perlahan. Luka di pelipisnya sudah mengering dan membekas di sana.
"Arrghh ..." dia merintih sambil memegangi kepalanya. Matanya tertutup keras dan dahinya mengerut. aku langsung berlari kedapur mengambil air mineral untuknya dan bergegas kembali ke ruang tv.
"Mi-minumlah..." kubantu dia untuk duduk. dan menyodorkan gelas padanya.
Ibu jariku mengelus luka yang ada di pelipisnya membuat lelaki gagah itu meringis.
"Awh...."
"Justin, sebenarnya apa yang kau lakukan sampai berantakan seperti ini? lihat wajahmu. Kau juga mabuk tadi malam dan untung saja kau sampai di apartemen ini dengan selamat," ucapku panjang lebar. Dia masih meringis menahan sakit. Pasti dia merasa pusing. Karena mabuk, juga karena luka yang ada di pelipisnya itu.
Dia belum menjawab pertanyaanku. Aku juga hanya bisa diam sambil duduk di sebelahnya dan terus mengelus kepalanya. Setelah beberapa menit menenangkannya, akhirnya dia angkat bicara. Nmun suaranya sanga berat.
"Aku tidak ingat apa yang terjadi tadi malam,hanya saja ..." jelasnya dengan menggantung membuatku menunggu. Dia menoleh kearahku dan menatap wajahku yang penasaran, "aku tidak bisa menahan emosi," ujarnya lagi lalu menatap lurus.
Perasaanku tidak tega melihatnya seperti ini. Kupeluk tubuhnya erat, kutumpukan kepalaku di bahunya. Sama dengan keadaanku yang sangat khawatir saat ayah kandungku terkena masalah sebelum dia meninggal. Tidak. Rasa ini bahkan lebih khawatir. Aku khawatir dan sedih melihatnya seperti ini. Aku ingin membantu, tapi aku juga tidak tahu harus berbuat apa.
Sepertinya Justin juga tidak mau menceritakannya padaku. Tapi kan aku belum mencoba.
"Kau bisa cerita padaku tentang masalahmu," ucapku lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother! [REVISION]
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] you must be 18+ for available to read this story. this about your brother start to make out with you. FOLLOW ME first for reading :) Don't forget to Comment and Like