#9 - Peace

230K 5.8K 21
                                    

Cmon sebelum baca

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

—————

[[[[[BROTHER!]]]]]

—————

Part #9 - Peace


Ladie Cranklin Point Of View

Dia terdiam sebentar. "Huft.. baiklah. Tapi kau harus tidur," dia berdiri dan mencium keningku. Kulihat dia berjalan ke sofa dan merebahkan tubuhnya di atas sana.

Akhirnya...

Dia membaringkan dirinya di sofa menghadapku. Mungkin dia masih ingin menjagaku sebelum tidur.

Kak Justin... kau begitu baik.

Sebenarnya setelah mimpi buruk itu, sekarang aku tidak bisa tidur. Rasa kantuk pun entah hilang kemana. Jadi, sekarang mataku kembali terbuka. Kulirik kak Justin yang ternyata telah menutup matanya. Semoga dia bisa tidur nyenyak malam ini. Amin.

Baju kak Justin ternyata sangat besar di badanku, sampai bisa menutupi lututku. Mungkin di badanya ini sampai paha, tapi di tubuhku ini sampai lutut. Kaos kak Justin memang sedikit aneh bentuknya, seperti double tapi menyatu.

Aku terbangun, sampai jam 3 aku bisa kembali tidur dan selama itu aku memperhatikan kedua selang yang menusuk kulitku ini.


-----


Udara pagi sangat menyegarkan kepalaku. Setelah tidur jam 3, aku terbangun lagi jam 7. Sedangkan kak Justin masih tertidur. Sempat kuperhatikan wajahnya ketika tidur, sangat imut dan tampan. Kutiup hidungnya dan dia hanya bergerak sedikit. Biasanya dia yang akan bangun lebih dulu daripadaku, tapi sekarang malah aku mengganggunya pun dia tetap tertidur. Apa selelah itu kah kak Justin?

Akhirnya kubiarkan saja dia di atas sofa dan pergi ke balkon. Memandang kota New York di pagi hari. Ternyata kamarku berada di lantai yang lumayan tinggi. Udara di sini juga sangat sejuk. Sambil ditemani tiang roda yang membawa kedua kantung infusanku, aku berdiri menyandar di bakon. Menghirup dalam nikmat yang masih bisa kurasa. Membuat kepalaku terasa ringan dan segar.

Cklekk!

Suara pintu terbuka kasar membuatku kaget dan langsung menoleh ke belakang.

Ada kak Justin berdiri di pintu dengan nafas yang memburu. Seperti sudah dikejar hantu. Wajahnya tegang, tangannya mencengkram pintu dan menatapku tajam. Tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah lega.

"Kakak kenapa?" Tanyaku heran.

"Kamu membuatku sangat cemas, Ladie." Dia berjalan menghampiriku dengan nafasnya yang masih memburu.

"Cemas kenapa? Aku disini," jawabku membalikkan badanku menghadap luar, dan sekarang kak Justin berada di belakangku. Menempatkan tangannya dikedua sisiku sambil memegang ujung pembatas yang terbuat dari kaca.

Sekarang aku bisa merasakan nafasnya di rambutku. Dadanya menyentuh punggungku yang terbalut kaosnya. Jika seperti ini aku merasa ingin bersentuhan langsung dengan dadanya tanpa harus terhalang sehelai benang pun.

Brother! [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang