Aku melangkahkan kakiku menuju lantai atas untuk mandi sejenak. Sekalian melupakan kejadian yang membuatku cukup syok hari ini.
"Misi, kamu ngalangin jalan," ucapku ketika Zach sedang asik dengan layar handphonenya dan berdiri di dekat pintu kamar mandi. Sedangkan aku ingin membersihkan diriku. Dan dia menghalangi jalanku.
Sejujurnya aku sangat tidak ingin menggunakan aku-kamu diantara percakapan kami. Tapi Zach terlalu keras kepala.
"Iya sayang," Jawabnya. Menjijikan.
"Disgusting," Bisikku dan Zach mengalihkan pandangannya padaku, menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya. Aku hanya memutar bola mataku dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
Setelah berendam di bathub untuk beberapa saat, akhirnya pikiran ku mulai membaik. Walaupun tidak 100% benar-benar membaik. Tapi, jika dipikir-pikir, lebih baik aku tinggal di Seattle daripada harus menikah dengannya. Mommy kenapa mesti menjodohkan ku dengan Zach sih? Kan bisa sama yang lain.
Aku melihat Zach sudah mengenakan kaos polos hitam lalu dengan celana pendek hitam. Kaos polos itu mencetak tubuh bidangnya, biasanya di novel laki-laki lebih suka bertelanjang dada. Namun, kenapa dia tidak?
Hey hey! Lupakan pikiran mesummu Cara!
Aku menghampirinya yang sedang sibuk dengan macbook nya. Kali ini style ku simple. Hanya kaos polos berwarna putih, dan celana sweatpants berwarna merah maroon.
"Kamu mau makan apa sore ini?" Tanyaku. Aku belum terbiasa dengan panggilan 'aku' dan 'kamu'. Cih, padahal aku sudah biasa menggunakan kata ini dengan para murid perempuan di sekolahku dulu. Kamu saja Car, yang merasa gengsi.
"Terserah," jawabnya singkat dan matanya masih terfokus pada macbook nya.
"Nasi goreng sosis sama telor mau?" Tawarku padanya, ya walaupun sangat simpel, tapi begitulah. Aku tidak ada niatan memasakkan sesuatu yang spesial untuk Zach—lebih tepatnya calon suamiku.
"Yaudah," Jawabnya singkat.
Aku pun langsung menuju dapur yang terdapat pada lantai 1.
KRANG!
Tiba-tiba aku terjatuh dari tangga karena kehilangan keseimbanganku dan menyenggol meja yang terdapat pot hingga terjatuh. Tak sengaja aku menancapkan kakiku pada beling pecahan pot. Kepala aku terbentur meja dan semua menjadi gelap.
Zach POV
Aku mendengar suara gaduh di bawah sana. Dengan cepat aku menghampiri sumber suara tersebut. Rupanya Cara sudah terlentang dibawah sana dengan darah mengalir di kakinya serta kepala yang terlihat biru akibat terbentur.
"Cara?!" Aku langsung menghampirinya dan berusaha membangunkannya. Namun usaha ku gagal, dia tak terbangun sama sekali. Aku mengecek nafasnya, rupanya dia masih bernafas.
Aku membopong tubuhnya dan membawanya menuju ke kamar lantai atas. Lalu perlahan aku membaringkan tubuh nya di ranjang kamar. Aku kemudian langsung mengambil minyak kayu putih yang ada di kotak P3K dan memberikan pada hidungnya agar dia cepat sadar.
"Astaga," Aku kaget melihat tancapan beling pada kakinya. Aku tidak tau kalau kakiknya juga ikutan terluka. Aku pun langsung segera menghubungi dokter Ghilbran agar dapat mengobati istriku.
Aku membuka handphone ku, aku langsung mengklik applikasi telfon dan mulai mencari kontak bernama 'Dr. Ghilbran' dan menghubunginya.
"Halo dok?" Sapaku pada Domter Ghilbran.
"Iya?" Jawabnya dengan santai.
"Dok, istri saya jatoh dari tangga, kakinhya tertancap beling. Bisa datang kemari untuk mengtasi lukanya?" Tanyaku dengan keringat dingin bercucuran di keningku.
Aku hanya terlalu khawatir. Tapi bukankah itu wajar? Aku takut hal yang tidak aku inginkan terjadi pada Cara.
"Eh? Iya. Saya akan dtang 10 menit," Ucapnya langsung dengan mantap.
"Iya dok secepatnya ya. Terima kasih," Aku membuang nafasku lega.
"Ugh.." Desah Cara yang sudah bangun dari pingsan nya. Aku langsung memegangi dahinya yang juga berkeringat dingin, aku memperhatikkan wajahnya dengan khawatir.
"Cara? Kau baik-baik saja kan?" Tanyaku cemas pada keadaannya, dia tersenyum kikuk dan menatap wajahku.
"Eh, Iya kok. Gak apa-apa," Jawabnya agak kikuk, aku tersenyum lega mendengarnya.
Dia perlahan menggerakan badannya, dia baru saja mau beranjak dari kasur sambil memegangi kepalanya yang biru. Aku langsung menahan tubuhnya yang ingin lari dari keadaan ini.
"Kakimu tertancap beling, sebaiknya kau menunggu dokter datang," Ucapku menghentikkan pemberontakkannya.
"Kakiku? Tertancap beling..?!" Tanyanya kaget dan mulai panik aku mengangguk
"Iya Cara. Sebaiknya kamu berbaring dulu sambil menunggu dokter," Ucapku menenangkannya.
"Tak apa, itu hanya luka kecil," Ujarku kemudian aku mendengar suara pintu rumah diketuk beberapa
kali. Dengan segera aku turun dan membukakan pintu untuk Dr. Ghilbran.Setelah membukakan pintu, aku mempersilahkan Dr. Ghilbran masuk dan menunjukkan dimana Cara berada.
"Zach ini kayaknya istri kamu harus ditemenin. Gak mungkin dia bisa menahan rasa sakit ini sendirian," Ujar Dr. Ghilbran. Apa? Aku harus menemaninya?
"Baik dok," Yasudahlah, aku turuti saja lah. Lagipula Cara adalah perempuan tomboi—yang berarti dia kuat. Jadi aku tidak akan diremas seperti mie kremes.
"Ada apa ini?" Tanyanya khawatir, aku tersenyum dan menggeleng menenangkannya.
"Udah ga apa kok. Pegang tangan aku aja ini akan sakit," hiburku. Aku melihat wajahnya yang ragu untuk membalas uluran tanganku untuk menggengamnya. Namun dia tetap dengan cepat dan menggengamnya.
"Baik," Jawabnya kemudian
"Saya mulai ya," Dokter Ghilbran mulai mengabil pecahan beling di kaki Cara. Cara terlihat mencengkram tanganku kuat sambil memejamkan matanya tak kuat.
-
"Selesai. Jaitannya sudah saya bersihkan. Ini saya kasih obat ya supaya jahitannya cepat kering & sembuh. Oh iya sekalian obat kapsulnya. Kepala kamu terbentur mungkin sedikit nyeri jadi saya kasih obat kapsul juga," Jelas dokter. Aku mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Dr. Ghilbran.
Dr. Ghilbran pun pulang dari rumah. Aku langsung membersihkan pecahan beling yang berada di tangga.
Setelah selesai membersihkan beling, aku menuju lantai 2 dan melihat Cara sudah terbaring pulas karena dia ingin istirahat dan meredakan rasa sakit itu.
"Cara, kata dokter pake obatnya secepatnya. Aku pakein ya," Ucapku.
"Gausah, aku bisa sendiri," Jawabnya menolak perkataanku.
Cara POV
Aku langsung menolak tawarannya. Aku seperti anak kecil saja dipakaikan obat. Dia tak bergumam malah mengambil obat dan langsung mengoleskan pada jaitan ku.
"A-Aw," Pekikku. Rasanya cukup sakit bercampur nyeri serta perih.
"Maaf, aku akan lebih perlahan," Ujarnya menghiburku.
-
edited.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Feeling (EDITED)
Romance#854 IN ROMANCE Cara Delevingne sudah mengenal Zach Johnson sejak kecil. Di masa kecil, Cara bukan peminat para lelaki, hanya perempuan tomboi yang tidak terlalu suka bermain dengan perempuan feminim. Di masa dewasanya dia bertemu lagi dengan teman...