Skip 2 days
Kami sudah berada di apart Jakarta yang sudah terdapat barang mewah disini. Aku tak menyangka, Zach berubah menjadi semanis ini. Padahal dulu dia hanya cowok yang kalem dan gak tau yang namanya cinta.
"Hon, kamu kan capek tidur aja dulu ya," ajak Zach. Memang benar ini sudah jam 9.32 biasanya aku tidur jam 8 karena Zach pulang kerja sekitar jam 5.
"Hm," aku mengiyakan. Perjalanan kami sudah berlangsung 5 jam. Pasti sangat melelahkan, dan Zach juga besok harus kerja. Aku menatap mukanya yang tertidur pulas sambil memelukku.
Aku akan menelpon bossnya dan meminta izin untuk menambahkan cuti 2 hari lagi. Aku beranjak dari tidurku dan menuju ruangan lain agar tak terdengar oleh Zach.
"Hallo boss," ucapku membuka percakapan.
"Eh? Ini mbak Cara ya? Istrinya Zach? Selamat ya atas pernikahannya," tiba-tiba boss Zach langsung berceloteh dengan nada semangat 45.
"Eh iya pak terima kasih. Saya cuman minta izin sama bapak ini suami saya kecapekan dan sedikit gak enak badan. Boleh ambil cuti 2 hari lagi pak?" Tanyaku dan berharap jawaban dari boss itu 'iya'.
"Wah? Boleh kok boleh. Saya mengizinkan. Lagi pula minggu depan perusahaan kami akan diberi cuti 3 bulan. Dan pekerjaan sdah mulai sedikt. Lagian gak cuman Zach yang minta cuti," jawab boss tersebut.
"Wah bagus dong kalo gitu ya pak. Yaudah kalau begitu terima kasih pak," Ucapku.
"Iya," dia menutup telpon nya. Aku merasa lega. Aku kasihan dengan Zach.
"Ngapain kamu?" Tiba-tiba Zach merebut telponnya dari tanganku.
"Eh?" Aku kaget dengan kehadirannya dan menatapnya. Dia terlihat senang bahkan tak curiga.
"Kaget banget. By the way aku denger percakapan kamu sama boss aku. Makasih ya, kasian banget ya sama aku? Sampe minta izin ke boss aku ngasih aku cuti 2 hari lagi." dia tertawa terpingkal pingkal aku hanya memutar bola mataku tak merespon ulahnya.
"Udah bagus aku telponin. Kalo nggak kamu bisa mati kecapekan." dengusku.
"Yehhh iya iya. Yaudah tidur lagi yuk." ajaknya lalu aku mengangguk dan tertidr pulas di pelukannya.
-
Pagi yang cerah, tubuhku terasa capek dan pusing. Mungkin ini karena aktifitas kemarin yang memakan 5 jam itu. Aku memperhatikan sekelilingku, Zach terlihat sudah ada di meja belajarku dulu yang sudah digantikan oleh meja kerja Zach.
"Zach?" Panggilku. Dia menoleh dan tersenyum padaku. Dia terlihat sibuk aku hanya bisa manahan gejolak di hatiku untuk memeluknya sekarang.
"Morning hon," sapanya dengan penuh semangat. Dia menarikku untuk duduk di pangkuannya. Aku memperhatikan lembar-lembar kerja bisnis nya itu. Benar-benar membuat kepala ku pusing, oh ya aku harus mandi. Bisa bisa si Zach illfeel lagi.
"Uda ah aku mau mandi," aku berusaha melepaskan pelukkannya. Akhrnya manjur juga, dia tidak memaksa dan langsung melepaskan ku dari pelukkannya.
-
Aku sedang memasangkan dasi pada leher Zach sekarang. Meskipun aku merasa kesepian, tapi ya mau gimana. Demi nafkahin keluarga juga, kok. Jadi ya aku maklumin aja.
"Gak sedih suaminya kerja lagi?" Candanya menggodaku.
"Biasa aja," jawabku sambil berkonsentrasi dengan dasinya.
"Masa sih?" Dia ragu dengan jawabanku. Maunya apa coba? Mau dibilang sedih gitu ditinggalin?
"Lagi mau nya apa sih kamu." dengusku dan menuju ranjang membereskan selimut dan bantal.
"Ya maunya sih kamu sedih gitu, gak rela kalo aku kerja." jawabnya sambil memeluk tubuhku dari belakang.
"Yauda deh. Aku sedih, sedih banget. Puas tuh," ngalah aja deh dari pada panjang perdepatannya. Males juga aku. Dia membalikkan badanku ke hadapannya dan mencium bibirku memangut nya lembut tanganku sudah melingkar sempurna di lehernya dan tangan Zach ahli menahan pinggangku.
"Yauda aku mau berangkat. Bye," dia melepaskan ciuman kami mengecup keningku lama dan meninggalkanku menuju kantornya.
Aku menghela nafas panjang karena kamar yang cukup mewah ini harus diserahkan kepadaku. Padahal Zach aja gak tinggal di apart semewah ini.
Aku melihat nama Mommy Linda menari-nari di layar Iphone ku. Aku langsung menekan tombol hijau di layar itu dan memulai percakapan.
"Ya mom?" Sapaku.
"Halo sayangg. Lagi apa nih?" Mom Linda mulai ingin tau apa saja yang aku lakukan selama ini dengan Zach.
"Eh? Lagi beresin kamar aja nih Mom sekalian mau ke supermarket, mau belanja." jawabku
"Oh yauda Mom cuman mau nanya aja dengan keadaan kamu sekarang di apart. Enak gak di apart?" Tanya Mom Linda lagi penasaran.
"Eh... Enak kok mom," jawabku ragu. Namti dikira matre aku kalo jawab semangat 45.
"By the way, kamu udah ada pertanda cucu belum? Mom Linda pengen punya cucu nih." Aku hanya bisa menelan ludah mendengar pertanyaan Mom Linda.
"Ehm... Belum mom. Maaf yaa. Kan gak secepat itu untuk punya anak Mom." di ujung telpon terdengar suara tawa Mom Linda yang ngakak.
"Ya gak papa lah sayang. Kan mom gak minta secepat itu. Nikmatin aja ya sayang dulu prosesnya. Mom Linda dulu juga gitu, ga secepat itu Mom dapet anak. Yaudah kalo gitu udahan dulu ya Mom ada urusan nih, udahan dulu ya. Bye."
"Bye," aku mematikan telpon ku. Aku hanya bisa menghela nafas lega,aduh gimana ya?
-
Zach sudah mengenakan kaus berwarna merah maroon dan celana pendek polos berwarna hitam kebiruan. Aku masih memikirkan perkataan Mommy Linda, gimana ya ngomongnya ke Zach? Nanti dia pikir aku mesum lagi!
"Honey," tiba-tiba tangan Zach sudah melambai-lambai tepat di depan mataku. Aku kaget dan langsung menjauhkan tangannya dari mukaku.
"Eh? Kenapa?" Tanyaku dan dia hanya menatapku bingung. Aku hanya bisa nyengir
"Kamu ngelamun terus sih hon. Mikirin apa sih?" Dia curiga denganku yang tadinya dia sibuk dengan Ipadnya sekarang sudah mematikan ipadnya dan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku.
"Eh? Nggak kok." Jawabku dan langsung sibuk dengan Iphone ku. Dia menatapku curiga. Curigaan banget sih?
"Nggak salah lagi maksud kamu?" Tanya nya lagi untuk mengklarifikasi lagi.
"Apaan sih Zach... Aku gak kenapa-napa jugaaaa aku ngantuk nih uda ah," aku langsung merabahkan tubuhku dikasur. Ya seharusnya aku sudah tidur dari tadi, karena jam sudah menujukkan pukul 10.53. Aku tertidur pulas di pelukkannya.
-
Edited.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Feeling (EDITED)
Romance#854 IN ROMANCE Cara Delevingne sudah mengenal Zach Johnson sejak kecil. Di masa kecil, Cara bukan peminat para lelaki, hanya perempuan tomboi yang tidak terlalu suka bermain dengan perempuan feminim. Di masa dewasanya dia bertemu lagi dengan teman...