Chapter 2

8K 561 2
                                    

Setelah memarkirkan mobil, dengan cepat aku berjalan menuju ruanganku. Tidak lama lagi dosenku akan masuk. Apabila aku telat masuk, maka celakalah aku. Selain memakan malu, aku juga pasti akan dihukum habis-habisan oleh dosenku ini.

Sepertinya keberuntungan memang berpihak padaku. Dosenku yang mengerikan itu belum masuk. Harusnya dia sudah masuk sejak 37 detik yang lalu. Dan kalau saja dia sudah masuk, pasti sekarang dia tengah mengomeliku hanya karena aku telat masuk 37 detik. Oh, aku sudah sangat menghafal sifatnya itu. Bahkan juga waktu masuknya ke ruanganku. Tidak pernah telat walaupun hanya 1 detik. Selalu saja tepat waktu dan selalu saja di waktu yang sama. Jam, menit, detik, selalu di angka itu. Tidak pernah berpindah ke angka yang lain. Tapi kali ini, dia masuk lebih telat dari biasanya. Entah ada masalah apa padanya hari ini. Entahlah. Aku juga tidak ingin tahu tentang hal itu. Bukan urusanku juga, bukan?

Dengan nafas ngos-ngosan, aku melemparkan diriku pada bangku yang telah menemaniku belajar selama ini. Disana sudah ada Dada yang duduk tepat di sebelah bangkuku.

" Wuidih.. Beruntung banget lo hari ini.. Untung aja tuh dosen telat masuk.. Kalo enggak, tuh kuping udah panas ngedenger omelannya.." Ucap Dada padaku. Entah itu suatu pujian atau sindiran, aku tidak terlalu memikirkan itu. Dia sahabatku. Dia pasti selalu berada disampingku dan selalu mendukung apapun yang aku lakukan.

" Huh.. Iya, nih.. Kayaknya emang keberuntungan berpihak untuk gue saat ini.." Balasku dengan nafas masih memburu.

" Woy!! Tuh dosen dateng.." Ujar Aryo yang merupakan teman sekelasku disini lalu bergegas duduk di bangkunya. Disusul dengan anak-anak lain lalu duduk di bangkunya masing-masing.

Benar saja. Seorang pria paruh baya dengan tubuh tegapnya masuk ke ruanganku dan meletakkan buku-bukunya di atas meja.

" Morning, class.." Sapanya datar.

" Morning, sir.." Balas kami serempak.

" Maaf saya telat masuk hari ini dikarenakan ada sedikit masalah tadi. Baiklah, sekarang kita lanjutkan materi kemarin.." Sambungnya lalu segera menjelaskan materi-materi yang membuat kami pusing tujuh keliling.

***

Setelah dua jam duduk mematung mendengarkan alunan melodi indah dari materi yang diberikan dosen mengerikanku itu, finally, aku bisa keluar juga dari ruangan yang membosankan itu.

Aku berjalan berdampingan bersama Dada di lorong kampus. Seperti biasa, aku mendapat banyak sekali sapaan dan pujian dari para pemuda di kampus ini. Kenapa tidak? Aku sangat populer disini. Bukankah sudah kujelaskan sebelumnya?

Tapi diantara seluruh pemuda yang mencoba menarik perhatianku, ada satu orang yang tidak pernah putus asa mengejarku. Oh, sepertinya aku tidak perlu menceritakannya pada kalian. Aku juga sangat malas untuk membahas tentang pemuda yang satu itu.

" Hei, cantik.." Sapa seseorang saat aku dan Dada telah sampai di taman yang sontak membuat kami kaget.

" Iih.. Kamu tuh bikin aku kaget tau gak.. Ngeselin.." Balasku dengan menampakkan ekspresi kesal.

" Ya ampun.. Maaf, deh.. Kan aku mau bikin kejutan gitu... Maaf ya udah bikin kamu kaget..." Ia mengusap pipiku lembut. Ah, dia selalu berhasil membuat hatiku luluh walau hanya dengan sentuhan singkatnya.

" Hm.. Ya udah, deh.. Aku maafin.. Lagian aku juga gak bisa terlalu lama marahan sama pangeranku yang satu ini..." Balasku manja seraya mencubit pipi chubbynya gemas. Ia hanya terkekeh menerima balasanku.

Apa kalian tahu siapa yang ada dihadapanku kini? Ya, tepat sekali. Dialah pangeranku. Pangeran Argaku tersayang. Haha. Lebay sekali aku ini.

" Kayaknya gue cuma jadi nyamuk doang nih disini.." Ucap Dada dengan nada sedikit menyindir menghentikan aksiku mencubit pipi tembem milik Arga.

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang