Chapter 9

5.8K 454 17
                                    

Author POV

Ali membelalakkan matanya tak percaya. Kedua bibirnya yang sedari tadi menempel mulai berjauhan. Ia menganga lebar. Apa ia tidak salah dengar? Gadis cantik di hadapannya adalah sesosok...

"Lo... bohong, kan? Haha.. Becandaan lo gak lucu, sumpah!" Ali menggelengkan kepalanya pelan dan sesekali tertawa sumbang untuk menghilangkan ketegangan dan rasa takut yang semakin menyelimuti dirinya.

Sedangkan Prilly hanya menatap Ali malas. Ia sangat tahu bahwa pemuda di hadapannya ini tengah ketakutan karena pernyataannya. Akan tetapi, Prilly tidak lagi berniat membuka suara. Ia hanya ingin menunggu pemuda di hadapannya ini menghentikan tawa sumbangnya terlebih dahulu.

Beberapa saat kemudian, tawa sumbang Ali mulai terhenti. Onyxnya yang sedari tadi mencoba untuk menghindari temu pandang dengan hazel milik Prilly akhirnya memilih untuk menyerah. Ia menoleh ke tempat Prilly yang masih dalam posisi berdiri menatapnya. Ia menatap Prilly dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan ragu. Setelahnya, ia beralih menatap hazel indah milik Prilly pelan.

Jantungnya berdetak berkali lipat dari sebelumnya. Bulu kuduknya semakin merinding ketakutan. Tubuhnya mulai kaku. Ali merasa sangat lemah sekarang. Ia ingin menangis bila tidak mengingat bahwa dirinya adalah seorang pria. Wajahnya mulai memerah. Tatapannya yang sedari tadi tajam kini mulai memelas. Bibirnya yang sedikit terbuka nampak bergetar.

Prilly menghela nafas panjang. Ia menoleh ke arah Kunti Cici dan menyuruhnya kembali lewat tatapan. Kunti Cici yang mengerti maksud Prilly hanya membalas dengan anggukan dan berlalu pergi menembus pintu balkon kamar Ali.

Prilly kembali menoleh ke arah Ali yang tubuhnya masih menegang dan gemetar. Perlahan, ia berjalan mendekati Ali dan duduk di sisi ranjang yang berhadapan dengan posisi Ali yang masih bersender di dinding tempat tidur.

Mata Ali membulat ketika jarak di antara dirinya dan Prilly tidak lagi jauh. Jantungnya semakin berdetak kencang. Bahkan ia merasa bahwa oksigen yang ada di kamarnya tidak lagi cukup untuk masuk ke dalam rongga paru-parunya.

Prilly yang melihat ekspresi Ali tersebut menoleh ke arah lain dan menghela nafas kasar. Ia merasa sangat kesal dengan tingkah targetnya ini yang menurutnya menjengkelkan.

"Lo bisa gak sih biasa aja?" tanya Prilly jengkel kepada Ali. Sedangkan yang ditanya malah semakin kaget.

Tuhan.. Benarkah ini? Benarkah sesosok hantu cantik tengah berbicara di hadapanku sekarang? batin Ali masih ketakutan.

Prilly yang melihat respon Ali yang semakin takut justru membuatnya bertambah kesal. Ia menggigit bibir bawahnya kencang berusaha meredam emosi yang sudah hampir tiba di ubun-ubun.

Dengan berat hati, Prilly tersenyum paksa ke arah Ali. "Gak usah takut. Gue gak gigit, kok. Kan gue bukan vampir," ucap Prilly dengan intonasi yang diperlembut.

Berhasil! Tubuh Ali yang sedari tadi menegang, kini mulai tenang. Begitu pula dengan raut wajahnya. Di dalam hati, Prilly bersorak gembira. Ternyata pemuda di hadapannya ini akan luluh bila diperlakukan dengan lembut.

"Oke. Karena lo udah mulai tenang, gue bakalan jelasin ke lo tujuan gue datang ke sini," ucap Prilly kemudian.

"Lo beneran... hantu?" tanya Ali pelan dan ragu. Ia masih belum bisa mencerna kejadian demi kejadian yang terjadi padanya malam ini.

Prilly kembali menatap Ali jengah. Kurang jelaskah pernyataannya tadi kepada pria ini?

"Ya, gue hantu. Nama gue Prilly Gracelia Ananda Putri. Panggil gue Prilly. Meninggal sekitar 3 bulan yang lalu. Umur gue 19 tahun. Masih belum jelas?" jelas Prilly penuh penekanan dengan kesal.

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang