Chapter 18

4.3K 414 35
                                    

"Lo ngapain di sini?"

"Gue... Emm, gak ada apa-apa, kok." Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat menjawab pertanyaan tersebut.

"Arga?" gumam Prilly lirih. Perhatiannya lalu teralih kepada seorang gadis yang ada di sebelah pemuda yang ia sebut sebagai Arga itu. "Da-da?"

Ali melirik Prilly sekilas. "Dada?" tanyanya heran.

"Eh!" Arga dan Indah kaget seketika. Tubuh mereka sama-sama menegang.

"Tadi lo bilang apa?" tanya Arga kepada sobat lamanya itu untuk memastikan.

"Kenapa?" Ali bertanya dengan polosnya. Sadar akan kesalahannya, Ali berucap panik, "Eh, gue gak maksud! Bukan yang itu maksud gue!"

Indah terkekeh pelan. Begitu pula dengan Arga saat mendengarkan penjelasan Ali. "Santai aja, bro. Gue malah gak mikir ke situ lagi."

Ali cengengesan mendengar balasan Arga. Apa hanya dia yang berpikiran itu? Memalukan!

"Terus kenapa kalian malah kaget gitu?" tanya Ali kepo setelah beberapa detik tidak terjadi percakapan di antara mereka.

Raut wajah sepasang kekasih di hadapan Ali berubah seketika. Ali melihat kesedihan dan kekesalan di dalamnya yang seketika membuatnya merasa bersalah. "Ma-maaf, gue gak-"

"Temen gue sering manggil gue gitu."

"Hah?"

"Dia sering manggil gue Dada. Katanya, itu panggilan kesayangan," ujar Indah dengan senyum lirihnya.

Ali menautkan alis masih bingung. Matanya beralih menatap Prilly yang sedari tadi hanya diam. Dilihatnya wajah sendu Prilly yang sepertinya sedari tadi hanya menatap Indah.

Sebuah pertanyaan melintas di pikiran Ali untuk memperjelas jawaban dari semua kebingungan yang melandanya. "Namanya... Prilly?"

Ketiga pasang mata itu sontak menoleh kaget kepada Ali yang menampakkan mimik seriusnya.

"Lo ngapain nanya gitu, sih?!" Prilly bertanya kesal kepada Ali yang sama sekali tidak mendapat balasan dari pemuda tersebut.

"Kok lo tau?" tanya Indah yang suaranya berubah parau.

Ali tersenyum tipis. "Nebak doang. Kan dia terkenal."

Prilly menatap Ali tidak habis pikir. Alasan yang sama sekali tidak logis. Apa tidak ada alasan lain yang jauh lebih masuk akal dari itu?

Namun anehnya, Arga dan Indah justru percaya begitu saja dengan alasan yang diberikan Ali. Semeyakinkan itukah raut wajah Ali sampai-sampai mereka bisa percaya? Ahh, menurut Prilly TIDAK.

"Oh, ya, lo pacarnya Arga?" tanya Ali pelan. Siapa tahu pertanyaannya itu menyakiti perasaan Prilly.

"Iya." Indah menjawab dengan lirih sembari menundukkan kepalanya.

Ali mengangguk sekilas. Sedangkan Prilly menautkan alis heran. Jika benar Indah dan Arga memiliki hubungan khusus, kenapa mereka nampak kaku sekali?

"Li, izin pamit!" titah Prilly.

Ali menyeringai pelan seraya berdesis, "Cemburu lo?"

"Bukan cemburu!" sangkal Prilly cepat dengan wajah kesalnya. "Gue mau ngikutin si kribo, nih!"

Ali manggut-manggut kecil.

"Ga, gue duluan, ya!" pamit Ali seraya mundur perlahan dan mengangkat sebelah tangannya.

"Oh, oke." Arga membalas dengan tangan kanan yang terangkat pula.

Ali berhenti mundur. Ia terdiam cukup lama. Beberapa saat kemudian, ia berganti pamit kepada Indah dengan mengangkat sebelah tangannya pula. Gadis cantik itu pun membalas Ali dengan hal yang sama.

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang