Chapter 13

5K 431 43
                                    

Fix!! ini gaada edit sama sekali. Gak baca ulang juga. Mohon maklum kalo rada gak nyambung. wkwk. Kapan-kapan di edit yaa. Kalo feel nya gak dapat juga mohon maaf. hihi..

Happy reading, readers!!

***

Prilly POV

Melihat Arga? Seperti ini? Benar-benar di luar dugaan! Ya, Tuhan.. Sudah berapa lama aku tidak berhadapan langsung dengannya seperti ini?

Jika saja aku adalah makhluk yang masih membutuhkan oksigen, maka dapat ku pastikan bahwa oksigen telah lenyap di sekitarku.

Demi apapun yang ada di dunia ini, Arga sangatlah tampan saat ini. Bahkan dia jauh lebih tampan dari perjumpaan terakhir kami. Eeits.. Bukan yang semalam. Melainkan beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi. Saat itulah perjumpaan terakhir kami. Hari terakhir kami bertatap muka dengan mata yang masih saling memandang. Bukan hanya sepihak.

Aku ingin berteriak sekarang. Mencurahkan segala rasa yang membuncah di dadaku. Dapat ku pastikan bahwa wajah ini mulai memerah menahan kegembiraan dan senyuman ini sudah melampaui batas maksimumnya.

"Lo kenapa?"

Bisikan itu mengganggu konsentrasiku yang tengah menatap sosok pangeran tampan yang duduk tepat di seberangku.

Aku menoleh. Menatap sosok dia-si target tampan yang menjengkelkan dengan tatapan dingin ditambah bumbu malas di dalamnya.

"Apa?" tanyaku malas.

Ali bergidik. "Ngeri banget sih lo! Kayak hantu beneran aja. Gue kira lo bohongan jadi hantu. Ternyata emang bener hantu."

Ocehan tidak penting Ali membuatku menoleh spontan ke arah kanan. Huh, sudah ku duga! Suara Ali yang lumayan lantang dan berat dapat mengusik mereka. Ya, teman-teman Ali, termasuk Arga.

Mereka menatap Ali bingung. Ku toleh lagi wajahku menghadap Ali. Pemuda aneh itu masih menatapku. Oh, baiklah! Dia tidak menyadari bahwa teman-temannya tengah menatap dirinya aneh.

"Lo kalo ngomong bisa pelan gak sih? Temen-temen lo lagi ngeliatin lo aneh," ujarku memberi penjelasan kepada Ali dengan penuh penekanan sehingga membuatnya tersadar. Spontan, Ali membekap mulutnya sendiri dan menoleh ke arah temannya dengan kaget. Ya, Tuhan.. Justru tingkahnya itu membuat orang menatapnya semakin aneh!

"Lo kenapa sih, Li?" tanya salah seorang teman Ali yang duduk di sebelahku. Kalau tidak salah namanya karung goni.

Ali menggeleng cepat masih dengan tangan yang membekap mulut. Gelagatnya tampak seperti wanita. Kalau boleh jujur, ini memalukan sekali.

"Udah 2 kali lho, Li," peringat temannya yang lain. Entahlah namanya siapa. Hanya Tuhan dan orang-orang yang mengenalnya lah yang tahu.

"Dua kali apaan?" tanya pangeran.

"Tadi dia juga gitu sebelum lo datang. Ngomong sendiri sama angin. Tadi cuma bisik-bisik doang. Sekarang berkembang jadi ngomong lantang. Udah gak bener nih anak," jelas karung goni.

"Eh, gue masih waras ya!" elak Ali cepat. Bekapan di mulutnya telah terlepas.

"Masa sih? Gak percaya gue," balas teman Ali yang duduk tepat di sebelahnya mencoba memanas-manasi Ali.

"Pokoknya gue masih waras! Mau lo percaya kek gak percaya kek pokoknya gue masih waras! TITIK!!" sahut Ali penuh penekanan.

Arga, karung goni, dan 3 teman Ali yang lainnya justru tertawa pelan mendengar penuturan Ali yang tidak terima. Tapi tidak denganku. Aku menatapnya kesal. Dia memang bodoh, pura-pura bodoh, atau memang benar tidak waras?

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang