Chapter 15

4.5K 401 50
                                    

"Saya-"

"Maaf."

Dengan sekali hentakan, aku masuk ke dalam tubuh Ali. Dapat kurasakan tubuhnya menegang. Dan kali ini, dapat kupastikan Ali tidak akan mencoba menguasai dirinya kembali karena keadaan yang tidak memungkinkan.

Mata yang tadinya terpejam kini terbuka sempurna. Dapat kulihat wajah mama yang seketika panik. Mungkin karena tubuh Ali yang tadinya menegang.

"Kamu kenapa, nak?" tanya mama panik.

"Gak apa-apa, tante. Tadi tiba-tiba kebelet. Hihi.." jawabku yang ada di tubuh Ali dengan cengengesan.

Mama menghembuskan napas lega. "Tante kira kenapa. Ya udah, kamu mau ke toilet?"

Aku mengangguk pelan sebagai respon dengan masih terkikik pelan. Mama tersenyum hangat lalu memanggilkan Bi Retno untuk mengantarkanku ke toilet.

"Eh, gak jadi deh, tante. Tiba-tiba gak kebelet lagi," ucapku menahan pergerakan Bi Retno yang hendak menuntunku menuju kamar kecil.

"Lho, tadi katanya kebelet, kok malah gak jadi? Gak baik lho kalo ditahan," tanya mama heran. Ya iyalah, secara 1 menit yang lalu aku mengatakan bahwa aku ingin ke kamar kecil, tapi sekarang malah tidak jadi.

"Gak apa-apa, tante. Lagian rasa kebeletnya udah hilang," balasku yang lagi-lagi dengan cengengesan.

Mama hanya menggeleng pelan melihat tingkahku yang ada di tubuh Ali dengan senyum hangat di bibirnya. "Ya udah, kamu ada perlu apa, nak Ali?"

"Saya temennya Grace, tante." Seketika wajah mama mendadak suram. "Grace pernah bilang ke saya kalo pie apel buatan tante enak banget. Dia juga nyuruh saya mampir ke sini sekali-sekali buat ngerasain pie buatan tante."

"Tapi kan kamu tau sendiri kalo-"

"Grace udah meninggal? Saya tau kok tante. Tapi saya pengen aja ngerasain pie buatan tante. Kan saya pernah diundang sama Grace. Jadi saya berkewajiban untuk memenuhi undangan. Iya kan tante?"

Mata mama berkaca-kaca. Tapi senyuman itu masih terukir di bibirnya. Perlahan mama mengangguk pelan menjawab balasanku.

"Kamu datang di waktu yang tepat. Tante udah buat pie apel tadi dan masih banyak banget sisanya. Yuk, ikut tante."

Tubuh Ali berjalan dengan kontrolku mengikuti langkah mama yang telah terlebih dahulu berjalan ke arah ruang makan.

Tidak butuh waktu lama, sepotong pie apel tersaji di hadapanku. Hmm.. Sepertinya ini lezat. Eh, sudah pasti lezat! Kan masakan mama.

"Kayaknya enak nih, tante."

"Iya, dong. Kan masakan tante." Kami sama-sama terkekeh mendengar respon mama yang terlalu percaya diri.

Di sela-sela lidah Ali menikmati makananku, mama bertanya, "Tante baru ngeliat kamu hari ini. Beneran temennya Grace? Kok tante gak kenal, ya?"

"Iya, tante. Temen baru Grace soalnya," balasku apa adanya setelah menelan pie yang ada di mulut, sedangkan mama hanya manggut-manggut mengerti.

Setelahnya hening. Aku kembali melanjutkan aktivitasku, yaitu memakan pie apel. Entah kenapa, rasa pie apel ini jauh lebih enak dari saat terakhir aku menyantapnya.

"Ma, Rey pamit ke-" Aku mendongak melihat pemuda tampan di hadapanku yang tengah menatapku bingung. Oh, maksudku tubuh Ali. Ya, ia menatap tubuh Ali bingung. "Siapa, ma?"

"Temen Grace," balas mama ikut memelankan suaranya karena suara Rey yang pelan saat bertanya kepadanya. Rey manggut-manggut.

"Hai, Rey!" sapaku riang padanya. Mungkin sekarang Rey akan mengira bahwa aku tengah SKSD dengannya.

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang