Kubuka mataku perlahan. Mengerjapkannya beberapa kali. Aku mencoba untuk menyesuaikan berapa banyak cahaya yang masuk ke dalam retinaku.
Hei! Dimana aku sekarang? Bukankah terakhir kali aku terkapar di jalanan karena singa-singa bodoh itu?
Aku mencoba bangun dari ranjang kecil ini. Hei, badanku tidak ada yang sakit. Bukankah sebelumnya seluruh badanku terluka?
Perlahan aku mengangkat tanganku lalu melihat kondisinya. Tidak ada luka. Aku melihat ke arah kakiku. Sungguh. Tidak ada luka segorespun. Aku meraba wajahku. Tidak ada. Oh, ini sungguh keajaiban. Bagaimana bisa seperti ini? Apa kejadian itu hanya mimpi burukku saja?
Aku melihat ke sekelilingku. Senyuman yang tadi mengembang di kedua sudut bibirku seketika musnah. Ini bukan kamarku. Aku tidak pernah memasuki ruangan seperti ini sebelumnya. Kulihat ada banyak sekali ranjang disini. Dan ada pula kain putih di atasnya seperti menutupi.. orang? Oh, aku tahu sekarang aku dimana. Ini pasti di kamar ma-yat?
" AAAA!!!" Aku berteriak sekencang mungkin. Bagaimana bisa aku berada di ruangan terkutuk ini?
" Woy!! Diam lo!!"
" Biasa aja kali,"
" Heboh banget, sih."
Aku membelalakkan mataku menatap lurus ke depan. Aku menoleh ke arah suara-suara tadi perlahan.
" Apa?" tanya sesosok makhluk dengan santai yang membuatku melonjak kaget saat aku memandangi mereka.
" Ka.. Kal.. Kalian.. Ha.. Ha.. Han-tu?" tanyaku gelagapan. Bagaimana tidak? Aku sangat takut dan panik sekarang. Lihatlah di hadapanku kini. Ada beragam manusia berwujud mengerikan. Seperti sesuatu yang orang-orang sering sebut dengan 'hantu'. Padahal sebelumnya sangat jelas kulihat tidak ada siapa pun disini kecuali aku.
Ada yang seperti kuntilanak, pocong, tuyul, dan lain sebagainya. Aku tertunduk dan memejamkan mataku takut. Bagaimana bisa aku melihat mereka?
Aku merasakan ada yang menyentuh tanganku lembut. Perlahan aku mendongakkan wajahku ke arahnya dan mecoba untuk melihatnya. Aku membelalakkan mataku melihat siapa yang ada di hadapanku ini. Seorang wanita yang mungkin lebih tua 1 atau 2 tahun dariku. Dia tersenyum ramah ke arahku. Siapa dia? Manusia kah? Atau mungkin hantu? Atau mungkin saja malaikat? Atau justru bidadari yang baru saja turun dari kayangan untuk menemuiku?
Aku melongo menatap wajahnya yang cantik dan anggun ditambah lagi dengan senyumannya yang sangat manis. Rambutnya yang lurus sepunggung membuatnya nampak makin cantik.
" Selamat datang," ucapnya lembut. Aku menautkan alisku bingung dan menatapnya seperti orang bego. Aku memang tidak mengerti apa maksudnya.
Bidadari ini tertawa kecil melihat tingkah konyolku. Lalu ia kembali tersenyum ke arahku.
" Sekarang kita sebangsa. Kita udah bukan manusia lagi. Sekarang kita ada di dunia yang berbeda dengan mereka," ucapnya seolah mengerti maksud dari tatapanku.
Aku kembali membelalakkan mataku kaget. Apa yang dia katakan? Apa ini hanya skenario untuk menjebakku saja?
" Kita.. Han-tu?" tanyaku ragu dengan hati-hati. Wanita itu tersenyum lalu mengangguk pelan. Aku menggelengkan kepalaku pelan serta menatapnya tak percaya. Aku menoleh ke arah manusia yang mengaku hantu itu yang sedari tadi memandang ke arah kami. Aku mencoba meminta penjelasan mereka lewat tatapan.
" Kita memang hantu," ucap seseorang dengan wujud pocong lalu tertunduk sedih diikuti dengan yang lainnya.
Wanita di hadapanku menarik tanganku lembut agar aku turun dari ranjang yang sedari tadi aku duduki. Aku hanya menurut. Setelah aku memijak lantai, baru kusadari bahwa aku mengenakan gaun selutut dengan lengan pendek berwarna putih polos, sama dengan gaun yang digunakan oleh wanita cantik di sampingku kini.
Wanita tersebut berjalan perlahan ke arah atas kasur. Lagi-lagi baru kusadari bahwa tadi aku duduk di ranjang dengan mayat di atasnya. Aku bergidik ngeri menyadari hal itu. Wanita tersebut memejamkan matanya lalu menyentuh kain di atas kepala mayat tadi. Aku membelalakkan mataku melihat wanita itu dapat menyentuh dan memegang kain yang ada di atas mayat. Bukankah sangat sulit bagi hantu untuk dapat menyentuh benda?
Perlahan kain putih itu terbuka. Tubuhku menegang seketika melihat siapa yang ada di dalamnya. Seorang gadis dengan wajah yang sangat pucat dan bibir yang sudah membiru serta luka-luka di sekitar wajahnya. Wanita itu lalu membuka lagi kain putih di atas tubuh sang gadis hingga kakinya. Aku menatap gadis itu tak percaya. Banyak sekali luka di tubuhnya. Sangat banyak bekas darah segar pada pakaian serba putih yang dikenakannya. Yang menarik perhatianku adalah bagian kiri dadanya. Jantung. Di situlah akhir dari segalanya. Karena luka itulah aku menghembuskan nafas terakhirku.
Wanita yang tadi membuka kain putih pada mayat itu pun kembali menutupinya. Ia tersenyum lembut ke arahku yang masih terpaku tak percaya dengan apa yang kulihat.
" Sekarang kamu sudah percaya? Jasad tadi adalah jasad kamu. Kamu sudah bukan manusia lagi," ucapnya masih dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Aku menatapnya nanar. Rasanya ingin menangis. Tapi anehnya, rasa sedih pun tidak ada di benakku. Hanya ada rasa kecewa yang sedari tadi kurasakan.
" Kita hantu. Kita berbeda dengan manusia. Perasaan yang dapat kita rasakan hanyalah perasaan senang, kesal, bingung, dan beberapa perasaan lain. Tapi kita tidak dapat merasakan perasaan sedih kecuali untuk orang yang kita sayang. Dan perasaan marah serta emosional hanya untuk orang-orang yang mengganggu. Baik itu mengganggu orang-orang yang kita sayangi maupun mengganggu atau pernah mengganggu kehidupan kita. Karena hantu bukanlah makhluk yang mengerikan, melainkan makhluk yang selalu ceria dan menyenangkan," jelasnya panjang lebar seolah mengerti apa yang kubingungkan.
" By the way, namaku Tania," sambungnya lagi seraya mengulurkan tangannya. Aku tersenyum membalas uluran tangannya.
" Prilly," jawabku dengan senyuman yang semakin melebar. Ia membalas senyumanku dengan senyumannya yang sangat manis. Bahkan itu adalah senyuman termanis yang mungkin pernah kulihat.
Setelah itu aku mulai beradaptasi dengan lingkungan baruku. Bukan lingkungan baru, melainkan dunia baruku.
Sekarang aku benar-benar memakan omonganku sendiri yang tidak percaya dengan adanya hantu. Bahkan ternyata hantu itu tidak terlalu mengerikan seperti apa yang ada di televisi. Apa yang dikatakan oleh Kak Tania memang benar. Hantu memang makhluk yang menyenangkan dan juga ceria. Tapi sayangnya aku tidak akan terus berada disini. Menurut informasi yang aku dapatkan, besok adalah hari pemakamanku. Dan aku akan tinggal di tempat baru lagi besok. Huh, itu berarti aku harus mencoba untuk beradaptasi lagi dengan dunia baruku ini.
Aku belum mencoba melihat kondisi keluargaku hari ini. Aku yakin mereka pasti sangat terpukul mendapat kabar ini. Bahkan aku juga merasa sangat terpukul dengan kejadian yang terbilang mendadak ini. Bagaimana tidak? Banyak sekali urusan yang belum kuselesaikan selama aku hidup dan aku harus pergi tanpa ucapan selamat tinggal.
Dari mana aku tahu bahwa aku akan dimakamkan besok? Oh, aku tahu itu dari teman-teman hantuku. Mereka sungguh membantuku untuk mencari berbagai informasi yang kubutuhkan.
Baiklah. Sekarang aku hanya perlu menunggu esok hari dimana aku akan melihat mama, papa, Kak Eza, dan Rey mengantarkanku untuk yang terakhir kalinya ke rumah abadiku. Entah sudah berapa lama aku tidak pernah diantar berpergian lagi dengan keluargaku. Karena aku lebih sering berpergian sendiri tanpa harus diantarkan kesana kemari.
Hufth. Baiklah, sekarang aku siap!
~~
Fyuuhh... Akhirnya ngepost lagi.. Maafkan saya kalo ceritanya kurang menarik.. Ini hanya sekedar imajinasi saya aja kok...
Maaf juga karena cerita saya agak aneh.. Soalnya saya bukan hantu, jadi gak tau hantu itu gimana.. Bisa nangis apa enggak.. Emang sengaja sih ceritanya dibuat gini.. Biar gak biasa.. Hihi..
Btw, masih minta vote dan comment nya ya.. Untuk menyemangati saya aja yang udah ngetik.. Terima kasih... :-D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ghost
FanfictionOh, sial! Siapa yang melakukan ini padaku? Lihatlah betapa teganya ia melakukan ini padaku! Apa kesalahanku padanya? Kenapa ia bisa melakukan hal yang mengerikan itu padaku? Andai saja ada yang bisa membantuku mengatasi masalahku kini. Sungguh bahag...