Chapter 8

5.6K 468 9
                                    

Haii..!! Ada yang mengharapkan Ali akan muncul di chapter ini? Haha..

Ini deh buat yang pengen karakter Ali buruan dimunculin.. Langsung cuusss meluncur ke POV nya Ali aja kali, yaa... Haha.. Happy reading, guys..!!

Ali POV

" Ma! Ali pergi, ya!" seruku kepada mama yang sedang memasak di dapur.

" Pergi kemana, Li?" balas mama setengah berteriak karena posisiku yang ada di ruang tamu dan posisi mama lumayan jauh.

" Ke jembatan, ma. Udah janjian sama temen disitu."

" Mama tau kamu bohong. Kamu mau ke bar, kan?" tanya mama yang tengah berjalan ke arahku dengan bersedekap dada.

Jrengg!! Lagi-lagi. Darimana mama tahu kalau aku akan pergi ke bar? Apa jangan-jangan...

" Gak, kok, ma. Ali emang mau pergi ke jembatan," sangkalku cepat. Berusaha meyakinkan mama. Siapa tahu mama akan percaya dengan pengakuanku.

" Mama gak percaya. Tadi Gani nelpon mama dan bilang kalo kamu ngajak dia ketemuan di bar."

Sudah kuduga. Dasar karung goni! Apa-apaan dia pakai acara ngadu ke mama! Oke. Aku tahu kalo mama menyuruh dia untuk mengawasiku agar tidak bermain ke bar lagi.

Tapi ini sudah 2 tahun. Aku rindu dengan nuansa bar. Aku rindu dengan sensasi panas dari vodka. Aku juga rindu bermain dengan jalang-jalang sexy disana. Tidak bolehkah aku pergi kesana hanya untuk malam ini saja?

" Ayolah, ma. Udah 2 tahun Ali nahan diri untuk gak kesana. Untuk malam ini aja. Ya?" tawarku pada mama. Tapi tetap saja. Mama memang pribadi yang teguh pendirian dan keras kepala Tolong diberikan tanda kutip untuk 2 kata terakhir pada kalimat sebelumnya Buktinya, ia tetap menggeleng padahal tampangku sudah kubuat sememelas mungkin.

" Gak. Kalo kamu tetap minta untuk pergi ke tempat terkutuk itu, seluruh fasilitas kamu mama CABUT!"

Duaarrr!!!

Mendengar kata-kata terakhir mama membuatku bungkam. Wajah tampanku berubah tegang seketika. Seluruh fasilitas yang diberikan mama padaku akan dicabut hanya karena aku meminta untuk pergi ke bar? Garis bawahi. Meminta, guys! Meminta!

Aku berdecak kesal di hadapan mama dan berlari menuju kamarku di lantai 2.

Mama selalu saja seperti itu. Bila aku tidak mendengar ucapannya, maka selalu saja ada ancaman yang diberikannya padaku. Dan mungkin kali ini yang lebih parah.

Karena biasanya mama akan memberi ancaman untuk mengurangi uang sakuku atau bahkan tidak akan memberiku uang saku untuk bulan ini. Tapi kali ini? Seluruh fasilitasku yang terancam.

Arghh.. Mama, tidak bisakah kau mengerti bahwa aku terlalu rindu untuk bermain-main di tempat yang kau katakan 'terkutuk' itu?

Aku menyenderkan punggungku di dinding tempat tidur dengan tampang merengut. Pikiranku terus saja berkecamuk tentang kejadian beberapa saat yang lalu. Bagaimana caranya agar aku mendapatkan kebebasan dari mama tanpa ancaman?

Arghh.. Hidupku terlalu dikekang!

Aku menatap lurus ke depan. Entah mengapa, rasanya ada yang tengah menatapku saat ini. Tapi rasanya tidak mungkin apabila mengetahui disini hanya ada aku sendiri dan seluruh pintu serta jendela telah kukunci rapat. Kuedarkan pandanganku ke seluruh sudut kamar. Tidak ada yang mencurigakan disini. CCTV pun tidak ada.

Dan saat aku menoleh ke arah pintu balkon...

Deg!

Apa aku tengah bermimpi saat ini? Lihatlah. Bidadari mana yang tersesat di kamarku? Dan, tunggu dulu! Bagaimana bisa dia ada disini? Bukankah tadi hanya ada aku sendiri di kamar ini?

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang