Chapter 4

5.7K 514 4
                                    

BUKK!!

Aku terpelanting dan berguling cukup jauh dari tempatku berdiri tadi. Aku merasa kepalaku pening dan ada sesuatu yang hangat di sekitar wajahku. Kurasa itu adalah darah segarku yang mulai bercucuran. Di tubuhku juga sudah banyak luka serta goresan. Tapi walau begitu, aku masih tetap tersadar.

Aku lihat pengemudi itu turun dari mobilnya. Dan ternyata ada 2 orang di dalam mobil tersebut. Mereka turun dari mobil dengan menggunakan pakaian serba hitam serta topeng yang menutupi wajah mereka. Salah satu dari mereka membawa pisau yang menurutku cukup tajam. Hei, tunggu dulu! Pisau? Aku membelalakkan mataku. Hei, apa-apaan ini? Apa mereka berambisi untuk membunuhku?

Aku dalam kondisi sangat lemah sekarang. Sangat sulit bagiku untuk sekedar menggerakkan jemariku, apalagi untuk berlari dari sini. Mereka berjalan menghampiriku. Semakin dekat. Aku mulai panik sekarang. Hei, tunggu. Saat mereka sudah berada di hadapanku, aku melihat sesuatu yang sedikit aneh. Kurasa mereka adalah sepasang pria dan wanita. Sepasang kekasih mungkin. Dan yang mengusik penglihatanku adalah gelang yang digunakan oleh seorang diantara mereka yang sepertinya adalah pria. Ada 2 huruf disitu. Apa itu inisial dari namanya?

Aku mengalihkan pandanganku pada pria tersebut. Pria itu mendekat ke arahku. Ia langsung mengubah posisiku yang tadinya dalam tertidur menjadi terduduk dengan ia yang menjadi penopang tubuhku. Kulihat yang memegang pisau adalah sang wanita. Ia terlihat memandangi pisaunya dan sesekali memandangku penuh gairah.

Wanita itu memainkan pisaunya dengan pelan di wajahnya yang tertutupi topeng. Oh, ia tampak sangat lihai dalam memainkan pisau itu. Lalu berpindah ke telapak tangannya yang tidak ditutupi oleh sarung tangan.

Srek!!

Aku menahan gelak tawaku agar tidak pecah. Sebenarnya tubuhku sedikit sakit karena menahan tawa, tapi sungguh ini sangat menggelikan. Bukankah ini adalah pemandangan langka? Bagaimana bisa malah terjadi seperti ini? Kurasa pria di belakangku juga mencoba menahan tawanya. Sedangkan wanita di depanku meringis kesakitan.

Apa tadi aku bilang bahwa nampaknya dia sangat lihai memainkan pisaunya? Sepertinya aku harus mencabut kata-kataku tadi. Kurasa dia adalah pembunuh amatir. Bagaimana bisa tanpa sengaja dia melukai tangannya sendiri hingga darah segar mulai banyak bercucuran seperti itu? Haha.

" Heh!! Kenapa ketawa lo? Hah?" Wanita itu nampak kesal dengan ekspresiku. Aku yakin pasti suara aslinya diubah menjadi sedikit berat agar aku tidak tahu siapa dia.

" Bukan cuma gue yang ketawa.. Cowok lo juga.." Balasku pelan sedikit tertawa meremehkan ke arahnya dengan mencoba menahan rasa sakit di sekujur tubuhku.

Wanita tersebut menoleh ke arah sang pria dengan tatapan tajamnya. Entah apa reaksi pria itu karena aku terduduk membelakanginya. Lalu wanita itu menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya lagi. Pria di belakangku juga semakin mengeratkan genggaman tangannya di tanganku. Kurasa mereka sudah sangat kesal denganku. Aku memasang wajah panikku. Baiklah, Prilly. Kau sudah menambah terlalu banyak daging kepada singa-singa ini.

Oh, Tuhan. Apa aku akan mati hari ini? Apa ini akhir dari hidupku? Apa benar aku mati karena dibunuh oleh singa asing ini?

Arga. Ya. Kemana Arga? Kenapa dia belum menampakkan batang hidungnya sedikitpun? Apa dia belum datang? Atau dia sudah ada di dalam taman? Di tempat biasa? Argh. Kalau begitu, sudah pasti dia tidak tahu bahwa aku ada disini. Benar, bukan? Aku bahkan belum memasuki gerbang taman. Sedangkan jarak antara gerbang dengan tempat perjanjianku bersama Arga sedikit jauh. Baiklah. Apapun yang akan terjadi sekarang, aku pasrah. Kalau kondisinya sepi seperti ini, siapa yang akan menolongku? Hantu? Yang benar saja. Tidak ada yang namanya hantu di dunia ini.

Wanita itu sudah semakin dekat denganku. Hanya berjarak beberapa centi lagi. Pisau yang tadinya berada di bawah mulai dilayangkannya ke arahku.

Srek! Srek! Srek!

Aku meringis kesakitan. Wanita itu melayangkannya dengan mulus ke beberapa bagian di tubuhku. Dan tentu saja itu sangat perih. Ditambah lagi dengan luka yang diakibatkan oleh tabrakan tadi.

Aku benar-benar sudah tidak berdaya lagi sekarang. Rasanya ingin sekali langsung memejamkan mataku. Tapi, kalau aku memejamkan mataku, bisa saja aku langsung mati di saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tersadar walau pandanganku mulai tampak buram.

Masih tertangkap oleh pandanganku kalau wanita itu menyeringai licik ke arahku. Bolehkah aku jujur? Seringaiannya itu sangat tajam dan melengking. Bahkan aku tidak kuat mendengar seringaian itu. Yang ada malah mempercepat kematianku. Pria di belakangku juga mulai berdiri dan membiarkanku tersungkur di jalanan. Ia lalu berdiri berdampingan dengan wanita tadi.

Kulihat wanita itu mengangkat pisau yang dipegangnya dengan kedua tangannya ke atas kepala. Aku membelalakkan mataku. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Gerak tubuhnya seperti ingin menancapkan bendera di bulan.

Ia melayangkan pisau tadi lagi ke arah.. Oh, Tuhan! Jantungku!

Trek!!

~~

Well done... Akhirnya publish juga chapt ini.. Hihi... Hayoo,, gimana nih nasib Prilly kedepannya?? Ada yang bisa nebak?? Kira-kira siapa ya singa-singa yang mencelakakan Prilly?? Hehe.. Makanya,, read terus story ini till ending, okeh??

Buat para readers yang MU(*dibaca Emyu) sayangg... Makasih ya yang sudah baca... Yuk,, vote dan comment story ini.. Supaya MU bisa lebih semangat ngerjainnya.. Terima kasih readersku tersayangg... Sini deh MU kecup cintahh satu satu... :-* hihi..

My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang