Northland

249 13 3
                                    

"Magenta sudah memulai ambisinya. Aku sudah menyangka ini akan terjadi. Aku memimpikan hal ini sepuluh malam berturut-turut. Dan kau Mate, kenapa kau tidak memberi tahu hal ini padaku?"

"Aku, em, aku hanya tidak ingin membuatmu susah." Mate gelagapan.

"Justru saat ini kau sangat menyusahkanku. Begini, nak," Mr Trainor mendekat pada Emma "semua ucapan Mate benar, kalian harus pergi secepatnya, tapi bukan malam ini, kalian boleh pergi besok, pagi-pagi buta. Kalian harus pergi ke Northland, tempat itu tidak akan dijamah Magenta. Lebih baik sekarang kalian makan dulu saja, biar aku yang urus semuanya." Mr Trainor meninggalkan mereka.

Emma semakin khawatir. "Bagaimana ini Mate? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku yang menjadi sasarannya?"

Mate menghela nafas lalu memandang atap. "Nanti kau akan mengerti, Emma, ini adalah hidupmu yang sebenarnya, kau harus mulai membiasakan diri." Mate menatap tajam mata Emma.

***

Malam ini setelah makan malam Mate berubah menjadi overprotektif pada Emma, ia menuntun Emma masuk kedalam kamarnya. Mate dan Emma kini sibuk mengemas pakaian dan memasukannya kedalam koper.

Emma menagis melihat tingkah Mate yang seperti sangat terburu-buru. Emma tidak menyangka kalau Mate akan melakukan hal ini untuk dirinya. Tangis Emma semakin keras hingga terdengar oleh Mate.

Mate menghentikan gerakan tangannya dan menoleh pada Emma. "Emma kenapa kau menangis?"

Dada Emma terasa sesak. "Aku takut Mate."

Tiba-tiba Mate melangkah kearah Emma dan dengan sekejap tubuh Emma sudah dalam dekapan Mate. Emma terkejut, ia terus menagis di pelukan Mate yang mendekapnya begitu erat. "Percaya padaku, kau, dan aku akan baik-baik saja. Kita akan melewati hal ini bersama-sama. Kuatlah Emma. Kuatlah." Mate memeluk tubuh Emma tanpa ingin melepaskannya, baju Mate berubah menjadi basah terkena air mata Emma.

"Aku takut Mate.. aku takut." Tubuh Emma mulai gemetar.

Mate melepaskan dekapannya dan berjongkok di depan Emma, ia menyentuh dan menggenggam tangan Emma, "Aku ada di sini, dan selalu ada bersamamu. Percayalah."

Emma menatap Mate dengan tatapan meredup. Dan kini Emma yang memeluk tubuh Mate.

***

Emma berbaring di tempat tidur Mate sementara Mate duduk memunggunginya, Mate tampak sedang membuka ponselnya. Emma menghela nafas, sebelumnya ia tak pernah membayangkan kalau hidupnya akan seperti ini, Emma merasa kalau dirinya telah ditarik dari dunianya sendiri. Pertama soal ibunya, dan kini keselamatannya. Emma tidak bisa melakukan apapun begitu tahu ibunya merubah bahkan kini Emma merasa takut pada ibunya sendiri. Jika bisa memilih, Emma lebih baik terus menjadi seperti dulu tanpa seorang temanpun, tapi hal itu sangat membosankan.

"Kau belum tidur." Ucap Mate menoleh pada Emma.

"Emm.." Emma menggelengkan kepala. Emma beranjak ikut duduk seperti Mate. "Aku tidak bisa tidur, aku tidak bisa berhenti memikirkan semua ini."

"Tidurlah Emma, kau butuh istirahat, besok kita akan menempuh perjalanan yang jauh, jadi persiapkan energimu."

Emma menatap Mate. "Baiklah aku akan tidur, tapi kalau kau tidur."

"Emma!"

"Kalau kau tidak mau yasudah."

Emma terkejut ketika tiba-tiba Mate meloncat ke tempat tidur dan menarik selimut, ia memejamkan mata, pura-pura tidur. Emma hanya menatap Mate tidak mengerti. "Katanya kalau aku tidur kau juga ikut tidur?"

"Oh, emm.." Emma ikut menarik selimut. Mereka tidur di tempat yang sama dengan hanya satu selimut.

***

The Dolls GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang