Kitab Itu Kembali

375 21 1
                                        

"Aku akan ganti semua kerugian itu. Kamu punya nama?"

Emma tidak mendengarkannya dan cepat membereskan pakaiannya yang berantakan lalu pergi.

Langkah Emma semakin menjauhi laki-laki itu. "Namaku Emma dan aku bersumpah tidak ingin mengenalmu!" Gerutunya sambil pergi menjauh.

***

Ini adalah hari pertama Emma benar-benar masuk sekolah, dari rumah ia sudah mengemas buku dan barang-barang lainnya, kini ia sedang sibuk mengayuh sepeda dengan keranjang penuh donat. Semenjak belasan tahun lalu ibunya dan Emma sudah menekuni bisnis membuat makanan, mereka menjual donat aneka rasa. Walaupun Emma sulit bersosialisasi tapi dia adalah pedagang yang handal, bahkan dalam hitungan menit saja semua donat dagangannya ludes.

Pagi ini donat madu dan karamel hangat sudah tercium kuat dihidung Emma, ia semakin cepat mengayuh sepedanya, bukan karena takut kesiangan melainkan Emma takut donat-donatnya berubah menjadi dingin.

Emma berjalan menuju kelas yang ditunjuk tuan James, ia berjalan sembari menjinjing keranjang berukuran sedang. Emma sama sekali tidak malu berjualan karena kalau tidak begini dari mana Emma dan ibunya mendapat uang.

***

"Tuan sudah saya siapkan teh dan air hangat untuk tuan."

Laki-laki paruh baya itu menghisap habis lalu mematikan puntung rokoknya, kepulan asap keluar dari mulutnya. "Aku akan kesana."

Seseorang berjalan terburu-buru mendekati laki-laki paruh baya itu, langkah sepatunya terdengar mengetuk-ngetuk. "Aku benar-benar malas! Kenapa ayah menyuruhku berbaur dengan klan manusia? Ini benar-benar omong kosong." Ucapnya sambil menimang-nimang seragam yang dikenaknnya.

Lelaki itu menatap putranya dengan tajam. "Kau harus sadar! Kau hidup di bumi tempat manusia berada, jadi apa salahnya kau belajar dengan klan manusia. Toh kau juga manusia."

"Ini benar-benar omong kosong! Lebih baik aku mengajari seluruh milikku bermain bola."

"Milikmu apa? Kau belum layak memiliki apa yang aku punya. Aku tidak ingin melihatmu disini dalam tiga detik atau aku akan.."

"Argh menyebalkan." Ia melengos pergi sebelum ayahnya memenggal kepalanya. "Ini benar-benar tidak adil!" Gerutunya sambil memasuki mobil metaliknya. "Kenapa manusia selalu merepotkan?" Ia menatap wajahnya di kaca spion lalu diam beberapa detik. "Argh! Aku juga manusia!" Ia memukul kemudi keras-keras lalu mengaduh kesakitan.

Mobil metalik mulai melaju menuju school collage.

***

Emma masih berkutat mencari kelas yang dimaksud tuan James, pertama masuk kelas ternyata salah, kedua ternyata kelas dua, salah juga, ini kali ketiganya Emma menyusuri lorong sekolah mencari ruang kelas. Donat dalam keranjangnya masih menimbulkan aroma sedap. Emma tidak merasa kikuk walaupun banyak orang yang memperhatikannya, mungkin barang bawaannyalah yang membuat dia tampak aneh.
"Menyebalkan!" Gerutu Emma sudah mulai capek. Hari mulai beranjak siang, semua murid sudah hampir masuk ke dalam kelasnya namun Emma masih saja belum menemukan kelas yang dimaksud tuan James.

Kaki Emma terasa lemas, betisnya sudah kesemutan, barang bawaannya sudah terasa sangat berat. "Ah.. aku kelelahan." Emma duduk di bangku dekat taman, keranjang yang ia bawa ia letakkan disampingnya, Emma menyusut keringat di keningnya. Kepala Emma mendongak melihat langit "Ini masih pagi tapi aku sudah lelah berolahraga." Emma kembali beranjak, mengambil barang bawaannya.

Seseorang berjalan terburu-buru, beberapa kali ia menengok arloji di tangannya. Langkahnya dipercepat setiap kali habis melihat arloji itu.

Emma menggendong tasnya dan menggenggam keranjang donat bawaannya erat-erat, Emma berbalik ke belakang, dan,

The Dolls GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang