Emma terdiam, tak bicara apa-apa, Mate mendekat dan semakin mendekat, jarak mereka hanya tinggal lima senti. Dada Emma rasanya terbakar, jantungnya berdetak kencang hingga terdengar keras. Mate mengarahkan pandangannya ke dada Emma lalu tersenyum. Jantung Emma semakin keras berdetak, ia merasa kalau sebentar lagi jantungnya akan copot dan jatuh ke lambung.
"Dasar mesum apa yang dia lihat?!" Bisik Emma dalam hati.
Mate semakin memusatkan pandangannya pada Emma, Emma tengah duduk di sebuah kursi dan Mate menaruh lututnya ke kursi yang Emma duduki. Emma semakin kacau ketika tangan Mate memegang sandaran kursinya. Jarak mereka mungkin hanya tinggal tiga senti saat ini. Emma menatap Mate dengan takut..
"M-Mate?"
"Shhttt"
Emma menelan ludah dan menahan nafas.
Mate menatap mata Emma, gadis itu terlihat sangat tertekan. Ia tersenyum dan tetap menatap Emma. Entah apa yang sedang ia pikirkan, Mate merasa sangat nyaman, ia tak pernah senyaman ini sebelumnya. Wajah Emma masih tetap menunduk tak berani mendongak untuk balik menatap Mate.
Angin semilir berhembus menyentuh punggung leher Mate.
Mate tiba-tiba menjepitkan tangannya ke ketiak Emma dan membuatnya berdiri. Emma terkejut, seketika Mate mencium bibir Emma dan tanpa melepasnya. Jantung Emma benar-benar terbakar sekarang, ia tak mengerti dengan apa yang Mate lakukan.***
Diluar itu, malam gelap menyelimuti Northland, kota itu sunyi sepi seperti tak menampakan aktivitas sedikitpun.
Magenta masih dengan kesakitannya, Troy frustasi menyusun strategi balas dendam.
***
Dilain sisi, malam masih menyelimuti Mate dan Emma, mereka benar-benar berada dalam situasi canggung saat ini. Kejadian barusan benar-benar membuat Emma shock, begitu juga dengan Mate. Mate duduk di tempat tidur Emma, ia menggaruk tengkuk.
"Aku.. aku.. minta maaf."
Emma menggigit bibir bawahnya, jantungnya masih tak berhenti berdegup kencang.
"Mate, sejujurnya aku merasa aneh saat kau menciumku. Aku, aku merasa ada yang beterbangan didadaku. Apa kau juga merasakan itu?" Tanya Emma dengan polos.
Mate tersenyum menatap Emma, "Ya, aku bahkan merasakan lebih dari apa yang kau rasakan."
"Benarkah?"
"Hey, ada apa denganmu? Matamu berbinar."
Emma mengedip-ngedipkan mata. "Kamu pasti bercanda."
Mate tertawa, bahunya berguncang. "Kau ini, ternyata memang benar-benar bodoh!"
Emma cemberut.
"Tapi apa kau tahu? Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini pada wanita sebelumnya."
"Dan aku adalah orang pertama? Yeeeeee..." Emma tiba-tiba menlonjak dan melompat-lompat kegirangan. Saking senangnya ia sampai tak sadar kalau dirinya mendekat pada Mate, kaki Mate tersangkut dikaki Emma hingga membuat dirinya terjelembab di depan Mate.
Mate beranjak menolong Emma yang mengaduh kesakitan.
"Dasar, kau benar-benar membuatku ingin menggigitmu!"
"Hah?"
"Hahaha sayangnya kau terlalu bodoh untuk aku konsumsi, dagingmu pasti tidak enak."
Emma melotot. "Apa kau bilang? Sini biar aku buktikan kalau dagingmu juga tidak enak!" Emma menarik-narik tangan Mate mencoba menggigitnya, namun Mate melakulan perlawanan hingga mereka berebutan menggigit. "Dapat!" Teriak Emma sambil menggigit lengan Mate.
Mate menjauhkan kepala Emma dari lengannya dan bagai kilat Mate menggigit bibir bawah Emma, membuat Emma diam membisu.
Beberapa detik mereka berada diposisi itu. Nafas Mate terasa dihidung Emma, jantung mereka berdegup kencang hampir bersamaan.
Bruk!! Sesuatu derdengar menghantam jendela luar.
Mate segera menghampiri asal suara itu. Ia membuka jendela dan tidak mendapati sesuatu apapun.
Emma menatap punggung Mate. "Ada apa?"
"Emma," kata Mate tiba-tiba sedih. "Maafkan aku, seharusnya aku tak melalukan hal ini. Dan seharusnya kau tidak seperti itu. Emma maafkan aku, aku benar-benar meminta maaf padamu."
"Mate?"
"Maaf Emma, aku janji takkan melakukan hal ini lagi."
"Ma-mate ada apa?"
Mate mendekati Emma dan menyibakan rambutnya. "Tolong jangan lakukan hal seperti itu lagi Emma, jangan memancingku. Kalau begitu kau akan menggagalkan rencana kita."
"Maaf mate." Ucap Emma sedih.
"Baiklah kalau begitu, jangan sampai ayah tau soal ini. Apa kau bisa menjaga rahasia? Semoga ini jadi yang pertama dan terakhir untuk kita."
Emma mengangguk. Walau sebenarnya ada sedikit kekecewaan dalam hatinya.
Mate mengusap kening Emma. "Bagus, kau harus percaya padaku. Sekarang kau istirahat. Selamat malam." Suara Mate pelan. Ia menarik kepala Emma dan mengecup keningnya. "Bye."
Jantung Emma seperti berhenti berdegup saat punggung Mate menghilang dibalik pintu. Sebenarnya Emma masih tak mengerti dengan ucapan Mate.
Emma duduk diatas tempat tidur dan menyentuh bibirnya. Ia melamun. Ia merasa kalau dirinya seperti tadi, ia benar-benar tak lebih dari seorang wanita jalang! Emma benar-benar menyesal, ia merasa malu saat ini.
Namun seketika Emma tersenyum. "Good kisser." Gumamnya.
***
Mate menatap wajahnya dibalik jendela yang memantulkan refleksi dirinya.
Ada raut menyesal di wajahnya. "Harusnya aku tak melakukan ini! Harusnya tidak!" Ia mengacak rambutnya frustasi. "Aku tidak boleh magacaukan rencana ini, aku dan Emma sudah berada sejauh ini, tidak mungkin aku mengacaukannya. Ayolah Mate, bukan Emma tujuanmu."
Ia mengembuskan nafas berat. Malam ini penyesalan menyelimuti dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/52010670-288-k253532.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dolls God
FantasyBagaimana jika seseorang memiliki hobi mengoleksi roh manusia? bagaimana hal itu bisa terjadi? Mr. Felix memiliki hobi gila itu, ia mulai menemukan hobinya pada tahun 1937, berawal dari tewasnya seorang gelandangan di depan rumahnya ia mulai merasa...