"Tapi ayah.. aku mencintainya." Ucap Mate dengan jantan.
Mr.Trainor diam.
Mereka terdiam.
Tak ada suara setelah itu.
.
.
.
Tiba-tiba sebuah suara muncul dari mulut Mr.Trainor. "Kalau begitu hancurkan dewa roh jahat itu, maka kau akan selamat hidup bersama dengan gadis itu." Ucapnya tanpa menatap Mate. Mr. Trainor berbalik "Tapi itu jelas tak mudah bukan? Menyerahlah Mate. Lawan kita hanyalah Magenta."Rahang Mate berdecit, tangannya mengepal, ada amarah yang ia tahan.
"Mate, pengetahuanku soal takdir hanya terbatas pada kitab yang kita punya, tolong jangan berbuat naif."
"TIDAK! Tidak ayah, aku tidak akan menyerah untuk gadis itu. Akulah yang pertama menyentuhnya maka aku tidak akan membiarkan siapun menyentuhnya setelah ku!"
"MATE!!"
"Aku akan buktikan ayah, aku berjanji padamu. Aku akan menaklukan semuanya!"
"MATE!!?"
Mate tak lagi mendengarkan kata-kata ayahnya, ia lantas pergi keluar meninggalkan Mr.Trainor.
***
Mate keluar lewat dinding penghalang dan seketika ia terkejut.
"Lay?"
"Mate?"
***
1,2,3,4 detik telah berlalu kepala Emma masih terus berpikir buka, tidak, buka, tidak, buka, tidak.
Lewat jendela Emma mengintip keluar sisi lain sudut rumahnya. Diluar Emma tidak menemukan ujung awan yang tak hitam dan mendung, ia masih bertahan ditempatnya.
Suara seseorang diluar masih sabar mengetuk-ngetuk pintu kayu tinggi itu, Emma menatap pintu tua itu dengan ujung matanya. Akhirnya ia memantapkan diri.
Emma akhirnya berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Hallo." Seorang wanita menyapa dirinya.
Emma tak terkejut melihat siapa yang kini berada didepannya. Ia hanya akan terkejut jika yang berada dihadapannya itu adalah Mate."Maaf, Anda siapa?"
Wanita itu masuk tanpa menunggu Emma mempersilahkannya. "Kau Emma?"
Emma heran. Dengan ragu ia menjawab iya.
"Emm... tempat yang nyaman." Wanita itu duduk dikursi. "Dengan siapa kau disini?"
Emma diam berdiri menghadap wanita itu. "Em aku? Aku.." tiba-tiba ia teringat pada Mate, rasanya ada kemarahan, sebal, rindu dan beberapa perasaan lain yang membuatnya kesal. "Sendiri! Aku hanya sendiri disini."
"Apa kau yakin?" Ucap wanita itu tanpa menatap Emma.
"Ya. Tentu."
"Baiklah." Wanita itu beranjak dan melangkah mendekati Emma. "Apa kau kesepian?"
Emma menatap mata bulat wanita yang tak dikenalnya itu. Ia menelan ludah, bingung harus menjawab apa.
"Aku tawarkan satu kesempatan bagus untukmu."
"Kesempatan?"
"Ya, apa hobimu?"
"Hobiku, emm.. aku senang memasak tapi aku tidak pintar, aku tidak tahu apakah memasak itu hobiku."
Wanita itu tersenyum. "Kebetulan kalau begitu. Dirumahku ada dapur yang isinya komplit, aku juga punya satu ruangan yang isinya baju-baju gadis perempuan, aku bingung harus kuapakan semua itu. Tapi saat aku melihatmu aku jadi punya ide, maukah kau pergi ke rumahku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dolls God
FantasyBagaimana jika seseorang memiliki hobi mengoleksi roh manusia? bagaimana hal itu bisa terjadi? Mr. Felix memiliki hobi gila itu, ia mulai menemukan hobinya pada tahun 1937, berawal dari tewasnya seorang gelandangan di depan rumahnya ia mulai merasa...