Air mata ku kembali menetes. Aku segera menghapusnya. Dengan kasar lebih tepatnya.
"Bodoh" umpatku pelan. "Ngapain gue nangisin cowok brengsek itu lagi" gumamku.
Aku terus menyeka air mataku yang mengalir. Hpku bergetar. Ada pesan bbm masuk. Aku membukanya.
'Putra: PING!!'
Aku hanya membacanya. Awalnya aku tidak berminat untuk membalas. Namun, tiba-tiba aku kepikiran sama omongan Putra tadi. Jelasin apa?
Aku menekan tulisan 'PING'
Hanya butuh beberapa detik saja untuk mendapatkan balasan dari Putra.
'Aku ganggu kamu?'
Dengan cepat pula aku membalas 'nggak'
'Oh iya'
Aku membaca 5 huruf itu dengan perasaan berdebar. Menunggu tulisan 'is writting a message' itu hilang sangat lama.
Aku menggelengkan kepala ketika setelah 5 menit Putra nggak membalas lagi. Aku meletakkan hpku dan memejamkan mata. Entah kenapa, mata dan hatiku seperti lelah. Dan kalau aku sudah lelah, aku bisa kehilangan kendali.
Hpku bergetar. Aku yang baru memejamkan mata beberapa detik merasa sangat kesal. Aku membaca pesan dari Putra dengan perasaan nggak karuan.
'Maaf, sebelumnya aku nggak pengen buat kamu GR atau apa lah. Tapi, perlu kamu tau kalau aku sangat percaya sama mitos mitos orang dulu. Nggak tau kenapa, yang jelas mitos itu pasti ada dan beberapa sudah ada yang menimpaku. So, intinya, orang dulu bilang kalau kita ketemu orang yang sama sebanyak 3x dalam waktu sehari, itu tandanya kita jodoh sama orang itu'
Aku memcermati kata setiap kata yang berderet. Apa maksudnya?
'Lalu?' Aku menekan tombol send.
'Aku rasa kita jodoh.'
Aku hampir tertawa membacanya.
'Tapi aku nggak percaya sama begituan kak' balasku
'Baik. Kita buktikan besok'
Entah kenapa, bibirku melengkung keatas. Aku tersenyum. Setelah 2 tahun, aku bisa tersenyum karena seorang cowok. Apa kata Putra benar?
Hpku bergetar lagi.
'Kok diam? Kamu takut, Tasha?'
Aku segera membalasnya. 'Tidak. Ayo kita buktiin'
'Sip. Sampai jumpa besok, Tash'
Sekali lagi aku tersenyum.
Pintu kamar terbuka. Membuyarkan mimpi indahku.
"Dek, nih," Kak Riski melemparkan seluruh peralatan dan bahan bahan untuk MOS ku besok.
"Wets. Baik banget, lo" aku merapihkan barang yang dilempar Kak Riski tadi, "thanks, kak" ucapku
Kak Riski menghampiriku. Ia duduk disebelahku. "Kenapa lo? Kaya seneng gitu?" Tanyanya
"Nggak tuh, biasa aja" dustaku
"Yakin nggak mau cerita sama gue?" Pancing Kak Riski
"Eum.. cerita nggak ya?" Godaku
"Cerita dong"
"Oke" aku mengulum senyum. "Jadi, tadi itu ada kakak kelas yang sifatnya aneh banget ke gue. Dia itu ganteng, tapi suaranya lucu, mirip cewek gitu"
Belum selesai aku cerita, raut muka Kak Riski udah nggak enak.
"Terus?" Kak Riski menanyakan hal yang aku yakin dia nggak suka. Selama insiden aku depresi, Kak Riski emang yang paling ketat dalam ngejagain aku dari laki-laki manapun.