-16-

1.3K 37 0
                                    

"Gue nungguin lo,"

Mataku membulat. Ngapain dia ngikutin aku segala? "Ada perlu apa?" Tanyaku

"Gue kangen sama lo," jawabnya

Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Rayhan maju beberapa langkah. Sontak, aku memundurkan langkahku.

Duk.

Kakiku menatap ban mobilku. Aku menatap bawah. Sial. Aku menatap Rayhan yang saat ini hanya beberapa centi di depanku. Ia tersenyum licik.

"Ehm," aku berdehem. ia mundur beberapa langkah. Aku salah tingkah. Membenahi rambutku yabg sebenarnya sudah rapi. "Gue duluan," ucapku seraya membuka pintu mobil. Aki segera masuk, duduk, dan menutup pintu. Mengetahui Rayhan yang menghilang, aku menarik nafas lega.

Gila. Senekat itu dia mencegatku. Udah tau ini di sekolah. Gimana kalau teman-teman melihat. Apalagi Putra? Aku membenturkan jidatku ke setir berulang kali. Aku menoleh saat pintu mobil di tutup. Rayhan. Aku terlonjak kaget. Kenapa dia masih aja nekat sih?

"Lo ngapain disini?" Ketusku

"Gue mau ikut lo," jawabnya santai. Ia memasang seatbeltnya lalu tersenyum penuh kemenangan ke arah ku. Aku menarik nafas panjang lalu memasang seatbeltku juga dan mengendalikan mobil.

"Mau lo apaan sih sebenarnya?" Tanyaku. Memecah kemacetan jalan.

"Gue? Nggak ada, tuh," jawabnya

"Terus kenapa tadi lo bilang kangen sama gue terus ngikutin gue pake nebeng nggak bilang-bilang?" Cecarku

"Lo keberatan?"

"Ya iyalah. Coba lo pikirin. Kalau Putra ngeliat kan gue bisa dikira selingkuh,"

"Semua orang juga tau kali kalau gue sama lo itu cuma temen."

"Kecuali fans lo. Gue nggak bisa ngomong apapun kalau fans lo udah berbicara," aku mengendalikan mobil yang mulai melaju perlahan. Pandanganku fokus pada jalanan.

"Gue nggak peduli," balas Rayhan santai

"Lo mau kemana sekarang?" Tanyaku

"Kemanapun." Jawabnya

Aku menarik nafas lagi. Mengendalikan mobil menuju rumah Rayhan. Sesampainya di rumah pria yang menjadi temanku ini, ia mengucapkan terima kasih dan segera turun. Aku heran. Dia ke sekolah sama siapa? Dan kenapa dia bisa tau aku di sekolah? Tanpa memikirkan jawabannya, aku segera melajukan mobilku untuk pulang.

Hp ku bergetar. Aku menepikan mobilku. Ku ambil hp ku dan kujawab telp dari Laras. Belum sempat aku berbicara, ia sudah memberondongku dengan pernyataan yang tidak ku mengerti.

"Tega, lo, Sha. Gue kira lo sahabat gue yang paling baik. Gue kira lo nggak bakal khianatin gue. Tapi ternyata? Lo nggak jauh beda dari Nita yang ngerebut Odi dari lo."

"Maksud lo apaan sih, Ras?"

"Lo nggak usah sok nggak tau. Gue itu tau kalau dari kemarin lo berduaan sama Rayhan. Gue tau, Tasha!" Aku tersentak. Darimana dia tau? Aku nggak ngeliat Laras dari kemarin. "Gue udah bilang sama lo dari awal. Lo suka kan sama Rayhan?"

Deg. Jantungku terasa berhenti berdetak.

"Kenapa lo diam? Gue bener kan, Tasha. Lo suka kan, Tash, sama Rayhan? Jawab gue, Tash, jawab!" Laras terisak.

"Laras..." panggilku. "Dengerin gue. Semua yang lo lihat itu nggak seperti apa yang lo pikir,"

"Terus semua itu apa? Cuma teman?"

Aku mengangguk meskipun Laras nggak bisa melihat anggukanku. Semua ini gara-gara Rayhan. Kalau saja aku nggak kenal dia sejak awal, aku nggak akan bertengkar dengan Laras. Juga dengan Jihan. Aku harus jauhin Rayhan sebelum semua tambah parah.

15++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang