Kurang lebih sudah dua minggu atas kejadian jatuh dari motor. Lukaku belum kering, tanganku juga belum sembuh total. Untuk membawa motor saja aku masih kegep.
Kemarin, Rayhan dan Willy mengajakku main lagi. Aku menyetujuinya meskipun belum tentu dapat ijin dari Putra dan orang tuaku. Tapi ya udah lah, biarin aja.
Aku sampai dirumah dengan jasa antar jemput gratis dari Putra.
"Aku boleh keluar nggak besok?" Tanyaku
"Kemana?" Tanya Putra
"Ya keluar aja" jawabku
"Sama siapa?"
"Sama temen-temen. Ada Kayla sama Kathy juga kok" jawabku
"Boleh. Hati-hati tapi"
Aku hampir saja meloncat kegirangan saat Putra bilang boleh. Namun, segera kujaga rasa ini. Putra pamit pulang. Aku masuk kedalam rumah dan minta ijin pada mamaku. Ternyata dibolehin. Aku segera mengabari teman-temanku lalu mengganti seragamku dan tidur.
***
Pagi ini, Putra sudah berdiri di depan rumah. Aku mengajaknya berangkat. Namun ia mencegahku. Aku menatapnya heran. Tiba-tiba, ia mengeluarkan setangkai bunga mawar dari tasnya.
"Buat wanita cantik dihari yang cantik dengan bunga yang cantik pula" ucapnya. Gombal lebih tepatnya. Aku tersipu seraya menerima bunga darinya. "Udah senyumnya. Nanti telat" Putra menegurku. Aku meminta ijin untuk meletakkan bunga di kamarku dulu lalu segera berangkat ke sekolah.
Aku menoleh karena dibelakangku terdengar bunyi ribut klakson motor. Aku menjulurkan lidah ketika tau si pelaku Rayhan.
"Rayhan tuh, Sha" ucap Putra. Aku mengiyakan. Rayhan mensejajarkan motornya disebelah motor yang dikendarai Putra. "Ray, apa kabar?" Tanya Putra setengah berteriak
"Baik. Widih, makin romantis aja kalian" ucap Rayhan. Putra dan Rayhan melajukan motor dengan kecepatan sedang. Hingga di parkiran, kita masih aja bareng.
"Aku habis ini ke ruang OSIS dulu. Kamu bareng Rayhan aja ya?" Ucap Putra. Aku mengangguk. "Ray, nitip Tasha. Jagain Tasha ya. Sekalian, nanti anterin Tasha balik bisa nggak? Gue ada acara soalnya" ucap Putra pada Rayhan.
"Oke, kak. Tenang aja. Nanti juga dia keluar sama gue" ucap Rayhan.
"Thanks ya"
"Santai aja" Ucap Rayhan sebelum Putra meninggalkan kita. Rayhan menatapku. "Lo kaya bayi ya. Dan gue kaya baby sister lo lebih tepatnya" goda Rayhan. Aku menjitaknya. "Nggak jadi bayi. Mak tiri aja cukup" Rayhan merintih. Aku dan Rayhan akhirnya berjalan menuju kelas.
"Wets, bro. Tumben barengan?" Tanya Willy yang berada di depan pintu kelas.
"Iya, gue kaya barang. Dititipin ke dia" jawabku ketus lalu melangkah masuk ke kelas. Berurusan dengan Rayhan dan Willy aku juga yang kalah. Aku melihat wajah teman-temanku yang suram. Terutama Kayla. Kathy di sebelahnya cuek bermain hp. Aku menyenggol Kathy dan bertanya lewat mataku. Kathy hanya menggeleng. "Lo kenapa, Kay?" Tanyaku.
"Gue bete banget" jawabnya.
Aku dan Kathy tanpa aba-aba langsung mendekat pada Kayla yang mulai bercerita. Ternyata, semalam Willy ngechat Kayla. Bukat chat biasa. Tapi, Willy seperti memberi perhatian pada Kayla. Emang sih, saat ini Kayla terlihat sakit. Aku dan Kathy terkekeh mendengarkan cerita Kayla. Lucu. Dibalik Willy yang menyebalkan, bisa juga seperti itu. Tapi, kalau dilihat-lihat, memang ada yang aneh diantara Kayla dan Willy. Kayla hampir saja membatalkan untuk ikut keluar nanti. Aku dan Kathy membujuknya mati-matian. Gila aja.