Aku memandangi pria berkacamata di depanku. Ia sedang latihan untuk lomba besok. Aku tersenyum sendiri. Begitu beruntungnya aku punya pacar dia. Aku merasa hidupku sempurna saat dia hadir dihidupku. Ia menoleh, satu senyuman ia lemparkan untukku. Aku memberinya semangat.
"Serius amat ngeliatinnya?" Seru seorang pria, namun aku tidak menoleh. Aku hanya mengangguk. "Putra emang keren, gue aja sempat nyesel bilang dia banci," ucapnya lagi. Kali ini aku menoleh.
Rayhan.
Aku mendongak untuk melihat wajahnya. Aku yang hanya sebatas dagu Rayhan merasa terlalu pendek. Jarak kami tidak sampai satu jengkal. Aku mundur beberapa langkah. Kakiku entah tiba-tiba melingkar. Aku hampir saja terjatuh kalau Rayhan tidak menggenggam tanganku. Kali ini sinetron benar-benar life show. Aku memandanginya. Mata kami berbicara.
Namun aku segera tersadar. Aku menarik tanganku dan memutar tubuhku untuk menatap Putra lagi. Bodoh. Kenapa bisa begini sih? Aku menggigit bibir bawahku.
"Ehm," Rayhan berdehem. "Mau ke kantin nggak?" Tawar Rayhan. Aku menggeleng tanpa menoleh lagi. Namun, perutku berbunyi. Aku menyumpahi perutku yang sembarangan ini. Rayhan tertawa. "Udah, yuk ikut gue," Rayhan menarikku. Belum sempat aku menjawab, Rayhan sudah berteriak pada Putra, "Kak, gue minjem Tasha nya dulu,"
Aku nggak masalah dengan Putra. Apapun yang aku lakukan, dia nggak melarang dan dia nggak pernah cemburu. Aku juga begitu. Kita memutuskan untuk saling percaya.
Sekarang, aku duduk di hadapan pria yang banyak fans ini. Aku melihat sekelilingku. banyak tatapan nggak enak.
"Rayhan!" Bisikku. Rayhan menoleh. "Gue nggak nyaman sama penglihatan orang-orang sekitar," lanjutku. Rayhan ikut memperhatikan lingkungannya. Rayhan banyak dikejar kakak kelas juga satu angkatan. Dan aku banyak dikenal sebagai pacar Putra yang sekarang menjadi ketua OSIS. Sekarang pasti pikiran mereka aneh-aneh.
"Nyantai. Kita cuma teman kan?"
Aku mengangguk. Aku kepikiran perkataan Laras. "Gue denger dari Laras, lo udah ngerespon dia, ya?"
Rayhan mengangguk. "Respon biasa, kaya gue ke anak-anak."
"Ray, dia itu suka banget sama lo. Please, jangan lukain dia,"
"tapi kalau gue suka sama yang lain gimana?"
tiba-tiba aku teringat ucapan Jihan dan Lala. mungkinkah...? "Gue mau nanya deh," ucapku. Rayhan menaikkan satu alisnya. "Lo nggak suka sama gue kan?"
Rayhan menatapku, ia mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku memundurkan kursiku. Ini sekolah. Nekat banget ini bocah.
Kemudian, terdengar tawa Rayhan meledak. Aku mendecak kesal. "Gila. Lo polos banget! Takut banget gue ngapa-ngapain lo!" Ucapnya
"Gue nanya serius Rayhan!" Ketusku
"Lo dapet berita darimana sih? Hoax banget,"
"Gue baca sendiri bbm lo sama Jihan dihp lo,"
Rayhan terkekeh, "Oh, jadi lo berani buka-buka privacy orang ya?"
"Eh, nggak gitu, Ray,"
"Terus?"
"Ya udah lah, sekarang intinya lo suka gue apa nggak?" Tanyaku ulang. Aku kesal.
"Nggak, Tasha, nggak," jawab Rayhan. Aku menatapnya. Mencari kebohongan di matanya. Namun nihil. Pria itu tidak berbohong. Ada sedikit kekecewaan dihatiku. Kenapa ini? "Kok bengong?" Aku meraih tas ku dan berdiri. "Mau kemana?" Tanya Rayhan. Ia ikut berdiri"Mau ke Jihan lah kemana lagi? jawabku ketus. Rayhan menatapku bingung. Ia berusaha mencegahku dengan menahan tanganku. "Lepasin!" Tegasku lalu menempisnya dan segera beranjak. Aku mendengar Rayhan meneriaki namaku. Mungkin, orang-orang mengira aku dan Rayhan pasangan yang sedang bertengkar.
What ever, masa bodo. Yang penting sekarang aku mau menemui Jihan dan menanyakan apa maksud dia.
