Chapter 2

5.5K 344 4
                                    


[ Key ]

Aku melangkah menuju kelasku. Saat sampai di depan kelas XI.IPA 3 aku berjalan gontai menuju kursiku dan menemui teman sebangku ku.

"Hai Key.." sapanya dengan senyum yang merekah di wajahnya.

"Hai Fah.." jawabku sembari meletakkan tas di kursi.

Ketika aku mengeluarkan buku Biologi dan ingin meletakkannya di bawah meja, mataku tak sengaja menatap bawah meja Ifah. Aku melihat sesuatu yang sangat familiar di mataku.

"Fah itu buku apa?" tanyaku sambil menunjuk sesuatu yang tergeletak di bawah mejanya.

Ifah mengambil buku itu dan menunjukkannya padaku. "ini? Ini Diary dari someone. Hehe.."

Ketika buku itu ditunjukkannya aku langsung teringat seseorang. Vero. Persis sekali mirip dengan diary yang kemarin ia beli untuk seseorang. Tapi pikiran negatif itu langsung ku buang jauh jauh. Buku diary seperti itu takkan mungkin di produksi hanya satu. Mungkin hanya kebetulan kan?

Aku membuang nafasku lalu tersenyum "cie Ifah punya gebetan gak cerita cerita." Godaku.

Ifah hanya menyengir dan kembali meletakkan diary itu di bawah mejanya ketika melihat guru Biologi mulai melangkah masuk kelas.

Aku membetulkan letak dudukku dan kemudian mengambil buku Biologi. Sejak kejadian barusan, aku benar benar tak bisa berkonsentrasi. Sampai pelajaran berakhir aku hanya diam sambil terus berpikir positif.

***

Bel pulang sekolah yang sangat terdengar merdu berbunyi. Aku merogoh kantongku untuk mengambil ponsel. Layar ponselku menyala sambil menampilkan pesan Line dari Vero.

Alvero Dimas : lo gausah nunggu gue ya. Lo balik duluan aja. Sorry gabisa nganter. Hati hati.

Aku mendengus kesal. Jika tahu begini, aku tak mungkin menolak tawaran kakakku tadi pagi untuk menjemput. Akhirnya dengan doa penuh harap, aku mengirim pesan pada kakakku untuk menjemput.

Keisya Ardhania : bang.. jemput Key.

Beberapa menit kemudian, ponselku berdeting.

Kevin Ardhana : sori abang gabisa jemput. Udah janjian sama temen. Tadi pagi ditawarin gamau -_-

Aku menatap nanar pesan itu sambil berjalan gontai menuju koridor. Mau tidak mau aku naik taxi dan merelakan uang jajanku untuk bisa sampai kerumah dengan selamat.

Jangan tanyakan soal 'kenapa gak pesen ojek online?' karena ponselku kapasitasnya penuh untuk download aplikasinya.

Saat tengah di koridor, aku mendengar suara hentakan kaki yang sedang berlari sambil meneriakan namaku.

"Keisyaaaa...."

Aku menoleh ke sumber suara. "eh Hariz.. ada apa?"

Ketika ia sudah berada di hadapanku, ia terdiam mengatur nafasnya sebelum ia berbicara. "tumben sendiri."

"hehe iya nih, gaada yang mau nemenin pulang. Jadi sendiri deh." Hariz terkekeh.

"balik bareng gue aja yuk?"tawarannya membuatku menatap ke arahnya.

"ap-apa?"

"balik bareng gue, biar lo gak sendiri."

Jantungku mulai berdegup tak karuan.

Please jangan baper Key. Dia Cuma nawarin lo pulang. Gak lebih. Lagipula hati lo buat Vero kan?

Aku berdeham kemudian menjawab "gak ngerepotin?"

Why? (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang