Chapter 18

2.9K 219 3
                                    

[ Key ]

Saat aku ingin menaruh Handphoneku. Handphone ku bergetar kembali.

Layar handphone nya menyala dan terpampang nama Hariz disana.

Halo riz? Kamu udah nyampe? Ada apa nelpon aku?"

"Halo Key.. Tadi aku makan martabak red velvet dong.. Enyak bangett.." ucapnya dari sebrang sana.

"APA???!!!!"

"Ya ampun kamu kenapa Key??"

"Ihhh kok kamu gak bagi bagi sii!!!! Ish nyebelin! Aku mauu"

"Bodo ah.. Bye!"

Hariz langsung memutuskan panggilan.

"Astaga lo kenapa si dek?" teriak bang Kev yang terkejut.

"Hariz nyebelin bang Kevv!!!" dengusku sambil mengerucutkan bibirku.

"Dikirain kenapa! Untung gaada suster yang denger. Dikira kamu kenapa napa aja." bang Kev melanjutkan menonton tv.

"Ih kok Hariz jadi gapeduli gitu? Biasanya perhatian. Lah ini jadi cuek bebek gini." aku berbicara sendiri sambil menatap jendela.

Bang Kev hanya melihatku sambil tertawa kecil.

"Lo ngapain ketawa coba bang? Biasanya juga paling belain adeknya. Lah ini malah ketawa. Gak lucu sumpah!" tanya ku sambil menatap sinis ke arahnya.

"Haha.. Lo lebay tau gak. Cuma martabak doang aja ampe segitunya." bang Kev tertawa.

"Ish.. Key mau martabak bangg.. Mana red velvet lagi." ucapku sambil memalingkan wajahku.

Mulut bang Kev seperti tergerak. Ia seperti berhitung tetapi tanpa suara. Dan di hitungan ke tiga.

Tok.. Tok.. Tok..

Seseorang mengetuk pintu. Bang Kev tersenyum kecil, seakan akam mengetahui siapa yang datang. "Masuk aja!!!" bang Keb setengah berteriak.

Saat orang itu masuk. Aku memalingkan wajahku saat mengetahuinya.

"Cie ngambek. Haha.." Ia tertawa.

"Bodo ah." aku masih memalingkan wajahku.

"Oh jadi ngambek? Berarti kamu gak menghargai perjuangan aku dong? Yaudah deh martabaknya buat bang Kev aja. Bang gue balik." ucapnya panjang lebar.

Yaa dia Harizz~~~

Setelah mendengar itu, aku langsung membalikkan badanku dan menarik tangannya.

"Ih kamu mah gituu.. Iya iya gak ngambek! Sini sinii.. Akkkk martabakkk" aku langsung menarik kantung martabak dan memakannya.

"Dih.. Kata Hariz itu buat gue curut.. Astaga.." bang Kev melihatku sinis.

"Bowdo amwat.. Owang hawiz bewiin buwat akwu" ucapku dengan mulut penuh martabak.

"Kata siapa Key? Orang buat bang Kev.." Hariz tertawa kecil.

Aku berhenti mengunyah, dan bergerak seperti ingin melepaskan infusan yang terbalut di tanganku.

Aku hanya menguji mereka~ gak mungkin aku melepaskan infusan ini~ mungkin aja sih, tapi aku gak beranii hehe..

"Ehhh jangannn!!!!" ucap bang Kev dan Hariz bersamaan.

"Iya ini buat kamu kok sayang.. Dimakan yang banyak yaa biar sembuhh.." ucap Hariz panik.

"Iya itu buat lo aja dehh.. Plis jangan dilepass!!" bang Kev pun panik.

Haha.. Makanya jangan coba coba lawan Keisya Ardhania~

Aku tersenyum puas dan melanjutkan makanku.

Hariz hanya menggeleng gelengkan kepala melihat tingkahku. Ia pun duduk bersama bang Kev untuk mengobrol.

"Riz.. Pinjem hape kamu dong." ucapku setelah menelan martabak yang tadi memenuhi mulutku.

Hariz memberikan handphonenya tetapi wajahnya tidak berpaling dan masih terus mengobrol dengan bang Kev.

Aku mengambilnya dan mulai melihat lihat. Dari galeri sampai semua sosmed yang ia punya.

Tetapi mataku tertuju pada foto seorang gadis saat aku melihat galeri.

Aku mengurungkan niatku untuk bertanya pada Hariz.

Aku berpikir, bila dia mencintaiku, pasti ia akan menjelaskan tanpa kuminta.

Ya tuhan dia siapa? Apa mantannya? Kok sakit banget ya..

"Tenang aja Key.. Nanti kujelasin semuanya kok. Tunggu kamu sembuh dulu tapii.." ujar Hariz tiba tiba seperti bisa membaca pikiranku saat ini.

Aku hanya tersenyum simpul lalu melanjutkan pemeriksaan. Ehh maksudnya melanjutkan melihat lihat.

Hingga jam menunjukkan pukul 9 malam. Hariz berpamitan untuk pulang.

Setelah Hariz pulang, bang Kev pun pergi ke mobil untuk mengambil sesuatu.

Setelah ia kembali, ia membawakan gitar tosca kesayanganku.

"Nih mainin dulu. Siapa tau bosen. Bang Kev mau balik dulu ya. Mau ngambil baju dulu, bang Kev besok jadwal pagi soalnya."

Aku mengangguk sambil mengambil gitarku dan memetiknya.

Otakku terus bertanya tanya. Siapa perempuan yang ada di galeri Hariz?

"Apa harus bener bener sembuh untuk tau siapa dia?" ucapku sambil memetik gitarku.

Aku memetikkan gitarku lalu menyanyikan sebuah lagu.

"Now the stars are lined up so perfectly
For everybody, but not for me
Wish it could be easy
But it never goes away
It's never like the movies
It's never like they say

Aku menarik nafas ku dan kembali bernyanyi.

But maybe one day i'll be back on my feet
And all of this pain on me gone
And maybe it won't be so hard to believe
Then i'll find out just where i belong
It feel like it's taking forever
But one day things can get better
And maybe
My time will come
And i'll be the lucky one

Aku mulai merasakan air yang kini mengalir di pipi. Dan aku tetap melanjutkan bernyanyi.

Now i can't stop thinkin'
How this life could be
I can keep pretendin'
But honestly
Could we really make a difference?
Could we really ever change a thing?
It's never like the movies
It's never like you think

So give me a reason to keep holdin' on
Something that makes me believe and my life's gonna change
Seems like everyone else gets a shot, gets a break
I can't wait for that to be me"

-Simple Plan - Lucky One-

Aku mengusap air mata yang mengalir di pipiku dengan punggung tanganku.

Dan aku tersenyum sambil menatap kearah jendela.

"And maybe.. My time will come, and i'll be the lucky one"







Why? (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang