Bibir denzel mengerucut. Satu kata. Nyebelin. Baru saja ia akan pergi ke pasar malam berdua dengan reina. Malah batal karena alvin datang dan mengambil alih reina. Ia masuk jok penumpang dengan kesal. Bayangin aja alvin sama reina di depan dan ia di belakang sendiri. Rasanya ia ingin merengek pada reina. Tapi malu kan ada alvin. Ntar dikira apaan.
Ia memalingkan wajahnya ke jendela. Kemudian membenahi rambutnya dengan tangannya. Suara kekehan alvin dan reina terdengar menyebalkan di telinganya. Ia tidak tau mengapa ia bisa se-sensi ini. Biasanya juga kalau reina sama pria lain ia tidak merasa seperti ini. Meskipun dari dulu ia tidak pernah suka kalau reina dekat sama pria lain selain dirinya. Ia mendengus. Kali ini bodo amat mau diomong apa. Ia mau ngerengek pokoknya.
"Rei" reina menoleh ke belakang lalu menaikkan satu alisnya.
"Duduk sini ih" rengek denzel seraya menepuk- nepuk kursi mobil sebelahnya.
"Lah gak enak sama alvin ntar dia kaya supir kita dong? Lo aja sini yang pindah ke depan"
Reina tau bahkan sangat tau. Dari dulu denzel selalu melakukan hal seperti ini-bahkan lebih parah- jika ia bersama dengan pria lain. Kadang denzel sampai memeluknya, mengecup pipi dan kadang mengecup keningnya. Tentu saja hal itu membuat reina mati di tempat karena jantungnya berhenti akibat sentuhan tak terduga dari denzel. Ia tidak mau itu terjadi-lagi- kepada alvin.
"Biarin aja dia jadi supir. Lagian orang kita mau pergi cuma berdua dia ikut-ikut" alvin terkikik kecil seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Pria itu tidak berubah meskipun umurnya semakin tua.
"Zel lo gak boleh gitu kita bisa pergi lain waktu kan?"
"Gak pokoknya gue marah"
"Lah kok jadi lu yang marah"
"Bodo. Gak peduli gue sama lo rei"
"Sayang? Udah selesai debatnya? Turun yuk"
Denzel melongo. Ia tidak salah dengar kan?. Ia baru membersihkan telinganya tadi pagi.
SAYANG? ALVIN MANGGIL REINA PAKE SAYANG WOI! POTEK HATI ABANG DEK!
Denzel terdiam menatap alvin yang berjalan di depan seraya mengamit tangan reina. Ia mengepalkan tangannya. Alvin bukan saingan yang mudah. Duh kan jadi kebakaran jenggot sendiri. Dengan kesal ia mengejar kedua insan yang cukup jauh dari jangkauannya. Ia memotong jalan dengan langkah lebar-lebar lalu dengan santai menyelip diantara alvin dan reina. Tangannya mengamit tangan reina kemudian menyengir kuda. Alvin tidak terima ia pun menarik reina dan menaruhnya di tengah-tengah mereka.
"Biar adil lah. Lo jangan main curang" ujar alvin saat denzel menatapnya sengit.
Reina mendesah pasrah. Ia pusing. Apalagi kedua tangannya sudah di gandeng oleh mereka. Ia hanya mampu diam. Alvin menarik lembut pipi reina agar menghadapnya. Ia nyaris tertawa ngakak melihat ekspresi reina yang lucu.
"Kayaknya dia mulai suka sama kamu" reina mendelik. Masa sih. Alvin mah demennya gitu. Demen bikin baper terus di jomplangin.
"Jangan bikin orang terbang abis itu di jatohin lagi. Sakit tau" alvin menyengir. Ia sadar bahwa ia suka seperti itu. Tapi cuma becanda kok. Beneran deh.
"Aku serius" alvin menatap denzel yang sibuk melihat-lihat. Bagus deh kalo gak denger. "Coba kita liat reaksinya"
"Ha? Reaksi apa?"
Alvin menarik reina sedikit kencang membuat denzel ikut tertarik dan menoleh. Sengaja. Biar bisa liat reaksi denzel. Alvin menangkup pipi reina. Lalu mendekatkan wajahnya menuju bibir reina.
"Pasang muka kaget. Buruan!" bisik alvin dan reina hanya menurut. Ia membelalakkan matanya. Agar denzel mengira bahwa ia tengah berciuman. Padahal tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish
Teen FictionAda yang pernah bilang. "seseorang yang tidak ada hubungan darah denganmu tapi dia dekat denganmu kemungkinan besar dia jodohmu" semoga saja