Reina mengaduk-aduk makanannya. Ia kesal. Bagaimana bisa Denzel meninggalkannya. Ia pikir weekend ini akan seperti biasanya dimana ia dan Denzel menghabiskan waktu bersama. Tetapi pria itu malah pergi. Ia tanya pun hanya di jawab
'nanti gue kasih tau kalo waktunya udah tepat'
Biasanya jika seperti itu Denzel pasti punya gebetan baru.
Ia dengan terpaksa memasukkan makanannya ke dalam mulut. Sayang kan kalo dibuang."Rei?" ia refleks menoleh. Di hadapannya berdiri seorang pria. Wajah asia sekali. Tampan. Dan sepertinya tidak asing di matanya.
"Kamu inget aku?"
"Ah ya. Cuma aku lupa nama." Reina meringis. Pria itu tertawa lalu menarik kursi dihadapan Reina.
"Alvino Kenzo Damian. Inget?"
Reina mendelik. Bangkit dari kursinya dan memeluk pria itu. Alvin hanya tertawa seraya memeluk sahabatnya.
Reina melompat kegirangan. Sahabat masa kecilnya. Dua belas tahun tidak bertemu. Wajar kan kalo lupa nama dan... Kangen. Bahkan ia melupakan soal Denzel punya gebetan baru.
"Gimana kamu bisa disini?" Reina melepas pelukannya lalu kembali duduk di kursinya.
"Aku?" Alvin ikut duduk. Jari telunjuknya mengarah ke dirinya sendiri.
Reina mengangguk. Ia hanya sedikit bingung. Alvin setahunya melanjutkan sekolah di jepang dari sekolah menengah pertamanya dan sekarang pria itu malah ada disini.
"Aku pemilik restoran ini Rei. Hebat kan? Aku udah punya empat cabang di empat daerah yang berbeda loh." Alvin tersenyum lembut. Sebenarnya ia hanya memberi guyonan garing ke Reina meskipun itu memang benar.
"Beneran? Wih aku gak nyangka kamu udah sukses dan gak ngabarin aku." Reina menoyor pelan pipi Alvin.
Alvin meringis. "Sumimasen¹"
Reina tertawa seraya mengangguk.
"Denzel apa kabar?"
"Dia baik-baik aja." Reina mengaduk makanannya kembali. Harus banget gitu ya Alvin ngingetin lagi.
"Sifatnya masih kekanak-kanakan kaya dulu?"
"Ekhem."
Dehaman keras itu menginterupsi mereka membuat mereka menatap kebelakang. Denzel berdiri seraya berkacak pinggang. Ia mendesis kesal. Jadi ini penyebab Reina tidak membalas telefonnya.
Gara-gara pria asia ini rupanya. Pria yang ia tidak tau sama sekali asal-usulnya dan seenaknya membicarakan dirinya seperti itu. Membuatnya benar-benar geram luar biasa.
"Denzel-kun, O genki desu ka?²" Denzel mengernyit. Sudah kurang ajar masih saja nyerocos dengan bahasa apa itu ia tidak tau.
"Can you speak indonesian or english,sir?"
Reina menahan tawa hingga perutnya kram. Dasar Denzel childish. Ia tau betul Denzel tidak mengerti omongan Alvin. Ia tidak akan menyalahkan Denzel. Karena perubahan drastis Alvin juga membuatnya lupa akan sosok itu.
"Astaga, lo lupa juga sama gue?" tanya Alvin tak percaya. Apa ia benar benar berbeda?.
"Gue inget banget sama cadelnya."
Denzel tertawa lalu ber-highfive dengan Alvin. Kalian pasti taulah kalo pria ber tos ria. Suara bagh bugh selalu terdengar. Alvin kadang meringis. Yang diingat cadelnya? Buset.
Alvin, Denzel, Reina memang sahabat dekat dari kecil. Entah bagaimana mereka kenal yang jelas mereka benar-benar seorang sahabat. Meskipun saat ini ada letupan cinta di hati. Alvin terpaksa pergi ke jepang karena ayahnya di pindah tugas. Dan hanya tersisa Denzel dan Reina yang melanjutkan sekolah mereka di ibu kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish
Teen FictionAda yang pernah bilang. "seseorang yang tidak ada hubungan darah denganmu tapi dia dekat denganmu kemungkinan besar dia jodohmu" semoga saja