Reina mendengus kesal. Harusnya Denzel tidak membatalkan janji tiba-tiba seperti ini. Bahkan tidak memberikan alasan apapun. Ia duduk di sofa. Menghela nafasnya sejenak. Dadanya terasa sesak. Sudah berapa hari Denzel berlaku seperti itu. Membuat hubungan mereka berdua renggang.
Jarang ada waktu untuknya. Tidak salah lagi kalau pria itu punya gebetan baru. Biasanya Denzel memberitahunya. Namun mengapa sekarang malah menunggu saat tepat segala.Ponselnya berdering. Membuyarkan pikirannya yang kusut. Ia mengambil ponselnya. Menatap layar lebar dihadapannya.
'Alvin'
Ia menekkan tombol hijau itu lalu menempelkan ponselnya di telinganya.
"Halo ojou-sama." sapa suara diseberang sana dengan cadel yang khas.
Reina terkekeh. "Apa tuh artinya?"
"Bisa tuan putri, nyonya bisa juga nona"
"Ojou-sama buat aku yang mana?"
"Yang tuan putri." entah ini perasaannya atau apa. Ia merasa Alvin sedang tersenyum lembut di seberang sana."oh iya kamu ada acara?"
Reina mengerucutkan bibirnya yang demi apapun Alvin tidak bisa melihatnya. Rasanya ia ingin bilang ada tapi dibatalin. "Ngga ada."
"Kita jalan-jalan ya?"
"Boleh." Reina berjingkat senang. Setidaknya masih ada kegiatan yang membuatnya lupa akan Denzel.
"Buka pintunya. Aku ada di depan." Reina mendelik.
"APA?!"
Reina berlari. Bodo amat sama kakinya yang terantuk meja. Yang jelas ia kaget bukan main. Ia kira Alvin masih dirumah.
"Rei kamu gapapa?" suara khawatir Alvin tertera jelas di ponsel yang ia genggam. Reina tidak menggubris padahal Alvin khawatir karna mendengar bunyi benda benda tertabrak sesuatu.
Ia menggenggam gagang pimtu dengan tangan kanannya. Mengatur nafasnya sejenak. Lalu ia membuka pintunya. Terlihat Alvin tersenyum lembut padanya. Dengan ponsel yang masih di telinganya.
"Kita berangkat?" Reina menatap penampilannya. Ia rasa ia harus menggantinya dulu.
Alvin tertawa saat melihat Reina yang menurun-nurunkan bajunya yang terbuat dari bahan sifon. Ia terburu- buru hingga ia lupa bahwa baju itu tidak ada lengannya dan sudah kekecilan. Risih sekali. Walaupun perutnya rata dan bagus buat dipamerkan tapi ia tidak mau.
"Kamu sih tiba-tiba udah dateng. Aku kan jadi salah kostum." Alvin tersenyum.
"Kata siapa salah kostum? Kamu cantik dan keliatan err seksi." Alvin jujur. Memang kelihatannya seperti itu meskipun ia mengucapkannya penuh perjuangan.
Pipi Reina bersemu. Denzel maapin gue! Gue lupain lu dulu buat hari ini ya, batin Reina.
"Tapi aku ngga pernah tega liat kamu kedinginan. Dan aku ngga pernah rela tubuh kamu diliat pria mesum." Alvin mengalungkan jaketnya di tubuh reina lalu mengusap lembut kepala Reina.
Alvin memang pria baik. Ia selalu menggunakan kosakata 'aku-kamu' ke semua wanita. Karna menurutnya kata 'gue-lo' itu kurang sopan. Sehingga terkadang banyak yang salah paham akan tingkah Alvin yang bikin para cewek baper.
Sama seperti Reina. Tingkah Alvin memang membuatnya seakan menjadi ratu. Namun bukan berarti ia suka. Bagaimanapun juga ia lebih suka sifat selengean milik Denzel. Aduh jadi kangen Denzel.
"Kamu mau main apa?" tanya Alvin. Reina hanya menatap kagum. Banyak sekali. Ia rasa ia ingin mencoba semuanya.
"Semuanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Childish
Fiksyen RemajaAda yang pernah bilang. "seseorang yang tidak ada hubungan darah denganmu tapi dia dekat denganmu kemungkinan besar dia jodohmu" semoga saja