Malam sudah cukup larut. Denzel menculik reina kerumahnya setelah delvian dan rara tidur pulas. Kedua bocah mungil itu selalu menangis saat reina dan denzel pamit pulang. Jadi mereka memutuskan untuk pulang setelah mereka tertidur. Dan kini reina malah terjebak di rumah denzel. Ibu melia sudah tertidur.
Gadis itu sedikit kecewa karna tidak bisa merasakan pelukan hangat yang sudah dirindukan. Bahkan untuk sekedar bertemu bi ijah pun tak bisa. Ya bi ijah sudah terlelap jam segini. Mata reina akhirnya tertuju pada denzel yang melangkah kearahnya. Sepertinya pria itu baru selesai mandi karena pakaian pria itu sudah berganti dan rambutnya terlihat basah.
"Lo mau mandi rei?" reina mengangguk. Ya ibu melia pernah menyuruhnya membawa beberapa baju kesini untuknya jika ia ingin menginap. Dan stok bajunya masih cukup banyak sebab kalau dipikir ia kan jarang menginap dirumah denzel.
"Ah harusnya tadi gue mandi bareng sama lo aja" denzel menaik turunkan alisnya. Reina mendengus dengan semburat merah yang memenuhi wajahnya. Reina tidak pernah tau kalau pikiran mesumnya pindah ke denzel.
"Ck. Inget lo udah ada yang punya"ujar reina seraya menaiki anak tangga.
"Siapa? Gue sama salsa kan udah selesai" reina terdiam. Kakinya pun berhenti melangkah.
"Maksudnya?"
"Putus"
Reina melongo. Ada terselip rasa senang dihatinya. Seakan nyempil diantara retakan hatinya. Ia segera berlari menuju kamar mandi saat denzel menatapnya tajam seraya menggendikkan dagu.
Denzel menghela nafas saat melihat reina masuk ke kamar tamu yang ada di sebelah kamarnya. Ada yang aneh dengan dirinya. Ada letupan-letupan kecil yang menyenangkan dihatinya jika bersama reina. Darahnya juga berdesir aneh. Jantungnya. Aduh jantungnya mulai tidak beres.
Secepat itu ya dia move on dari salsa? Ah tidak juga. Ia bahkan ingat selama dua bulan penuh meratapi kandasnya hubungannya dulu. Wajar kan ya kalau hatinya sekarang sudah berbelok ke reina?. Ia tersenyum kecil. Jadi ini toh rasanya jatuh cinta yang sebenarnya.
"Zel, tidur!" titah reina saat melihat denzel yang terpekur di kursi tamu.
Denzel kemudian bangkit. Menghampiri reina yang berdiri di anak tangga paling atas.
"Peluk" rengek denzel dengan nada manja yang membuat reina melotot namun pipinya memanas.
"Bukan muhrim" reina mengalihkan pandangannya. Lalu menghela nafas. Ia menarik denzel ke dalam pelukannya. Pria itu tersenyum penuh kemenangan seraya menyurukkan wajahnya di tengkuk reina. Karna posisi reina yang lebih pendek mengharuskan denzel agak sedikit membungkukkan tubuh atletisnya.
"Kalo kaya gitu gue jadi pengen cepet-cepet muhrimin lo"
Reina memukul ringan pundak denzel seraya menurunkan wajahnya hingga ke dada bidang pria itu. Malu kan kalo blushing mulu.
"Ah gue jadi punya ide. Setiap lo blushing gue rasa gue harus nyium pipi lo" denzel mengecup ringan pipi reina "kaya gitu"
Reina merasakan hatinya menghangat. Begitupun dengan pipinya. Denzel benar-benar. Dia tidak tau apa kalau di dalam jantungnya sedang bermain drum-band. Sudah pernah ia bilang kan bahwa dengan denzel tidak baik dengan kesehatan jantungnya. Duh jadi susah ngatur jantung.
••••Ibu melia sempat tersentak kaget saat melihat reina tiba-tiba memeluknya. Namun ia mendesah lega sekaligus tersenyum senang saat mendengar cerita reina tentang apa yang terjadi. Matahari bahkan belum muncul. Tetapi reina sudah setia di samping ibu melia untuk menyiapkan makanan. Calon istri dan calon menantu yang baik bukan?.
Reina sedang memotong wortel menjadi potongan dadu. Ia baru tau bahwa denzel membenci sayur. Ia sengaja akan menambahkan sayur di makanan kesukaan-nasi goreng- denzel. Memadukan makanan yang disuka dengan yang dibenci tidak ada salahnya. Lagipula sayur itu kan sehat. Setelah selesai gadis itu menaruh makanan lezat itu diatas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Childish
Fiksyen RemajaAda yang pernah bilang. "seseorang yang tidak ada hubungan darah denganmu tapi dia dekat denganmu kemungkinan besar dia jodohmu" semoga saja