Reina menatap Denzel geli. Kemarin gak jadi ngambek sekarang ngambek lagi. Lucu. Ia mengambil sendoknya dan mulai menyuapkan es krim kedalam mulutnya sendiri. Ia mengulum senyum. Denzel yang kekanak-kanakan. Sebenarnya ia akan mengajak kekasihnya itu jalan-jalan bersama Alvin. Biar gak ada salah paham gitu. Tapi ia malah di cuekkin kaya gini. Pria itu sibuk menatap jalanan yang padat kendaraan. Memang tidak ada seninya. Tapi entahlah semuanya terasa menarik dimata Denzel saat ini.
"Zel. Jangan cuekin aku dong. Ntar akunya diambil orang loh," Denzel menghela nafas lalu menoleh.
"Gak ada yang bisa ngambil kamu dari aku tau," pipi Reina menghangat. Ah elah gak tepat banget nih blushing.
"Kalo gitu ikut aku yuk. Jalan-jalan sama Alvin,"
Denzel mencebik. "Pacar kamu itu aku atau Alvin sih?"
"Alvin," Denzel langsung menatap Reina tajam, "eh kamu."
"Ish tau ah," Denzel mengalihkan pandangannya. Reina nyebelin. Gak tau apa abang ganteng ini lagi ngambek gara-gara cemburu.
"Jangan ngambek dong sayang. Kalo kamu gak ikut yaudah aku pergi sendiri ya? Bye," Denzel melongo. Penting banget sih si Alvin elah. Ia langsung menarik pergelangan tangan reina.
"Iya aku ikut. Tapi bukan berarti aku udah selesai ngambek ya," Reina mengangguk lalu memeluk Denzel. Ah nyamannya.
"Dih peluk-peluk. Dasar maho," Denzel terkekeh seraya pura-pura bergidik.
"Tai banget ya kamu," denzel menatap Reina tak percaya.
"Setiap kamu ngomong kata-kata kaya gitu lagi. Aku jamin bibir kamu gak selamat," Reina menutup mulutnya lalu mengamit tangan Denzel.
Alvin menatap jam tangannya. Ia terlalu cepat 10 menit. Entahlah ia merasa sangat merindukan Reina mungilnya. Padahal kemarin ia sudah bertemu. Sedih sih harus meninggalkannya di kota yang keras kaya disini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus menikahi pujaan hatinya yang sedang menunggu. Ia menghela nafasnya. Lalu menolehkan kepalanya. Pas sekali. Ia melihat reina-diikuti Denzel tentunya- melambaikan tangan padanya.
Alvin tertawa saat Reina menghambur ke pelukannya. Lihat muka Denzel. Menjijikan sekali ya tuhan. Alvin menjulurkan lidahnya pada Denzel. Rasanya menyenangkan menggoda om-om satu itu.
"Mau kemana hari ini tuan?" tanya Reina kepada Alvin.
"Tempat wisata lagi? Aku kangen muntah-muntah karena roller coaster,"
Reina mengangguk semangat. "Oke setuju,"
Reina langsung mengamit tangan Denzel. Dan sebelah lagi mengamit tangan Alvin. Dengan semangat ia mengayun-ayunkan kedua tangan pria tersebut.
"Kamu mau naik dimana sayang? Terserah kamu," ujar Denzel dingin. Tuh kan ngambeknya awet.
Alvin memberikan isyarat agar Reina lebih baik duduk bersama Denzel. Karena pria itu sedang tidak dalam mood nya.
"Aku duduk samping kamu kok," Reina mencondongkan tubuhnya agar bisa memakaikan sabuk pengaman milik Denzel."aku gak mau pacar aku yang ganteng ini kenapa-kenapa,"
Denzel tersenyum tipis. Ia kesal saat ini. Ia tau Reina tidak melakukan apapun yang membuatnya cemburu. Tapi tetap saja. Ada Alvin ada cemburu. Apalagi soal hotel yang ah sudah lupakan. Ia menancap gas nya. Mencoba fokus ke jalan. Bukan ke Reina. Asal kalian tau bahwa ini bukanlah hal mudah. Reina bagai punya magnet yang menariknya untuk selalu menatap gadis itu.
Reina menatap kagum seluruh sudut. Ramai. Namanya tempat wisata ya pasti ramai mau hari apa aja. Ia menolehkan kepalanya ke kekasihnya. Wajahnya datar. Nyesek sih dicuekkin mulu daritadi. Ia juga bingung Denzel lagi mikirin apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Childish
Fiksyen RemajaAda yang pernah bilang. "seseorang yang tidak ada hubungan darah denganmu tapi dia dekat denganmu kemungkinan besar dia jodohmu" semoga saja