Kedelapanbelas

9.6K 455 0
                                    

Denzel berdecak kagum saat melihat Reina keluar dari kamar hotelnya. Tidak sia-sia ia menyuruh gadis itu bolak-balik puluhan kali. Hasilnya benar-benar wah. Gaun biru navy tanpa lengan dengan bawahan dibalut bahan sifon dan sangat pas memeluk tubuh Reina.

Rambut di cepol asal keatas tanpa menyisakan anak rambut yang menjuntai. Memamerkan leher putih jenjangnya. Membuat ia ingin segera menarik Reina dan mengecupi lehernya. Agar semua pria disini melihatnya bahwa Reina itu miliknya. Namun ia masih waras untuk melakukan itu sehingga ia hanya menarik pinggang Reina dan menguncinya. Reina mengernyit.

"Kamu ngapain?" Denzel menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja gatal.

"Ck. Kamu terlalu cantik. Nanti ada yang ngelirik kamu," ucap Denzel jujur

Reina memutar bola matanya malas. Ya jelas ngelirik lah orang punya mata. Masa suruh merem.

"Yang jelas kan hati aku buat kamu," ujar Reina menenangkan.

"Hm," Denzel menarik tangan Reina lalu melingkarkan lengan kanannya di pinggang Reina.

Alvin dan Akira sibuk menyalami tamu-tamunya. Ini acara resepsinya. Tadi pagi adalah ijab qabulnya. Bahkan Reina menertawainya karena menjadi seonggok patung bernyawa. Hei man. Tentu saja. Itu kan hari dimana mereka menyerahkan diri untuk sehidup semati.

Mata Alvin berpendar. Lama sekali datangnya. Kayaknya di Jepang tidak semacet di jakarta. Akira menatap suaminya yang terlihat gelisah. Ia terkikik. Suami? Lucu juga.

"Kenapa? Capek?" Alvin menggeleng lalu menaruh wajahnya dipundak Akira.

"Reina sama Denzel belum dateng," Alvin memeluk Akira erat. Akira terkekeh. Padahal mereka sudah berdiri di belakang Alvin sejak Alvin menjatuhkan wajahnya di pundaknya.

"Mentang-mentang pengantin baru ya! Tau tempat kali. Tamu masih banyak tuh," ujar Denzel. Alvin mendangakkan kepalanya. Sialan.

"Selamat ya bro! Doain gue nyusul besok," Alvin tertawa. Lalu memeluk denzel seperti pria pada umumnya.

"Akira? Ati-ati ya. Alvin itu garang kalo di ranjang," Denzel memeluk Akira yang pipinya sudah memerah.

Reina menghampiri Alvin lalu menghempaskan tubuhnya dalam pelukan hangat milik pria itu.

"Selamat ya. Tetep jadi yang terbaik. Oke?" Alvin mengangguk lalu mengecup kening Reina.

"Kamu tetep adik kecil aku," Reina terkekeh lalu menatap Akira.

"Akira selamat ya. Beruntung banget kamu dapetin Alvin," Akira mengangguk. Ia memeluk Reina lalu cipika cipiki.

"Gue izin makan ya? Laper," ujar Denzel polos.

"Ya ya sana," Denzel menarik Reina menjauh. Sayangkan kalo ke acara pesta tapi gak nyicipin makanan hehe.

Reina duduk dekat jendela kaca. Gedung yang di sewa Alvin ini sangat besar. Bahkan mampu menampung kira-kira empat ribu orang. Denzel membawa satu piring sushi dengan dua buah minuman. Disini banyak makanan khas Jepang. Dari tradisional hingga modern. Ada onigiri, takoyaki, sashimi, ramen dan masih banyak lagi. Ia berjalan menuju reina. Matanya sibuk memeloti para pria yang diam-diam mencuri pandang kearah Reina. Rasanya ia ingin mencoloknya.

Reina menolehkan kepalanya. Hah lihat itu Denzelnya. Bagaimana bisa ia sangat tampan padahal ia terlihat repot. Dan Reina akan mulai menampar wanita wanita yang tidak sadar liurnya menetes. Denzel duduk di sampingnya. Mulai menaruh makanannya.

"Disini makanannya banyak. Enak-enak. Nanti aku ambilin lagi," Reina tidak menggubris namun ia bergelayut manja di lengan Denzel. Mereka-yang dari tadi memperhatikan ia dan Denzel- mendesah kecewa. Ternyata sudah saling memiliki bahkan terlihat sangat serasi.

ChildishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang