Attention :
Karena cerita ini udah selesai, tolong sempatkan diri untuk vote, komen atau keduanya. :)
Dan... aku baca banyak banget komen yang bilang kalau nama pemeran di cerita ini (Morgan) adalah cowok. No! Morgan di cerita ini adalah cewek, karena nama Morgan termasuk ke dalam kategori unisex (bisa dipake utk cewek / cowok). Jadi, sekian klarifikasinya!
Selamat membaca!
** ** **
-Morgan's POV-
"Maaf," ucapku pelan saat tidak sengaja tubuh kami bersenggolan akibat aku terlalu terburu-buru.
"Tidak apa." Ia membalas, berusaha membenarkan kacamatanya yang sedikit miring. Tanpa banyak bicara, Ia langsung pergi.
Menghela nafas panjang, aku pun melanjutkan perjalananku. Aku berjalan menuju kafeteria, karena teman-temanku sedang berkumpul disana. Sebelum kelas dimulai, kami memang sering berkumpul di kafeteria, memesan makanan dan minuman dalam porsi besar dan berbincang-bincang.
"Morgan!" Seseorang berteriak. Dia adalah Kelsey, sedang bersama Juno, Tessa dan Jossie.
Tersenyum lebar, aku segera menghampiri mereka, kemudian mendaratkan bokongku di kursi samping Jossie.
"Well, ada berita baru?" Tanyaku pada mereka.
"Tidak ada." Balas keempatnya dengan kompak.
Aku hanya menganggukkan kepala, lalu menyambar pepsi yang entah milik siapa.
"Gosh, Morgan! Itu pepsiku!" Teriak Jossie kesal. Ia pun langsung merampas secara paksa pepsi yang belum sempat aku minum.
"Aku bahkan belum sempat meminumnya, Jossie."
"Aku tidak peduli, kau kan bisa memesan."
Memutar mata, aku memilih untuk menyambar pepsi yang ada di depan Kelsey. Tanpa memprotes, Ia membiarkan aku meminum pepsi miliknya.
"Morgan Pearson, kapan sikapmu berubah?" Ujar Kelsey. Dia adalah yang paling bijak diantara kami berlima. Kelsey juga adalah yang paling tua dan menjadi salah satu mahasiswi paling berprestasi di kampus.
"Aku tidak akan berubah, Kels." Aku membalas, masih sibuk menyedot pepsi milik Kelsey.
Kelsey hanya mendengus pelan lantaran aku tak pernah mau mendengar nasihat-nasihatnya yang terbilang cukup berlebihan. Kelsey adalah temanku, namun terkadang nasihat yang Ia berikan tidak berguna.
.....
"Kapan mata kuliah ini berakhir?" Bisikku pada Juno. Ia hanya membalas dengan gelengan kepala. Juno nampak menikmati materi yang diberikan Mr. Styles, salah satu dosen ter-favorite lantaran Ia masih muda dan cukup tampan.
"Ms. Pearson, bisa kau jelaskan ulang materi yang aku sampaikan tadi?"
Crap. Kenapa harus aku?
"Um," aku melirik ke arah Kelsey, berharap Ia dapat membantuku. "Materi itu..."
"Kau tidak bisa menjawab?"
"Aku..."
"Temui aku sesudah kelas bubar."
Sial. Aku paling benci jika harus bertatap muka dengannya. Ia seperti seorang pria kesepian. Tak jarang aku mendapatinya tengah mengamati Emily yang memang memiliki buah dada cukup besar.
"Enjoy your detention with Mr. Styles, Morgan." Juno mengejek. Ia tahu aku tidak suka dengan Mr. Styles.
.....
Kelas sudah bubar. Yang tersisa sekarang hanyalah aku dan Mr. Styles. Ia masih sibuk merapikan buku-bukunya, sementara aku memilih untuk bermain dengan ponsel.
"Morgan,"
Oh, aku benci mendengar suaranya.
"Ya?" Aku membalas, namun tatapanku masih terfokus pada ponsel.
"Aku disini, Morgan." Kali ini Ia menggunakan jari telunjuknya untuk mengangkat kepalaku, sehingga mata kami saling bertemu.
"Aku tahu," balasku tak berminat.
"Lalu kenapa kau tidak menatapku saat aku memanggilmu?"
"Karena aku tidak suka padamu, Mr. Styles."
Seperti kehabiskan akal sehat, Ia malah tertawa. Ayolah, tidak ada yang lucu dari ucapanku tadi.
"Kau tidak suka padaku?"
"Ya,"
"Kenapa?"
"Karena kau menyebalkan. Setiap kali berada di kelasmu, aku selalu merasa bosan."
"Jadi, apa yang harus aku lakukan agar kau tidak merasa bosan?" Ia sedikit menunduk, sehingga jarak diantara kami tinggal beberapa inci.
Sialan. Sekarang aku kesulitan berbicara. Lidahku terasa begitu kaku. Tatapan yang Mr. Styles berikan sedikit menyeramkan.
"Kenapa tidak menjawab?"
"Untuk apa aku menjawab pertanyaan tidak penting itu?"
"Tidak penting, ya? Bukankah kau mengatakan jika kelasku membosankan? Well, disini aku hanya ingin memberi solusi."
Aku terdiam. Tenggorokkanku terasa kering lantaran Mr. Styles seperti enggan memberiku kebebasan. Semakin lama, jarak diantara kami semakin dekat. Wangi tubuhnya mulai menyeruak, dan sesekali aku mendapati Mr. Styles sedang mengintip ke dalam kausku.
"Mr. Styles, bisakah kau tidak mengintip ke dalam kausku?" Kataku sedikit kaku.
Ia terkekeh, "kenapa? Kau takut aku mengetahui jika dadamu kecil?"
"Bukan itu!" Aku memprotes.
"Lalu?"
"Kau membuatku tidak nyaman."
** ** **
Hiiii cerita baru! Dan maaf gue belum sempet update cerita yang lain karena gue pikir kalian udah nggak tertarik (contohnya Tuesday sama Redeem), jadi gue mutusin buat update cerita baru dan kemungkinan redeem atau tuesday bakal gue discontinued.
Jadi, first impression buat buku ini apa? Thanks!
![](https://img.wattpad.com/cover/54688982-288-k904039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanfictionA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx