"Good afternoon, class." Mr. Styles datang membawa setumpuk kertas yang kuyakini adalah lembar jawaban kuis minggu lalu. Beberapa mahasiswa membalas sapaannya, namun beberapa mahasiswa lainnya memilih untuk diam, termasuk diriku. "Aku akan membagikan hasil kuis kalian minggu lalu. Beberapa anak masih harus mengulang, namun tidak sedikit yang mendapatkan nilai 8, 9 atau bahkan 10."
Mr. Styles pun langsung membagikan lembar jawaban tersebut dengan memanggil satu per satu dari kami. Ketika namaku dipanggil, aku langsung beranjak dari kursi.
"Not your best result, Morgan." Ucapnya seraya memberikan jawaban kuisku.
5,5? Aku bersusah payah mengerjakan kuis ini, dan Ia hanya memberiku skor 5,5? Mataku memicing ke arahnya, Ia hanya tersenyum, seperti sudah merencanakan hal ini sebelumnya.
"Kau bisa kembali ke tempatmu, Ms. Pearson." Ia mengintrupsiku.
Aku mendengus pelan, kemudian meninggalkan Mr. Styles dan kembali ke kursiku. Tes, Jossie, Kelsey, dan Juno terlihat begitu senang dengan nilai yang mereka peroleh.
"Bagi kalian yang memiliki nilai dibawah 5,6 atau setara dengan C, setelah mata kuliah selesai tolong tetap berada di dalam kelas."
Mendecak kesal, aku memasukkan hasil kuis paling buruk yang pernah aku dapatkan selama aku berada di kampus ini ke dalam tas. Mr. Styles adalah satu-satunya dosen yang mungkin tidak akan meluluskanku.
Selesai dengan pembagian hasil kuis, Mr. Styles masuk ke dalam materi. Ia meminta kami untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang. Tanpa harus memilih, aku sudah tahu dengan siapa aku harus bergabung. Tes yang tepat berada disampingku langsung memberikan kode.
"Now you may start the discussion."
.....
Kelas sudah selesai, sesuai dengan perintahnya tadi, aku harus tetap berada di kelas lantaran nilaiku dibawah 5,6. Menyebalkan sekali. Pasalnya aku hanya membutuhkan skor 0,1 lagi untuk bisa mencapai setidaknya nilai C. Kurasa benar, Mr. Styles sudah merencanakan hal ini. Lihat, tak ada satu pun mahasiswa yang tersisa, kecuali diriku.
"Kupikir kau termasuk ke dalam daftar mahasiswi berprestasi, namun nyatanya di mata kuliahku kau mendapat D. Ada apa, Morgan?" Mr. Styles buka suara.
Ada apa katanya?
"Mr. Styles, aku tahu kau sudah merencanakan semua ini, bukan begitu?"
Ia berdecak, lalu beranjak dari kursi dosen dan menghampiriku. Kedua tangannya terlipat di depan dada; Ia menyeringai. "Merencanakan apa?"
Aku kehabisan kata-kata. Jadi, aku memilih untuk tidak menjawab. Lagi pula, pertanyaannya yang Ia lontarkan tidak penting.
"Kenapa tidak menjawab? Kau kehabisan kata-kata?"
Sial, apa dia bisa membaca pikiranku?
"Um," aku melirik ke arah kanan dan kiri, aku merasa gusar. Berada lama-lama dengan dosen macam dirinya bukanlah hal yang menyenangkan. "Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan nilai A?"
Ia memiringkan kepalanya, "kau ingin tahu apa yang bisa kau lakukan untuk mendapat nilai A?"
"Ya,"
"Kalau begitu, temui aku sore nanti di ruanganku."
Setelah itu Ia pergi meninggalkanku dengan membawa serta tas dan beberapa dokumen ditangannya. Mendengus kesal, aku meraih tas milikku secara paksa, lalu menghampiri Kelsey dan Tes yang katanya akan menunggu di bench dekat lapangan bola.
"Morgan, ada apa?" Tanya Tes seraya menepuk pundakku.
"Aku tidak mengerti mengapa Mr. Styles sangat membenciku sehingga Ia memberikanku nilai D." Ocehku tak karuan.
Kelsey mengusap punggungku, "aku yakin dia tidak membencimu, Morgan."
"Lalu apa, Kels? Tiap kali aku bertemu dengannya, aku selalu sial."
"Mungkin dia suka padamu?"
.....
Aku berdiri di depan pintu ruangan Mr. Styles, masih belum berani untuk mengetuk pintu sialan ini. Beberapa orang yang berlalu-lalang nampak memandangku bingung. Mungkin sudah ada 10 menit aku berdiri disini tanpa melakukan apa-apa.
Menarik nafas panjang dan mengembuskannya ke udara bebas, aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Butuh beberapa waktu bagiku hingga pada akhirnya suara Mr. Styles terdengar, dan Ia memintaku untuk masuk.
Dengan berbekal keberanian, aku membuka pintu dan menyapanya. Ia tersenyum, kemudian mempersilakanku untuk duduk.
"Jadi, kau benar-benar ingin mendapatkan nilai A?" Ia bertanya secara langsung, bahkan sebelum aku sempat berbicara.
"Ya,"
"Kau ingat aku pernah bertanya padamu tentang skandal?"
Aku mengangguk pelan, "ya, kau pernah mengatakannya beberapa waktu lalu."
"Kau ingin melakukan skandal denganku?"
"Apa?!" Pekikku.
"Rileks, Morgan. Aku kan hanya bertanya, bukan berusaha masuk ke dalam celana dalammu."
"Tapi, aku tidak mungkin melakukannya!"
"Kenapa tidak? Kau ingin tidak lulus dari semua mata kuliahku?"
Sialan. Pria ini licik sekali.
"Mr. Styles, sebagai seorang dosen seharusnya kau berpikir lebih matang. Skandal ini bukanlah acuanku untuk mendapatkan nilai A. Aku ingin mendapatkan nilai A karena usahaku, bukan karena skandal yang kita akan lakukan."
Ia terkekeh, seolah-olah semua ucapanku tadi adalah omong kosong. "Jadi, kau menolak alternatif yang aku berikan? Ingat, Morgan, waktumu di kampus ini tinggal 3 semester lagi. Apa kau ingin membuang waktu berhargamu dengan percuma?"
Brengsek, kenapa sekarang aku jadi bimbang?
"Kau licik sekali, Mr. Styles."
"I'm not. Aku hanya memberi alternatif pilihan, namun itu tergantung padamu. Aku tidak akan memaksa."
Aku sempat berpikir sebentar, sebelum akhirnya aku menjatuhkan keputusanku. "Baiklah, aku terima tawaranmu."
** ** **
#ohnomorgan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanfictionA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx