Ch. 17

108K 4K 358
                                        

"Apakah aku salah jika aku mengatakan gadis itu adalah Morgan?"

Aku terpaku mendengar pernyataan Jossie, membuat yang lain langsung menoleh ke arahku. Seakan tidak terima, aku pun angkat bicara. "Kenapa aku? Kau kan tahu aku tidak mungkin melakukannya."

Pada awalnya Josse tidak menjawab, dia sibuk menatapku, sama seperti yang lain, hingga pada akhirnya dia tertawa lebar. Jossie menepuk pundakku berkali-kali. Oh, sialan, dia hanya mengerjaiku.

"Oh, Gosh, kau harus melihat wajahmu saat aku mengatakan hal tadi, Morgan!"

Setidaknya ini lebih baik. Jossie hanya ingin mengerjaiku dan bukan mengetahui secara benar tentang apa yang aku lakukan bersama Mr. Styles. Ketiga temanku yang lain pun membalas dengan cara berbeda, seperti misalnya Juno yang juga ikut tertawa, Kelsey yang hanya memutar mata dan Tessa yang tampak tak berminat dengan 'lelucon' milik Jossie.

Setelah menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang, kami memutuskan untuk segera meninggalkan kampus dan pergi ke tempat Kelsey. Ketika aku akan beranjak, ekor mataku mendapati sosok Mr. Styles tengah memandang ke arah sini. Dia melambaikan tangan, membuatku tersenyum.

Kemeja berwarna putih itu membuatnya terlihat maskulin. Belum lagi dengan rambut yang diikat. Ini adalah pertama kali aku melihatnya.

"Ayo, Morgan!" Seseorang menarikku secara paksa.

"Um, iya."

Aku memandang Mr. Styles sebentar yang masih berdiri disana sebelum akhirnya mengekor pada ke empat temanku.

Setibanya di parking lot, kami segera memasuki mobil milik Tes. Aku berada di kursi tengah bersama Juno dan Jossie, sementara Kelsey menemani Tes di kursi depan. Selama perjalanan, Jossie terus mengoceh tentang pria yang disukainya di kampus. Siapa lagi jika bukan Peter. Hampir setiap saat Jossie membicarakan Peter, sang ketua basket itu.

"Bagaimana denganmu, Mo? Apa kau ada perkembangan?" Tanya Tes secara tiba-tiba.

Aku mengernyitkan dahi, "maksudmu? Perkembangan apa?"

Kulihat dari kaca depan Tes memutar matanya, lalu berkata; "hubunganmu dengan Luke. Bukankah kalian makan malam bersama kemarin?"

"Oh, itu. Tidak ada perkembangan. Maksudku, kami hanya teman, tidak lebih. Makan malam bersama bukan berarti kami memiliki hubungan khusus."

"I smell friendzone." Celetuk Juno.

"Itu bukan friendzone, karena nyatanya kami memang teman. Luke bukanlah tipeku." Kali ini aku mencoba membela diri. Mereka memang senang sekali membuat diriku dalam keadaan tertekan seperti ini.

"Luke bukanlah tipeku my ass." Kelsey membalas dengan nada suara yang terdengar sarkastik.

"Aku serius. Aku lebih suka pria yang dewasa dan..." aku tidak melanjutkan ucapanku karena sibuk membayangkan sosok Mr. Styles.

Meskipun awalnya aku mengatakan jika dia adalah dosen yang paling ku benci, namun kini semuanya berubah. Dan aku sadar, rasa benci yang terlalu berlebihan mampu mendatangkan sebuah 'karma'.

"Whoaaa! Siapa pria itu?!" Juno berteriak tepat di samping telingaku.

"Masih rahasia." Balasku yang diakhiri kekehan kecil.

"Oh, gosh, Morgan sudah beranjak dewasa rupanya! Dia bukan bayi kecil lagi." Tes tertawa.

....

-esoknya-

Aku dan Tes berjalan memasuki kelas. Disini masih sepi, baru ada beberapa mahasiswa yang hadir. Kami memilih untuk duduk di barisan tengah. Aku merasa begitu bersemangat pagi ini, mungkin karena Mr. Styles yang akan mengajar.

Mengecek jam tangan, waktu masih menunjukkan pukul 8. Itu berarti, kelas baru akan dimulai 30 menit lagi. Sambil menunggu, aku memutuskan untuk memainkan ponsel. Aku mendapati adanya sebuah pesan masuk.

Dari Mr. Styles.

Aku tersenyum, merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang menghinggap diperutku.

'Jangan membolos kelasku lagi. Aku akan memberi banyak materi hari ini + ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Xx'

Begitulah isi dari pesan yang ia kirimkan. Cukup untuk membuat hariku lebih baik.

25 menit berlalu, kini ruang kelas telah dipenuhi oleh banyak mahasiswa, termasuk Juno, Jossie dan Kelsey. Aku menjadi tidak sabaran untuk melihat Mr. Styles. Dan benar, tak lama, orang yang kunanti akhirnya datang. Ia mengenakan kemeja berwarna biru, yang dipadukan dengan blazer berwarna hitam.

"Well, kulihat ada sedikit perubahan di kelas ini. Aku merasa ada sesuatu yang membuatku lebih bersemangat untuk mengajar." Ia menatap seluruh kelas, dan tatapannya itu berakhir padaku. "Aku ingin salah satu dari kalian membantuku disini. Bisa dikatakan kalian akan menjadi asistenku selama mata kuliah berlangsung. Um, ada yang bersedia?"

Semua diam, termasuk diriku.

"Baiklah jika tidak ada yang bersedia. Aku akan memilih salah satu dari kalian." Mr. Styles nampak mengambil kertas absen. "Bagaimana dengan Tessalonika?"

Aku langsung menatap ke arah Tes begitu namanya dipanggil. Dia hanya berdiam diri, tanpa melakukan sesuatu. Aku sedikit kecewa karena kupikir Mr. Styles akan memanggil namaku.

Pada akhirnya Tes pun beranjak dari kursi dan menghampiri Mr. Styles. Juno, Jossie dan Kelsey nampak menyorakinya, namun tidak denganku. Aku masih diam, menatap ke arah sepatuku.

"Dan Morgan," ujar Mr. Styles. "Bisa kau ikut denganku sebentar? Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."

Aku mengangguk dan berkata; "tentu, Mr. Styles." Lalu mengekor pada Mr. Styles yang sudah mendahuluiku.

Kami berjalan menyusuri koridor hingga tiba di sebuah lorong yang sepi. Aku mengernyitkan dahi, menunggu Mr. Styles yang nampaknya ingin mengatakan suatu hal.

"Begini, aku akan mengundurkan diri dari kampus ini." Ucapnya.

Aku tersentak, merasa terkejut. Untuk beberapa saat aku terdiam, sebelum akhirnya buka suara. "Tapi kenapa? Kenapa kau ingin mengundurkan diri?" Tanyaku.

"Aku ditugaskan untuk mengajar di Amerika. Salah satu Universitas disana memintaku, dan untuk waktu yang mungkin terbilang tidak sebentar."

"Kapan kau akan berangkat?" Tanyaku lagi.

"Masih belum tahu, karena aku harus mengurus segala keperluan."

Mengangguk pelan, aku mencoba untuk tetap tersenyum, meskipun pada nyatanya hatiku sedikit teriris. Aku tidak ingin dia pergi. Aku ingin dia tetap berada disini.

"Hey," Mr. Styles mengangkat wajahku, menangkupnya dengan kedua tangan. "Aku tahu semuanya terkesan mendadak, tapi aku berjanji akan segera kembali."

Aku mengangguk pelan, melepaskan tangannya. "Kau tidak perlu berkata seperti itu. Lagi pula kita bukan siapa-siapa. Hanya sebatas dosen dan mahasiswi, tidak lebih."

"Tapi --"

"Mr. Styles, kau akan baik-baik saja disana, begitu pun denganku."

** ** **

This chapter kinda receh, but I've tried my best. Lol.

3 chapter lagi tamat!!! Menurut kalian ending buku ini bakal kayak apa?

1. Sad

2. Happy

3. Cliffhanger

Gue pribadi pengennya cliffhanger, tapi mungkin bakal diselingin bonus chapter gitu, karena selama gue bikin ff endingnya selalu happy wkwkwk.

Tolong vote dan comment! Thank you :) x

The Scandal [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang