[Lanjutan dari chapter 4 dan masih di hari yang sama]
Happy reading! :)
** ** **
"Psssttt, bisa kau berikan kertas ini pada gadis yang ada di depanmu?" Seseorang dari belakang memberiku gumpalan kertas. Aku mengangguk dan langsung meraih gumpalan kertas tersebut.
Karena jarak kami cukup jauh, aku memutuskan untuk melemparnya, namun sial, lemparanku meleset hingga mengenai Mr. Styles.
"Fuck," umpatku.
Mr. Styles membungkuk untuk mengambil gumpalan kertas yang sekarang tergeletak di atas lantai. "Ada yang merasa kehilangan gumpalan kertas ini?"
Aku menunduk sambil memainkan kuku-kuku jariku. Jika bukan karena gadis yang ada di hadapanku, hal ini tidak akan terjadi.
"Tidak ada yang mengaku?"
Bisakah Ia melupakan gumpalan kertas tersebut dan kembali ke materi?
"Morgan Pearson,"
Demi apapun kenapa Ia senang sekali memanggil namaku? Tidakkah Ia mengenal Kelsey, Juno, Jossie atau pun Tessa?
Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum masam, "ada apa, Mr. Styles?"
"Kau tahu siapa yang melempar gumpalan kertas ini tadi?"
"Um," aku menggaruk leher belakangku, lalu melirik ke arah Kelsey; Ia sedang menahan tawanya. Sialan.
"Morgan? Kenapa tidak menjawab? Apakah itu berarti kau yang melempar gumpalan kertas ini?"
Merasa tertekan, aku pun angkat bicara; "baiklah, kertas itu memang aku yang melempar, namun..."
"Bisa kau kesini?"
"Tapi aku belum menjelaskan semuanya, Mr. Styles."
"Menjelaskan apa lagi, Morgan?"
"Kertas itu..."
"Morgan, ikuti perintahku atau surat peringatan?"
Surat peringatan. Aku paling benci saat dosen mengancam mahasiswa dengan model semacam ini. Surat peringatan adalah sanksi yang diyakini para dosen mampu membuat mahasiswa lebih disiplin.
Dengan terpaksa aku beranjak dari kursi dan menghampiri Mr. Styles yang masih memegang gumpalan kertas tersebut. Ekor mataku mengamati setiap mahasiswa yang sepertinya sedang sibuk menahan tawa, termasuk ke empat temanku.
"Bisa kau baca isi dari kertas ini?" Pintanya.
Keningku sedikit berkerut lantaran permintannya cukup aneh. Namun hal itu tidak sulit, sehingga aku langsung menyetujuinya.
Perlahan aku membuka gumpalan kertas tersebut dan berniat untuk membacanya, namun aku mengunci bibirku saat melihat tulisan yang ada disana. Aku menoleh ke arah Mr. Styles dan memohon agar dapat memaafkanku, walaupun ini bukan kesalahanku 100%.
Ia menggeleng, "baca atau surat peringatan?"
Shit, aku tidak mungkin membaca tulisan ini.
"Tapi,"
"Morgan, hanya tinggal membaca."
Menarik nafas panjang, aku pun berusaha untuk menggerakkan bibirku. "I'd g-give my b-body to get Mr. S-styles' d-dick."
Aku memejamkan mata begitu selesai membaca. Kudengar semua orang di dalam kelas tertawa lebar.
"Terima kasih Morgan, kau bisa kembali ke tempatmu."
Lebih baik aku mendapatkan surat peringatan daripada harus membuat diriku malu.
.....
Kelas telah berakhir, namun aku harus tetap berada disini untuk bicara empat mata dengan Mr. Styles. Kelsey, Juno, Jossie, dan Tes aka menunggu di kafeteria. Mereka sempat memberiku semangat, namun aku membalas dengan cibiran.
"Mengenai kertas tadi. Apa alasanmu menulis kalimat seperti tadi?"
Astaga, dia masih tidak percaya denganku?
"Mr. Styles, bukankah aku sudah mengatakan padamu jika kertas itu bukan milikku. Seseorang yang berada di belakangku memberikannya. Ia ingin aku..."
"Dia ingin kau apa?" Mr. Styles berjalan menghampiriku. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan Ia menyeringai kecil.
Menarik nafas panjang, aku menghembuskannya secara perlahan melalui mulut. Aku merasa tertekan lantaran Ia tidak mau percaya denganku, belum lagi tatapannya sedikit mengerikan.
"Mr. Styles, bisa kau melupakan kejadian tadi? Kau kan sudah menghukumku."
"Young lady, aku bahkan belum memberikanmu hukuman."
"Fuck," aku mengumpat kesal.
"Language, Morgan. Aku masih bisa mendengar umpatanmu itu."
"Baiklah, apa yang kau inginkan dariku, Mr. Styles? Aku sudah lelah karena tiap kali bertemu denganmu, aku selalu sial."
"Oh, begitu? Kau ingin tahu apa yang dapat membuat kesialan itu berakhir?" Ia menaikkan kedua alisnya, seperti sedang memendam sesuatu.
"Apa?"
"Be my scandal."
Aku terdiam. Mulutku terkunci rapat karena ucapannya tadi sangat tidak masuk akal. Skandal?
"Aku tidak mengerti dengan ucapanmu, Mr. Styles."
Ia tersenyum, "kau tahu, kita bisa melakukan hal-hal kecil yang orang tidak ketahui."
"Seperti?"
"Kau ingin aku tunjukkan?"
Seketika jantungku berdegup kencang. Aku dapat merasakan atmosfer yang berbeda setelah Mr. Styles mengatakan hal tadi.
"Sure,"
"Bangun dari kursi sialan itu." Perintahnya, membuatku langsung melakukan apa yang Ia perintahkan. Aku sedikit gugup karena sekarang Mr. Styles tak pernah absen untuk mengamati tubuhku dari atas hingga bawah. Bibirnya tersungging, Ia tersenyum. "You such a turn on, Morgan."
Aku menelan ludah saat Mr. Styles menghampiriku. Ia berputar sebentar untuk kembali mengamati tubuhku sebelum akhirnya aku merasakan sesuatu mendarat di bokongku.
"Nice ass," aku tak melakukan apa-apa saat Ia menampar bokongku dan meremasnya pelan. "Apa yang bisa kau lakukan dengan bokong indahmu itu, huh?"
"A-aku tidak tahu."
"Oh, bagaimana kau bisa tidak tahu?"
Kali ini hanya menggelengkan kepala karena berbicara terlalu sulit menurutku.
"Baiklah, bagaimana dengan bibirmu? Aku yakin kau dapat melakukan sesuatu dengan bibir tipismu itu, seperti berciuman atau mungkin memberikan blow job?"
"I-i can't."
"Kenapa? Bukankah kau ingin kesialanmu pergi?"
"Bukan seperti ini caranya, Mr. Styles!"
"Then like what?! Kau ingin 3 mata kuliahmu tidak lulus atau terima tawaranku?"
Gosh, kenapa dia licik sekali?
"Kau tidak bisa melakukannya, Mr. Styles!"
"Kenapa tidak?"
Aku tidak menjawab.
"Karena tidak menjawab, itu berarti kau menerima tawaranku."
"No! Beri aku waktu, aku akan memikirkannya."
** ** **
Wow Mr. Styles be my scandal plssss
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanficA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx