17+ content...
** ** **
Aku mulai mengikuti perintahnya, melepaskan seluruh pakaianku, kemudian berbaring di atas tempat tidur. Dia menyeringai kecil, mengambil sesuatu dari dalam lemarinya, sebuah kanvas dan beberapa perlengkapan untuk melukis.
"Lepaskan juga pakaian dalammu." Ia mengintruksi.
Aku kembali mengikuti perintahnya, hingga sekarang aku benar-benar dalam keadaan telanjang. Tubuhku terekspose, matanya mengerjap beberapa kali, dan tatapannya jatuh pada buah dadaku.
"Sekarang berbaringlah di tempat tidur dan berpose untukku. Aku akan melukismu." Katanya.
"Ka --kau akan melukisku?" Tanyaku dengan tergagap.
Dia mengernyitkan dahinya, masih sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk melukis. "Ya, ada yang salah? Ini adalah salah satu hukuman yang aku berikan untukmu."
Mendengus pelan, aku menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atasku. "Tidak dalam keadaan tanpa busana, Mr. Styles." Ujarku.
"Baiklah, tutupi tubuhmu dengan selimut seperti itu." Ia kembali mengintruksi. Aku tidak dapat melakukan apa-apa selain menyetujui permintaannya. Aku berbaring di atas tempat tidur dengan melakukan pose, sementara ia bekerja disana.
Tangan kekarnya bergerak menelusuri kanvas putih tersebut. Rambut keritingnya berjatuhan, memperlihatkan kesan seksi dan dewasa. Beberapa menit kemudian, Ia selesai dengan pekerjaannya. Aku segera beranjak dari tempat tidur untuk melihat, masih dengan selimut yang melilit ditubuhku.
Aku sempat tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Disamping tampan, dia juga berbakat. Senyumanku muncul seiring tanganku bergerak untuk menyentuh gambar tersebut. "Ini... kau --"
"Itu adalah hukuman pertamamu," Ia berbisik, melingkarkan kedua tangannya ditubuhku. "Sekarang kembali ke tempat tidur." Lanjutnya.
Tanpa menunggu, aku langsung berbaring di atas tempat tidur, menggunakan posisi paling nyaman. Mr. Styles terlihat sedang merapikan peralatan melukisnya. Setelah itu, barulah ia menghampiriku. Tangannya bergerak untuk menyentuh pipiku, mengusapnya perlahan.
Mataku tak pernah absen untuk mengamati setiap inci tubuhnya, bahkan tinta-tinta hitam yang tergambar itu, membuatku semakin terbuai. Aku menggigit bibir bawahku saat kurasakan tangannya mulai menjalar ke tubuh bagian bawahku, seperti bokong, kemudian menamparnya dengan keras. Dia juga membuka selimut yang membungkus tubuhku dan membuangnya ke sudut ruangan.
"Soft, really soft." Ia menggumam.
Aku mendesah pelan begitu bibirnya bertemu dengan permukaan kulitku, terasa kenyal dan dingin.
Tanpa kusadari, ia sudah berhasil menjajah tubuhku. Bibir ranumnya terus bergerak, menyusuri tubuhku sambil sesekali meluncurkan lidahnya disana. Aku berteriak frustasi, ingin meminta lebih dengan menarik rambutnya kasar.
Seperti tahu apa yang aku butuhkan, ia langsung memainkan lidahnya di salah satu payudaraku, lalu menghisapnya dalam-dalam. Pria ini kemudian mulai mencium leher, telinga serta bibirku, seolah tidak akan membiarkan setiap incinya terlewatkan.
"Ini tidak benar. Maksudku, aku sudah berada dalam keadaan seperti ini, sementara dirimu masih mengenakan pakaian." Aku mengintrupsi, membuatnya menyeringai kecil.
Ia segera menjauh dariku, melepaskan seluruh pakaiannya. Mataku seperti terpaku begitu melihat tubuh atletisnya terekspose. Ereksinya sudah menegang, membuatku menelan ludah.
"Like what you see, hmmm?" Ujarnya.
Tanpa adanya perintah kedua, ia kembali mencumbuku. Ereksinya yang sudah menegang sempat menyentuh daerah intimku beberapa kali. Hal tersebut membuatku semakin tak karuan. Aku ingin lebih.
Detik berikutnya, aku merasakan ereksinya sudah memenuhiku, tanpa ada penetrasi. Aku menjerit pelan, merasa terbuai. Ia menggoyangkan pinggulnya.
"Aaah!"
"Yeah, menjeritlah untukku, sayang."
Aku menutup kedua mataku, menikmati permainan yang ia lakukan. Tanganku bergerak untuk mencakar punggungnya saat ia menambah tempo kecepatan. Aku semakin tak terbendung, jeritanku cukup keras, beradu dengan suara decitan tempat tidur.
"Apa kau memakai kondom?" Tanyaku di sela-sela kegiatan kami.
Ia menggeleng pelan, "tidak, aku akan mengeluarkannya di luar."
Belum berhenti, Mr. Styles kembali mempercepat tempo gerakannya. Aku menjerit, mendesah dan mengerang. Wajahnya terlihat penuh dengan keringat. Itu benar-benar panas.
Tak berapa lama, ia menarik keluar ereksinya. Aku tergeletak lemas, memandang langit-langit kamar.
Kegiatan kali ini cukup membuat selangkanganku nyeri.
.....
Aku bergegas keluar dari kelas begitu mata kuliah telah berakhir. Rasanya perutku sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makan siang. Aku berlari kecil, sesekali menerobos kerumunan mahasiswa yang seenaknya menggunakan koridor sebagai tempat berbincang-bincang. Aku sudah tidak mempedulikan lagi mereka yang mungkin akan mengomel. Lagi pula ini bukan salahku.
Begitu berada di kafeteria, aku langsung mengedarkan pandangan guna mencari keberadaan ke empat temanku. Ekor mataku pada akhirnya menemukan sosok Kelsey yang tengah meminum jus.
"Oh, hari yang panas." Aku mendaratkan bokong disamping Juno, kemudian merampas jus yang ada dihadapannya.
"Morgan, itu milikku!" Juno memprotes, namun dengan cepat menghindar. Aku berpindah tempat, menjadi duduk di samping Kelsey.
"Ada berita baru?" Seruku.
Kelsey menggelengkan kepala, "belum, namun ada kabar menyebutkan jika Mr. Styles memiliki hubungan khusus dengan salah satu mahasiswi disini."
Aku yang sedang menikmati jus ini seketika tersedak, membuat mereka berempat langsung mengarahkan tatapannya padaku.
Sial.
"Um, ada apa?" Aku berusaha terlihat santai, meskipun pada kenyataannya aku ingin pergi dari tempat ini sekarang juga.
"Ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami?" Jossie buka suara, seperti sedang mengintimidasiku.
Aku menggeleng dengan cepat, "tidak ada. Lagi pula untuk apa aku menyembunyikan sesuatu dari kalian?"
"Tunggu, kau tahu berita itu?" Kelsey menatapku dalam. Oh, aku ingin mati saja.
"Um, ya, beberapa mahasiswa sibuk memperbincangkannya."
"Well, menurut kalian siapa mahasiswi itu?" Tessa bertanya, setelah beberapa saat dia hanya berdiam diri.
"Emily." Jawab Kelsey.
"Aku sama sepertimu, Kels. Kurasa gadis itu adalah Emily." Ujar Juno.
"Bagaimana denganmu, Jossie?" Tanya Tes padanya.
"Apakah aku salah jika aku mengatakan gadis itu adalah Morgan?"
** ** **
Dun dun dun smut + cliffhanger.
I kinda like this chapter. Maybe because of the smut hwhwhwhw :3
Please vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanfictionA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx