Aku menelan ludah, merasakan udara di sekitarku tiba-tiba lenyap. Suhu tubuhku pun meningkat. Mr. Styles menyeringai kecil. Ia mendekat dan langsung meremas bokongku tanpa aba-aba.
"Bokongmu sangat besar, Morgan. Sangat pas ditanganku." Ucapnya.
Seketika aku mematung, merasa terkejut akan tindakan yang Ia lakukan. Berniat untuk menghindar, aku berpura-pura menjatuhkan sendok ke lantai. Hal tersebut berhasil membuatnya berhenti. Dengan sigap aku meraih sendok tadi, kemudian beralih pada sesuatu yang mungkin dapat membantuku, ponsel.
"Kurasa Tes membutuhkan bantuanku." Kataku berbohong.
Mr. Styles mengernyitkan dahi, seolah-olah tahu bahwa ucapakanku tadi hanyalah omong kosong. Aku hampir dibuatnya panik saat perlahan Ia mendekat, mencoba memastikan apakah Tes benar-benar mengabariku.
"Um, bisa kau mengantarku?" Tanyaku, membuat Mr. Styles menarik dirinya dan tersenyum pelan. Aku merasa sedikit lega mengetahui Ia tidak benar-benar mengintip pada ponselku.
Sejurus kemudian, Ia meraih kunci mobilnya, lalu mengajakku untuk segera pergi. Bernafas lega, aku mengusap dahiku yang sedikit berkeringat. Berada di dalam kondisi seperti ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Jujur, aku merasa begitu tertekan, namun aku tidak punya pilihan lain.
"Apakah Tes benar-benar membutuhkan bantuanmu?" Mr. Styles nampak berhenti saat hendak membuka pintu mobil. Ia memandangku dengan satu alis yang terangkat.
Aku mengangguk, merasa jika Ia sedang menjebakku. "Ya, kau tidak percaya?"
"Bukan begitu, aku hanya ingin memastikan."
Setelah itu Ia menekan tombol pada kunci mobilnya, membuatku dengan mudah membuka pintu mobil, kemudian masuk ke dalam. Aroma khas mint menyeruak. Aku tahu aroma ini.
"Jangan lupa pasang sabuk pengamanmu." Ia memberi instruksi, membuatku membalas hanya dengan anggukkan kepala. "Pasang yang benar." Ia mengintrupsi saat aku sedang memasang sabuk pengaman.
"Aku sud-" ucapanku terhenti begitu Mr. Styles membenarkan posisi sabuk pengaman ini.
"Kau memasangnya salah. Jangan buat aku harus mengajarimu hal sepele seperti ini, Morgan."
"Oh, maafkan aku." Aku mendelik, merasa malu atas keteledoranku.
"Tidak perlu minta maaf, namun kau harus sering-sering berlatih."
.....
"Tes, aku pulang!" Seruku dengan suara lantang.
"Aku di ruang makan!"
Begitu suaranya terdengar, aku langsung menghampiri Tes. Jantungku berdegup keras saat mendapati teman-teman yang lain berada disini. Mereka sedang menyantap pizza.
"Morgan, bergabunglah!" Ujar Juno.
Aku menggeleng pelan, karena perutku sudah terisi oleh ramen tadi. "Tidak, terima kasih. Perutku sudah terisi penuh."
"Ayolah, satu potong pizza tidak akan membuatmu gemuk!" Seru Jossie. Ah, dia tahu apa kelemahanku.
Aku memutar mata, mengambil tempat di samping Kelsey, lalu menyambar satu kaleng diet coke.
"Sampai kapan kau akan diet?" Kali ini Tes buka suara.
Aku mendengus pelan, "aku tidak diet, sungguh."
"Kalau begitu, makan bersama kami." Jossie menghentikan kegiatan makannya, lalu meletakkan sepotong pizza ke dalam piring, yang kemudian Ia berikan padaku.
"Hey, hey, hey! Aku sudah makan ramen tadi!" Ujarku mendorong piring suguhan Jossie.
Berniat menghindar, aku memilih untuk mengurung di kamar. Tes dan Jossie sempat meneriakiku, namun aku pura-pura tak mendengar. Aku mengunci pintu kamar, lalu merebahkan tubuh di atas kasur empuk ini.
.....
"Good morning, Class!" Suara Mr. Styles memenuhi ruang kelas yang ramai karena beberapa mahasiswa sibuk membicarakan acara open house kampus. "Bisa aku minta perhatiannya sebentar?" Ia menepuk kedua tangannya, membuat mereka yang sedang asyik berbincang-bincang terdiam.
Kudengar beberapa mahasiswa mendesis pelan lantaran Mr. Styles menghentikan kegiatan mereka, termasuk Tes dan Kelsey. Mereka berdua nampak berpindah tempat duduk.
"Terima kasih," Mr. Styles meletakkan beberapa buku yang Ia bawa ke atas meja. "Disini aku hanya ingin memberi informasi jika ujian akhir semester akan segera dilaksanakan. Bagi siapapun yang memiliki nilai rendah, kalian bisa berkonsultasi padaku."
Memutar mata, aku meraih sebuah pena, menuliskan sesuatu yang asbtrak di atas kertas putih polos. Aku sudah tidak berminat mendengarkan penjelasannya yang membosankan.
"Morgan, apa kau mendengarku?" Sebuah suara mengejutkanku. Aku langsung melempar pena yang sedang kugunakan ke belakang, membuat seseorang mendesis pelan, mungkin pena milikku mengenainya.
"Tentu." Jawabku sedikit gugup. Seisi kelas memperhatikanku, tak terkecuali Tes, Kelsey, Juno dan Jossie. Mereka nampak menahan tawa. Sialan.
"Apa yang sedang kau lakukan dengan pena dan kertas itu?" Mr. Styles melangkahkan kakinya. Ia mendekat padaku dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Aku menelan ludah. Merasa keringat dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Tatapan mata yang Ia berikan sedikit mengerikan, belum lagi seringaian licik yang tiba-tiba muncul.
"Um, tidak ada. Hanya sebuah goresan abstrak." Aku membalas.
"Bisa kau letakkan kertas itu sebentar dan menyimak penjelasan dariku? Kau tahu, kau adalah satu-satunya mahasiswa yang memiliki rendah di kelasku. Jangan bertindak seolah-olah kau pintar, Morgan." Kalimatnya terdengar menyakitkan. "Jika kau ingin lulus dari mata kuliah ini. Ikuti peraturan yang aku buat, atau nilaimu akan berakhir dengan huruf E."
.....
Kelas sudah usai. Aku langsung merapikan buku-bukuku dan memasukkannya ke dalam tas. Ketika aku hendak beranjak dari kursi, seseorang mengintrupsi, Mr. Styles. Ia meletakkan satu tangannya di atas meja, memperlihatkan tato bergambar salib miliknya.
"Sebelum kau pergi, ada sesuatu yang ingin aku katakan." Ucapnya.
Aku mendongak, menatap kedua bola matanya. "Apa yang ingin kau katakan?"
"Mengenai perjanjian yang telah kita buat... apa kau bisa datang ke apartemenku malam ini?"
Sial. Aku hampir melupakan soal perjanjian bodoh yang telah aku buat bersamanya.
"Morgan? Kenapa hanya diam?" Ia mengintrupsi, satu tangannya bergerak untuk mengangkat wajahku.
"Jadi, pukul berapa aku harus datang?" Aku membalas, membuat tangannya menyingkir. Ia mengusap dagu, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Pukul 7 aku akan menjemputmu di mini market, bagaimana?"
Aku mengangguk setuju, "baiklah, pukul 7 di mini market."
"Sekarang kau bisa pulang. Aku yakin ke empat temanmu sudah menunggu."
Tanpa mengucapkan sesuatu, aku langsung menyambar tas dan melangkahkan kaki. Sebelum dapat keluar dari kelas, Mr. Styles kembali mengintrupsiku. "Wear something cute, Morgan."
** ** **
#smutalert #imnotkidding #getready #seeuinhell
Plisssss vote and comment!!! Thank you :)))
![](https://img.wattpad.com/cover/54688982-288-k904039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanfictionA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx