Ch. 6

153K 5K 369
                                    

Begitu urusanku dengan Mr. Styles selesai, aku memutuskan untuk menghampiri ke empat temanku di kafeteria. Sebelum pergi, Ia sempat mengatakan padaku untuk tidak memberitahukan hal ini pada siapapun. Sebenarnya keputusan yang aku ambil belum final, karena aku merasa begitu bingung. Bagaimana bisa aku dan Mr. Styles memiliki skandal?

Menghembuskan nafas berat, aku menyisir rambutku ke belakang. Angin yang berhembus membuat mataku sedikit terpejam.

Setibanya di kafeteria, aku langsung menghampiri empat kawanku yang tengah asyik berbincang-bincang. Mereka yang menyadari kehadiranku pun langsung menyambut dengan histeris.

"Morgan!" Pekik Kelsey.

Aku tidak menjawab dan memilih untuk duduk. Aku menyambar satu gelas penuh berisi jus jeruk, lalu meminumnya.

"Ada apa, Morgan?" Tanya Tes sedikit khawatir.

Aku menggelengkan kepala, "tidak ada, hanya sedikit lelah."

"Lelah? Memang kau melakukan apa tadi dengan Mr. Styles?" Juno buka suara. Ia menambah rasa kesalku, namun kali ini aku memilih untuk bungkam. Aku tidak ingin berdebat dengan Juno.

"Juno," Kelsey memperingatinya.

Aku tersenyum masam, "tidak apa, Kels."

"Alright guys, daripada membahas Mr. Styles lebih baik kita segera pergi." Usul Tessa, membuat kami semua setuju.

Aku juga tidak mau membahas Mr. Styles. Pria itu sudah membuat kesabaranku habis, terlebih dengan sifatnya yang sedikit mesum.

.....

Aku berbaring di atas tempat tidur. Setelah pergi menemani Tessa, Juno dan Kelsey berbelanja, aku memutuskan untuk pulang, sementara ketiganya, termasuk Jossie memutuskan untuk pergi ke bazaar yang ada di pusat kota.

Mataku perlahan terpejam bersamaan dengan terdengarnya suara alunan musik yang sengaja aku putar dari ponsel.

"Morgan," kudengar suara seseorang, namun bukan Tes. "Morgan!" Kali ini suaranya terdengar lebih keras, membuat kedua mataku terbuka lebar.

Betapa terkejutnya aku melihat sosok Mr. Styles tengah berdiri di ambang pintu dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. Aku segera bangun, memandangnya dengan sejuta pertanyaan.

"Mr. Styles? Kenapa kau bisa ada disini?" Tanyaku.

Ia menyeringai lebar, kemudian berjalan menghampiriku. "Kau tidak perlu tahu kenapa aku bisa ada disini, namun satu hal yang perlu kau ketahui Morgan; aku menginginkanmu."

Tenggorokkanku terasa kering; aku tak dapat berbicara. Kehadirannya di tempat ini sungguh tidak masuk akal. Apakah Ia menguntitku sedari tadi?

"Bisa kau pergi?" Sebisa mungkin aku terlihat tenang, walau pada kenyataannya aku benar-benar dalam keadaan kacau.

Bukannya mengikuti ucapanku, Ia malah semakin mendekat, hingga jarak di antara kami tinggal beberapa inci. Dalam sekali gerakan, Ia berhasil merebahkan tubuhku kembali di atas tempat tidur.

"Aku benci untuk mengatakan ini, namun kau selalu berhasil membuat juniorku berdiri." Mr. Styles membuka ikat pinggang yang melingkar di celananya, lalu melempar ke sembarang arah.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Kau ingin lulus dari mata kuliahku dengan nilai A, hmmm?"

"Ya, tapi tidak seperti ini caranya, Mr. Styles!"

"Morgan, kau tidak punya pilihan lain, sayang."

Aku semakin dibuatnya tak berkutik saat Mr. Styles mencoba melepaskan celana yang sedang Ia kenakan. Shit...

.....

"Morgan, bangunlah!"

Kurasakan seseorang mengguncang-guncangkan tubuhku. Aku membuka kedua mata secara perlahan dan melihat Tes berada dihadapanku.

"Tes?"

Oh, kenapa bisa ada Tessa disini?

"Morgan, kami akan menonton film, apa kau ingin ikut?"

Tunggu, apa barusan aku bermimpi?

"Bukannya kalian pergi ke bazaar?" Tanyaku memastikan.

Ia terlihat bingung, kedua alisnya saling bertautan. "Maksudmu?"

Gerak-gerik yang Tes tunjukkan semakin membuatku yakin jika tadi hanyalah mimpi.

"Tidak, kurasa aku bermimpi jika kalian pergi ke bazaar."

Tes terkekeh, lalu mencubit pipiku. "Kau lucu sekali, Morgan."

"Aw! Lepaskan aku, Tessalonika!" Pekikku sambil berusaha melepaskan kedua tangan Tes yang masih saja mencubit pipiku.

"Jadi, kau ingin menonton film bersama atau tidak?" Tawar Tes lagi.

"Boleh, aku ingin menyegarkan pikiranku."

Bermimpi tentang dosen yang paling kalian benci adalah hal terburuk yang pernah ada.

.....

Duduk di atas bench, aku membuka novel milik Juno yang aku pinjam kemarin malam. Menunggu kelas selanjutnya tanpa melakukan kegiatan adalah hal paling membosankan, walaupun pada kenyataannya aku tidak begitu suka membaca novel.

"Pfffttt, aku tidak suka membaca novel." Kataku dengan nada sarkastik.

Alternatif pilihan yang aku punya untuk mengusir rasa bosan adalah melihat mahasiswa yang sedang bertanding bola. Setidaknya hal ini sedikit lebih menyenangkan ketimbang membaca novel.

"Kau suka bola?" Seseorang secara tiba-tiba datang dan bertanya padaku, Mr. Styles.

Sialan, kenapa harus dia? Batinku mengerang kesal.

Aku mengangguk pelan, tanpa menengok ke arahnya. "Ya, tapi tidak terlalu berlebihan."

"Hanya sepak bola?" Ia bertanya lagi.

"Basket, aku suka bola basket."

"Bagaimana dengan bola yang lain?"

Keningku mengernyit, "maksudmu?"

Ia mengarahkan mulutnya ke telingaku, lalu membisikkan sesuatu. "Kau tahu, kau bisa bermain dengan bola pribadiku, Morgan." Lalu tanpa rasa bersalah, Ia pergi meninggalkanku.

Aku menelan ludah. Kulihat Mr. Styles sudah berjalan cukup jauh, namun sesekali Ia menengok ke belakang dan memberikan kedipan mata kepadaku.

** ** **

Hwhwhw Mr. Styles :3

The Scandal [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang