Ch. 4

161K 5.7K 378
                                    

-3 days later-

Aku mengecek ke arah jam tangan, berharap seminar tak berguna yang Mr. Styles sampaikan akan segera berakhir. Ini sudah tiga jam, namun materi seminarnya masih banyak. Sesekali Ia mengamati gerak-gerikku.

"Kenapa seminar ini lama sekali, sih?" Ujarku pada salah seorang pria berambut blonde. Ia hanya membalas dengan gerdikkan bahu.

Mencoba untuk menghilangkan rasa bosan, aku mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi whatsapp dan mengetik pesan untuk Tes. Belum sempat pesan ini terkirim, seseorang melempariku dengan pena. Aku mengangkat kepalaku dan menyadari jika semua orang kini tengah memandangku. Sial.

"Ms. Pearson, apa kau bisa menunggu setidaknya hingga seminar ini berakhir?" Mr. Styles mengomel. Aku menggigit bibir bawahku, lalu mengangguk pelan. "Bagus, sekarang letakkan ponsel itu di dalam tas atau aku akan menyitanya."

Mendengar ancaman yang Ia berikan, aku langsung melempar ponselku ke dalam tas. Kehilangan ponsel karena sitaan adalah hal paling menyebalkan. Aku pernah merasakannya dan itu sedikit mengganggu. Pesan dari Mario terbengkalai sehingga ada miss communication.

30 menit berlalu, seminar akhirnya selesai. Aku bergegas keluar dari ruang seminar dan berjalan menuju kafeteria karena Tes sudah menunggu disana.

"Tes," aku memanggil Tes yang sedang menyesap frappucino.

Ia menengok, memberikan senyuman kecil. "Hey, Morgan."

"Maaf sudah membuatmu lama, Mr. Styles yang menjadi pembicara dan itu sangat membosankan."

"Membosankan atau..." Tes memainkan kedua alisnya, membuatku langsung berdecak kesal.

"Apa maksudmu, huh?"

"Kau tidak tertarik padanya?"

"Tertarik padanya? Ayolah, kau tahu kan aku sangat membenci dosen itu. Jadi, mana mungkin aku..." belum sempat aku melanjutkan ucapanku, seseorang mengintrupsi dengan mengatakan jika Mr. Styles ingin bertemu denganku di ruangannya.

Heck, mau apa lagi pria ini?

"Aku akan kembali Tes." Ucapku pada Tessa.

Dengan malas aku berjalan menuju ruangannya. Sampai saat ini aku masih tidak mengerti mengapa ruangan Mr. Styles terpisah dengan ruangan dosen yang lain. Tiba-tiba aku mengingat kejadian malam itu. Mataku tercemar oleh adegan paling menjijikkan antara dosen dan mahasiswi.

"Mr. Styles?" Aku membuka pintu ruangannya dan memunculkan kepalaku.

"Morgan, masuklah, ada sesuatu yang ingin aku katakan."

Aku mengangguk dan berjalan masuk. Ruangannya sedikit gelap. Aku tidak yakin jika ruangan ini benar-benar Ia gunakan untuk kegiatan perkuliahan.

"Kau tahu kenapa aku mencarimu?" Katanya.

"Tidak,"

Ia menyeringai kecil, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam lacinya, sebuah buku. "Kau meninggalkan bukumu di kelas HRM."

Hanya ini?

"Oh, terima kasih." Balasku memaksa untuk tersenyum.

"Sebelum kau pergi, bisa aku minta bantuanmu?"

"Apa itu?"

"Tolong ambilkan dokumen itu." Ia menunjuk pada sebuah rak berwarna hitam. Menyusahkan sekali.

"Baiklah,"

Dengan itu aku beranjak dari tempatku dan mulai mengambil dokumen yang dimaksud. Aku sedikit bingung lantaran dokumen yang ada di rak ini sangat banyak. Membalikkan tubuh, aku bermaksud untuk bertanya pada Mr. Styles, namun sekarang Ia sudah berdiri dihadapanku. Jarak kami sangat dekat.

The Scandal [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang