"Wear something cute, Morgan."
Kalimat menjijikan itu masih berputar-putar di kepalaku. Seorang dosen muda yang memiliki fantasi dan imajinasi liar tentang bagaimana Ia dapat bercinta dengan salah satu mahasiswanya.
Gila. Ini benar-benar mengganggu pikiranku. Kurang dari 3 jam dari sekarang aku harus memutar otak, memikirkan cara agar aku bisa terlepas dari jeratan busuknya.
Tidak, Morgan. Kau tidak dapat lepas dari jeratan busuk ini. Kau sudah terperangkap.
"Morgan, aku akan keluar sebentar. Apa kau ingin menitip sesuatu?" Suara Tes mengintrupsiku. Aku menarik nafas panjang dan segera beranjak dari tempat tidur untuk menemui Tes.
"Kau mau kemana?" Tanyaku, mengamati penampilannya dari atas hingga bawah.
"Pergi bersama Ashton."
Oh, Ashton. Senior di kampus yang usianya 2 tahun di atas kami. Tes dan Ashton memang sedang dekat, namun mereka belum berpacaran.
"Baiklah, karena kemungkinan aku juga akan pergi."
Tes menautkan kedua alisnya, "oh ya? Dengan siapa?"
"Mr. S---" aku memotong kalimatku saat menyadari jika aku hampir menyebut nama pria menyebalkan itu. Shit, shit, shit.
"Mr. Styles?" Tes melanjutkannya, membuatku menganga lebar. Bagaimana Tes tahu?
"Bukan, bukan Mr. Styles. Mana mungkin aku pergi dengan pria seperti dirinya." Aku mencoba mengelak.
"Lalu?" Tes menyipitkan kedua matanya, membuatku semakin tertekan dan menegang.
"Mr. Sm---"
"Tes, kau sudah siap?" Tiba-tiba Ashton muncul dari balik pintu kamar mandi, membuatku setidaknya merasa lebih aman. Batinku bersorak gembira. Ashton adalah penyelamatku.
"Ya, aku sudah siap." Tes membalas. Sepertinya Ia melupakan pembicaraan kami tentang 'dengan siapa aku akan pergi'.
"Kau tidak ikut, Mo?" Tanya Ashton padaku.
Aku menggeleng pelan, "tidak, terima kasih. Aku tidak mau mengganggu kalian."
"Kalau begitu, kami berangkat, ya! Sampai jumpa baby Morgan!"
"Ya, bersenang-senanglah!"
Begitu Tes dan Ashton sudah pergi, aku langsung kembali ke kamar. Kurasa tidur sebentar akan membuat pikiranku lebih baik.
.....
Tepat pukul 7 aku langsung bersiap-siap. Aku meraih sling bag yang tergantung pada pintu, lalu melangkah keluar. Ponselku sempat bergetar lantaran adanya pesan masuk. Merasa terganggu, aku langsung meraih ponsel tersebut dan mendapati adanya sebuah pesan masuk dari nomor yang tak ku kenal.
'Aku sudah sampai, cepat sedikit Morgan aku sudah tidak sabar'
Tanpa membalas, aku langsung meletakkan kembali ponselku di dalam tas dan buru-buru melangkah keluar dari apartemen untuk menemui Mr. Styles yang sudah menungguku.
Berada di depan mini market, aku langsung mengedarkan pandanganku untuk mencari keberadaan pria menyebalkan satu ini.
"Hey!" Aku memekik dengan suara lantang saat seseorang secara tiba-tiba menutup mataku dari arah belakang. "Hey, siapa kau?!"
"Santai, Morgan. Ini aku, Harry."
Harry?
Lantas aku langsung membalikkan tubuh untuk melihat orang itu yang ternyata adalah Mr. Styles. Ia mengenakan mantel berwarna hitam yang dibalutkan dengan beanie.
"Apa aku membuatmu terkejut?" Ia bertanya, memiringkan kepalanya.
"Um, ya, sedikit." Balasku sedikit kaku.
"Kalau begitu, masuklah ke dalam mobilku." Ia berseru seraya membukakan pintu mobil bagian depannya untukku. Sial. Ini begitu manis, namun aku sadar posisiku saat ini.
Tanpa berucap, aku langsung masuk, disusul olehnya. Untuk beberapa alasan, aku suka melihatnya seperti ini. Mantel tebal da beanie.
"Ada yang salah denganku, Morgan?"
Keparat. Kenapa aku memperhatikannya?
Aku menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak ada."
"Baiklah, dan jangan lupa gunakan sabuk pengamanmu." Ia memperingatkan.
.....
Aku mengedarkan pandanganku pada setiap sudut ruangan di rumah ini. Tatapanku berhenti pada salah satu foto, foto Mr. Styles bersama dengan salah seorang wanita paruh baya, yang ku asumsikan adalah Ibunya.
"Cokelat panas untukmu, Morgan." Mr. Styles datang dan langsung mengarahkan secangkir berisi cokelat panas padaku.
Aku meraih cangkir tersebut dan berkata, "terima kasih."
Suasana berubah menjadi semakin tak karuan saat tak ada satu pun dari kami yang berbicara. Aku sibuk menyeruput cokelat panas ini, sementara Mr. Styles hanya berdiam diri.
"Jadi, Morgan. Apa yang bisa kau lakukan untukku?"
Mendengar pertanyaannya, aku diam. Melakukan apa? Aku terus membatin dan membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya.
"Kenapa tidak menjawab, hmmm?" Mr. Styles membawa tangannya untuk menyentuh pipiku, lalu mengusapnya perlahan.
"Um, aku tidak mengerti apa maksud dari ucapanmu tadi."
Bukannya menjawab, Ia malah tertawa geli. Aku sempat berpikir mungkin ucapanku tadi lucu, namun tidak, aku benar-benar tidak mengerti. Ia tidak memberikan penjelasan terperinci.
"Kenapa kau malah tertawa? Tidak ada yang lucu disini." Tanyaku pelan, membuatnya berhenti tertawa.
"Kau polos sekali, dan kau tahu? Aku suka gadis polos. Biasanya gadis polos sepertimu jauh lebih agresif." Ia menyeringai kecil.
"Agresif?" Aku mengernyitkan dahi. Sebenarnya ini adalah satu dari sekian banyak cara yang dapat aku lakukan untuk dapat mengatasi atau mungkin mengalihkan pembicaraan yang bersifat 'pribadi'.
"Ya, kau mendominasi permainan yang akan kita lakukan nanti." Mr. Styles menekan nada bicaranya di kalimat terakhir, membuatku sempat berpikir tentang 'permainan' yang Ia maksud.
Aku diam, memilih untuk tidak berbicara. Mataku memandang pada satu titik di depan. Perasaan berubah menjadi semakin tidak tenang saat merasakan sebuah tangan besar menempel di pahaku.
"Mungkin ini adalah saatnya, Morgan."
** ** **
#OhNoMorgan
Maaf harus digantung dan chapter ini pendek banget. Mungkin next chapter bakalan lebih panjang kayak punya Harry ;)
Vote dan comment! Thank you xx

KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal [h.s]
FanfictionA story between student, teacher and their scandal. Cover by : @mariestylesx