Bonus Chapter

103K 3.7K 201
                                    



Aku mengambil semua perlengkapan untuk mengajar, mulai dari tas, beberapa buku, alat tulis dan sebuah binder. Ku langkahkan kaki keluar dari ruangan menuju sebuah kelas. Hari ini adalah hari pertama aku mengajar di Universitas.

Melenggang menyusuri koridor hingga tiba di depan sebuah kelas. Samar-samar ku dengar suara keributan disana, membuatku semakin nervous. Namun aku terus meyakinkan diri jika aku bisa menghadapi semuanya. Menjadi seorang dosen adalah impianku, meskipun aku bukanlah seorang dosen tetap disini, atau pun di kampus lain.

Aku mengayunkan tangan kananku dan bersiap untuk mendorong knop pintu. Semua mahasiswa kini tampak diam, memandangku dengan tatapan yang berbeda. Aku tersenyum pelan, melangkahkan kaki ke arah meja dosen.

"Whoaaa!"

"Apakah dia dosen baru?"

"God, she is so hot!"

"Aku akan terus bersemangat jika dia yang mengajar!"

Aku mendengar beberapa mahasiswa berbisik, berkomentar tentang diriku. Meskipun hal tersebut semakin membuat nyaliku sedikit menurun, namun aku yakin dapat mengatasinya dengan segera.

"Hello, class!"Aku membuka kelas pagi ini dengan sapaan.

"Hi!"

"Aku adalah dosen baru disini. Namaku Morgan Pearson. Kalian bisa memanggilku dengan Morgan atau Ms. Pearson. Aku mengajar mata kuliah Bisnis Internasional dan Sistem Informasi Manajemen." Aku mulai memperkenalkan diri, mencoba untuk membangun sebuah keharmonisan dengan mereka. "Well, apakah ada yang ingin kalian tanyakan?"

"Aku!"

"Ms. Pearson aku ingin bertanya!"

"Me! I wanna ask you something!"

"Ms. Pearson aku juga ingin bertanya!"

Mataku membulat begitu menyadari betapa banyaknya mahasiswa yang ingin bertanya. Sial. Tidak seharusnya aku membiarkan mereka.

"Baiklah, aku akan menampung pertanyaan kalian pada selembar kertas." Meraih selembar kertas dari dalam binder, aku mulai membaginya menjadi kertas-kertas kecil dan mengedarkannya pada seluruh mahasiswa. "Selagi kalian menulis, aku akan mengabsen."

......

Setelah mata kuliah pagi ini berakhir, aku memutuskan untuk mencari makan di kafeteria. Beberapa mahasiswa sempat menyapaku, yang ku balas dengan senyuman. Aku merasa senang karena nyatanya mereka mampu berbaur denganku, meskipun dalam waktu hanya satu hari. Mereka menyimak materi yang aku berikan dengan baik dan beberapa pertanyaan yang aku lontarkan mampu mereka jawab.

"Morgan!" Tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan sosok Tes yang datang.

"Astaga Tes, kau membuatku terkejut!" Timpalku.

"Jadi, bagaimana hari pertamamu mengajar di kampus ini?" Tanya Tes.

"Mengesankan. Aku bahkan tidak pernah membayangkan jika mereka akan menyukaiku secepat itu!"

Tessa memutar matanya, kemudian ia menarik diriku saat menemukan ada satu tempat yang kosong. "Ofcourse, Morgan. Kau sangat cantik, baik dan masih muda. Hal itu juga terjadi pada Mr. Styles, kau ingat?"

Saat Tes menyebutkan nama itu, aku diam. Sebulan setelah dia berada disana, kami kehilangan kontak. Beberapa kali aku mencoba untuk menghubunginya, namun tidak ada jawaban. Hal itu semakin membuatku yakin jika dia benar-benar sudah melupakan aku.

Hal yang berbeda justru aku alami. Aku tidak dapat melupakan pria itu begitu saja. Bahkan mantel yang dia berikan, masih aku rawat dengan baik. Aku tahu menunggu seseorang tanpa kepastian adalah hal terbodoh yang pernah ada, setidaknya itulah yang teman-temanku katakan.

"Morgan, aku tahu kau masih menunggunya, namun tidakkah kau ingin mencari kekasih baru?" Tes kembali buka suara.

Aku menggeleng pelan, menatap pantofel hitam milikku. "Aku tidak bisa, Tes."

"Kenapa tidak? Kau harus membuka hatimu untuk pria lain, Morgan!"

"Tidak semudah itu. Kau tidak akan mengerti perasaanku, karena kau tidak pernah merasa kehilangan!" Tiba-tiba saja aku kehilangan kendali dan sedikit berteriak, membuat beberapa orang menoleh ke arah kami. Ini memalukan. Tidak seharusnya Tes terus memaksaku untuk mencari pria lain dan melupakan Mr. Styles. Aku pun memutuskan untuk pergi, meninggalkan Tes sendirian disana.

.....

Mendaratkan bokong di atas kursi, aku meletakkan kepalaku pada sandaran. Seharian ini aku terus mengajar, dan hampir melupakan jika perutku belum terisi oleh makanan. Aku meraih ponsel, lalu memesan makanan dari restoran cepat saji. Sambil menunggu, aku memutuskan untuk melihat e-mail, lalu ku dapati adanya satu e-mail masuk dari seseorang bernama Max.

Keningku mengernyit sesaat setelah ku baca isi pesan yang dia kirimkan melalui e-mail. Aku tidak tahu siapa pria ini, namun dia sudah berani mengajakku untuk bertemu.

Tanpa mempedulikan e-mail darinya, aku meluncur kembali pada pesan-pesan lama. Pada saat yang bersamaan, ponselku berdering, menandakan adanya satu panggilan masuk. Dengan menggunakan tangan kiri, aku meraih ponsel tersebut dan ku letakkan di dekat telinga.

"Halo?"

"Halo? Bisa kau ulangi ucapanmu? Aku tidak bisa mendengar dengan jelas."

"Apa? Kau bicara apa?"

"Oh, astaga, ku rasa aku kehilangan sinyal. Bisa kau mengirim pesan singkat sa - halo?"

Sambungan terputus dengan cepat. Aku benar-benar tidak tahu siapa yang meneleponku tadi, ditambah dengan suara si penelepon yang tidak jelas.

Beberapa menit berlalu, aku selesai menilai tugas-tugas dari mahasiswa. Dan pada waktu yang bersamaan, pesanananku datang.

"Terima kasih," setelah transaksi selesai, kurir makanan tersebut segera pergi.

Aku kembali ke kursi dan mulai menyantap makanan ini, sambil sesekali menatap pada layar komputer, karena aku masih ingin melihat beberapa e-mail yang masuk seminggu terakhir ini. Saat aku sedang meluncurkan kursor ke bawah, aku mendapati adanya satu pesan masuk dari Mr. Styles. Pesan tersebut dikirim dua minggu yang lalu. Tanpa menunggu lama, aku langsung membuka pesan tersebut, kemudian membacanya.

From : Harry Styles

To : Morgan Pearson

Jika kau menerima e-mail ini tolong hubungiku di nomor 71716969, terima kasih xx

Begitu membaca e-mail tersebut, tanganku langsung merogoh ponsel di atas meja. Aku mengetikkan nomor yang dia kirimkan, berniat untuk menghubunginya. Butuh waktu beberapa saat hingga seseorang mengangkatnya. Aku masih diam, berusaha untuk menggerakkan bibirku yang secara tiba-tiba terasa kaku.

"Halo? Ada yang bisa aku bantu?"

** ** **

So, i decided to make two bonus chapters :)

Semoga kalian suka, dan jangan lupa utk vote serta comment. Thank you xx

The Scandal [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang