"Wah, segar sekali udaranya!" Rin menghirup napas panjang lalu mengeluarkannya selama berulang-ulang.
"Ya, udara di sini memang belum tercemar polusi karena letaknya yang jauh dari jalan raya. Apalagi daerah ini cukup luas sehingga tidak akan mengganggu privasi walaupun banyak wisatawan yang datang," kata Rio menjelaskan.
"Kau pernah ke sini sebelumnya?" Rin menatapnya takjub.
Pria itu mengangguk, "Aku pernah melakukan pemotretan di sini sebelumnya, karena lingkungan pedesaan yang cocok untuk tema waktu itu."
Rin mengangguk-angguk setuju. Lalu tersenyum memandang padang rumput yang luas namun sangat terurus di depannya.
"Lalu, kapan fashion showmu di Paris itu?" tanya Rio antusias.
"Kau terlalu bersemangat untuk ukuran orang yang terpaksa," sindir Rin tajam, sementara Rio hanya mencibir pelan.
"Aku hanya ingin memastikan jadwalku, tahu!" elaknya.
"Whatever!" Rin berkata acuh. "Fashion show kami akan dimulai bulan depan selama beberapa hari."
Rio berpikir sejenak, "Kurasa aku bisa minta waktu free pada Erick, karena bulan depan kemungkinan aku sudah selesai syuting film layar lebarku. Jadi, aku bisa minta libur dua minggu sebelum dirilis."
"Yah, kurasa itu lebih dari cukup."
"Hei, kau mau berkuda? Kau pasti akan bosan kalau menunggu para Ayah kita bermain golf," ajak Rio, wajahnya sangat berbinar penuh semangat.
"Well, aku tidak pernah berkuda sebelumnya," ucapnya ragu, tapi rasa ingin mencoba terasa mengusiknya.
"Aku bisa mengajarimu."
"Berhentilah menjadi calon suami yang baik di depanku!" bentak Rin ketus.
Belum sempat Rio membalas ucapannya, sebuah suara sudah menginterupsinya.
"Marina! Kau kah itu?" dari arah belakang muncul seorang pria seumuran dengannya sambil menenteng kamera di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya melambai penuh semangat.
"Ternyata benar kau, senang sekali bisa bertemu denganmu di sini?" ucap pria itu dengan napas terengah karena habis berlari.
"Jason? Sedang apa kau di sini?" tanya Rin heran.
Pria yang dipanggil Jason itu mengangkat kamera di tangannya dengan jengah. "Bekerja, apa lagi? Aku harus memotret dengan tema alam bebas di sekitar sini," ucapnya dengan wajah lelah.
"Sepertinya tidak berjalan lancar, bukan?" tebak Rin.
"Yah, begitulah. Model kami bertingkah sangat manja sehingga membuat aku dan asistenku kerepotan. Lalu, kau sendiri, sedang apa di sini?" Jason balik bertanya.
"Liburan. Aku sedang menemani Papaku bermain golf, tapi saking asyiknya, Papa sampai melupakanku," Rin memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat sehingga Jason terkekeh pelan.
"Anak yang malang," kata Jason sambil mengacak rambut Rin dengan gemas.
"Ehm," Rio menginterupsi karena tidak suka keberadaannya diacuhkan.
"Eh, kau Mario Alexander kan? Maaf, aku tidak melihatmu tadi. Apa kau datang bersama Marina?" tanya Jason, terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya.
Rio mendelik kesal, apakah postur tubuhnya yang tinggi menjulang tidak cukup untuk bisa dilihat dalam jarak kurang dari dua meter?
"Ya, aku datang bersama Rin. Aku adalah calon...,"
"MARIOOO!" jerit seorang gadis yang membuat ucapannya terputus.
Gadis berambut cokelat panjang itu segera menghampiri dan memeluk lengan Rio dengan manja.
"Renata? Kenapa kau ada di sini?" tanya Rio, ia sedikit gerah melihat gadis itu selalu berusaha menempelinya setiap mereka bertemu.
"Aku sedang pemotretan bersama Jason. Tapi, ia terus marah-marah padaku," rajuknya manja, Jason hanya meringis mendengar pengakuan Renata.
Pantas saja ia marah-marah kalau modelnya seperti ini, pikir Rio sinis.
"Hei, bagaimana kalau kita double date?" celetuk Rin tiba-tiba.
Rio terperangah dengan ucapan Rin, bagaimana mungkin semudah itu dia mengajaknya kencan?
"Aku dan Jason akan berkuda. Apa kau dan Renata mau ikut?" tanya Rin lagi.
Rio melongo dibuatnya, jadi double date yang ia maksud adalah Rin dengan Jason, lalu Rio dengan Renata? What the hell!
Renata menjerit kesenangan, sementara Jason mengangguk setuju dengan senyum lebar di bibirnya.
"Aku ingin bicara sebentar denganmu, Marina!"
Rio menarik tangan Rin dengan kesal lalu mengajaknya menjauh.
"Apa-apaan ini? Bagaimana kalau para Ayah kita melihat?!" kata Rio pelan dan tajam, meskipun saat ini ia sangat ingin berteriak pada gadis di depannya.
"Itulah rencanaku, kita buat para Ayah kita melihat dan menyadari kalau kita memang tidak ingin dijodohkan. Semalam aku sudah berhasil membuat pernikahan kita ditunda. Lalu, sekarang giliranmu untuk membuat pernikahan konyol ini dibatalkan. Bukankah itu maumu?" kata Rin penuh penekanan.
Dia ingin pernikahan ini dibatalkan. Benarkah?
"Baiklah. Aku akan ikuti semua rencanamu dan memastikan kalau pernikahan kita dibatalkan."
Setelah berkata begitu, Rio berbalik dan berjalan tanpa menoleh lagi. Ia merangkul pundak Renata dan mengajaknya pergi dengan mesra. Ia tidak menyadari kalau Rin masih menatapnya dengan hati mencelos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Wedding (Wedding Series #1)
RomancePENGUMUMAN! CERITA SUDAH DITERBITKAN. SEBAGIAN ISI CERITA SUDAH DIHAPUS! :) Sinopsis Trapped in Wedding Berawal dari persahabatan kedua ayah mereka, Marina dan Mario harus menjalani sebuah perjodohan yang mereka tentang habis-habisan. Berbagai renca...