"Kau jahat! Kenapa dulu kau meninggalkanku begitu saja?" Marina terisak dalam pelukan Radith.
Pria itu menghela napas berat, tidak mungkin ia mengatakan kalau Ayah Marina yang memintanya menjauhi puterinya karena Marina akan dijodohkan dengan putera sahabatnya. Dulu, ia tidak punya apa-apa untuk menolak, bahkan sekedar keberanian saja ia tidak memilikinya. Maka dari itu ia memilih pergi, tapi sekarang Tuhan mempertemukan mereka kembali dan ia juga sudah memiliki segalanya. Uang, jabatan, dan kekuasaan. Ia yakin kalau Alexander Origa tidak punya alasan untuk menolaknya lagi.
"Kenapa malah bengong? Jawab, Radith!" desak Rin tidak sabar.
"Maafkan aku, dulu egoku masih labil. Aku pergi karena aku ingin mencari kehidupan yang layak agar bisa menghidupimu. Kau lihat sendiri, sekarang aku sudah berhasil, bukan?!" kata Radith bangga.
Rin mengangguk, ia menatap Radith dengan takjub. "Kau memang hebat! Tapi, tetap saja kau tidak bisa dimaafkan."
"Aku mengerti, bagaimana kalau aku traktir makan sebagai permintaan maaf?" ajak Radit yang diangguki oleh Rin dengan antusias.
Mereka makan di cafe yang berada di lantai 2. Disitu juga banyak karyawan yang sedang sarapan, mereka berbisik-bisik melihat bos mereka makan bersama Rin.
"Aku merasa seperti selebritis," Rin ikut berbisik pada Radith.
"Karena kau sarapan bersama selebritis hotel ini," gurau Radith sambil terkekeh.
Beberapa karyawannya baik pria maupun wanita menatap takjub pada Radith. Biasanya Boss mereka itu sangat jarang tersenyum apalagi tertawa seperti itu. Entah angin apa yang membuatnya ceria. Yang jelas itu karena pengaruh gadis yang makan bersamanya, dan tatapan iri semakin ditujukan para penggemar Radith pada Rin.
"Hei, tadi aku melihat Mario di lobby, tahu!" samar-samar Marina mendengar percakapan dua karyawan wanita di sebelahnya.
Mendengar nama Mario disebut jantungnya langsung melompat dari tempatnya. Mario sudah bangun dan pasti sedang mencarinya. Bisa gawat kalau dia menemukannya bersama Radith.
"Mario siapa?" tanya gadis lainnya tertarik.
"Itu lho, Mario Alexander yang model dan aktor terkenal. Masa kalian tidak kenal?"
"Iya, aku tahu! Aku pernah melihat filmnya, keren banget! Terus sekarang dia di mana?"
"Kayaknya sih mau check out, soalnya dia bawa koper besar gitu. Dua hari yang lalu sih dia datang sama cewek, tapi tadi dia pergi sendiri. Tuh cewek bayaran kali, Mario udah bosen makanya ditinggalin," jawab si karyawati penggosip tadi dengan lagak sok tahu.
Marina yang mendengar perbincangan mereka menjadi naik darah. Ia menggebrak meja dengan kesal, dan berjalan ke arah para penggosip itu.
"Hei, jaga bicara kalian, terutama kamu!" tunjuk Marina pada gadis penggosip yang berdandan paling menor. "Kalau kalian tidak tahu apa-apa, lebih baik kalian diam saja. Mengerti!"
Para karyawati itu sebenarnya ingin melawan, tapi melihat bos mereka berdiri di belakang gadis itu membuat nyali mereka ciut dan memilih diam.
Marina tidak ingin buang waktu, ia segera bergegas ke lobby. Kalau yang dikatakan para biang gosip itu benar, berarti Mario masih di sana. Ia meninggalkan Radith yang berteriak memanggil namanya. Ia langsung masuk lift yang hampir tertutup dengan tidak sabar.
"Mariiooo!!!" jerit Rin begitu keluar dari lift.
Mario yang hampir masuk ke dalam taksi menoleh ke arahnya dengan wajah datar dan berdiri menunggu gadis itu.
"Kau mau ke mana?" tanya Rin dengan napas terengah-engah.
"London," jawab Mario singkat.
"Kenapa mendadak sekali?"
Mario tidak merasa perlu menjawab, ia kembali membuka pintu taksi untuknya.
"Aku ikut!" tahan Marina sambil memegang lengan Rio untuk menutup pintu taksinya lagi. "Aku akan mengambil barang-barangku dulu."
"Tidak! Aku akan pergi sendiri."
Langkah Marina terhenti mendengar perkataan suaminya, "Kenapa?"
"Kau tahu jawabannya." Tidak ingin menjelaskan lebih lanjut, Mario segera masuk dan taksi segera melaju meninggalkan hotel itu.
"Mario...," desis Rin lirih, ia jatuh terduduk di lantai hotel yang dingin.
"Rin!" panggil Radith yang baru keluar dari lift, "Ada apa?"
Radith membenamkan wajah Marina ke dadanya untuk menyembunyikan tangis gadis itu. Mario yang melihat hal itu dari dalam taksi hanya bisa tersenyum pahit. Mungkin keputusannya untuk pergi adalah tepat.
"Dia... Pergi...," kata Marina terbata dalam isaknya.
"Tenang, Rin. Siapa yang pergi?" tanya Radith bingung.
"Mario! Suamiku ninggalin aku, Dit!" jerit Rin tertahan.
Radith membeku mendengar perkataan Marina. Jadi, gadis impiannya sudah menikah? Kenapa semua ini harus terjadi padanya? Disaat ia memiliki segalanya, kenapa ia harus kehilangan cintanya bahkan saat ia belum mendapatkannya kembali?
"Ketika cinta hadir dalam hidup kita, maka bersiaplah untuk kehilangan," bisik Radith getir.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Wedding (Wedding Series #1)
RomancePENGUMUMAN! CERITA SUDAH DITERBITKAN. SEBAGIAN ISI CERITA SUDAH DIHAPUS! :) Sinopsis Trapped in Wedding Berawal dari persahabatan kedua ayah mereka, Marina dan Mario harus menjalani sebuah perjodohan yang mereka tentang habis-habisan. Berbagai renca...