Suara ketukan di pintu membuat Mario terbangun dari tidurnya. Dengan langkah berat ia melepaskan pelukannya di pinggang isterinya dan melangkah menuju pintu ketika ketukannya makin intens.
"Siapa sih bertamu pagi-pagi begini?" gerutunya kesal, ia membuka pintu dengan tampang garang ketika dilihatnya dua orang itu di depan pintu.
"Kenapa datang pagi sekali? Kalian mengganggu aktifitas kami, tahu?!" bentak Mario.
Erick dan Grace yang tidak mengerti keadaan Mario hanya bisa saling memandang bingung. Apalagi melihat pria itu hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.
"Aku hanya ingin tahu keadaan Marina," Grace memberi alasan.
"Lagipula, sekarang sudah jam 2 siang. Kecuali kalau itu masih pagi bagimu," sambung Erick dongkol.
"Masuklah. Dia sedang istirahat, jangan ganggu dia dulu," pesan Mario datar lalu masuk ke kamar mandi.
"Hei, apa kau memikirkan apa yang sedang aku pikirkan?" tanya Erick curiga.
"Ya, sepertinya aku juga berpikir ke arah sana. Kita harus mengucapkan selamat pada mereka," kata Grace sumringah.
"Aku mendengar kalian," kata Rio tiba-tiba mendelik tajam dari balik pintu kamar mandi, "Kalian berdua harus membantuku!"
-
"Hei, kalian mau bawa aku ke mana? Kenapa mataku ditutup begini?" tanya Marina cemas, sementara Grace dan Erick hanya saling memandang penuh arti.
"Nah, sekarang sudah sampai. Pangeranmu sudah menunggu," ucap Grace sambil perlahan membuka penutup mata gadis itu. "Hitung sampai lima baru buka matamu. Kami pergi dulu, selamat bersenang-senang!"
Marina menghitung dalam hati lalu perlahan membuka matanya. Yang dilihat pertama kali adalah Menara Eiffel yang tinggi menjulang tidak jauh darinya. Menara seberat 10.000 ton itu masih tetap berdiri gagah meskipun sudah berdiri selama berabad-abad. Awal berdirinya menara ini sempat menimbulkan pro dan kontra, tapi sekarang menara ini sering dijadikan tempat wisata wajib di kota Paris.
Marina sudah terbiasa melihat menara Eiffel, tapi yang membuatnya terkejut adalah pria itu. Di depannya Mario tersenyum lebar dengan tuksedo hitamnya, senada dengan gaun hitam yang dipakainya.
"Mario, ada apa ini?" tanya Marina.
Ia memerhatikan sekelilingnya dengan takjub. Puluhan lilin berputar mengelilinginya membentuk hati. Sementara taburan kelopak mawar putih memenuhi tempatnya berpijak.
"Kejutan dariku, kuharap kau menyukainya," jawab Mario tenang, ia meraih jemari Marina dan mengecupnya dengan anggun lalu menuntunnya ke meja makan yang sudah ia siapkan.
"Aku suka sekali, kau memang playboy yang hebat!" puji Marina geli, dalam hati ia sedikit iri membayangkan Mario melakukan ini dengan gadis lain.
"Tentu saja, semua wanita pasti menyukai candle light dinner dengan pria setampan aku di bawah Menara Eiffel. Bukankah itu sangat romantis?" Mario berkata penuh percaya diri, menyadari kecemburuan di mata isterinya. Ternyata sangat menyenangkan menggoda wanita ini.
Marina mencibir mendengar kenarsisan suaminya. Kemana pria malu-malu yang menemaninya tidur tadi? Oh, mengingat hal tadi membuat wajahnya memanas. Untung saja sekarang cahaya lilin itu menyamarkan wajahnya yang sudah pasti semerah tomat.
"Kau punya rencana negara mana yang ingin kau datangi?" tanya Mario sambil mengiris steak kesukaannya dengan sadis.
"Sepertinya aku ingin keliling dunia, aku sudah membayangkan berapa banyak desain yang akan aku siapkan," jawab Marina berbinar penuh semangat.
"Bukan itu maksudku!" Mario meletakkan garpunya yang hampir sampai ke mulut. "Aku bertanya, kau ingin liburan ke mana? Bukan tentang pekerjaan."
"Oh, itu. Aku tidak berpikir untuk liburan dalam waktu dekat ini. Pekerjaanku banyak sekali," sahutnya datar sambil menyantap makanannya.
"Kau harus, Rin! Karena aku akan mengajakmu honeymoon. Anggap saja ini adalah bulan madu kita yang tertunda."
"Uhuk!" Rin tersedak makanannya saking terkejut. Bulan madu? Kini ia baru sadar kalau sekarang mereka sudah menjadi suami isteri yang sesungguhnya. Tidak ada salahnya menuruti keinginan suaminya. Lagipula, dia sudah lama tidak pergi berlibur.
"Hei, kau tidak apa-apa?" Rio memberikan air putih untuknya dengan wajah cemas.
"Hawai." Marina berkata setelah batuknya reda, ia menghapus airmata yang sempat keluar karena tersedak tadi. Sebenarnya Mario ingin tertawa melihat wajah isterinya yang berantakan, tapi ia berusaha menahannya agar Marina tidak marah.
"Apa?" tanya Rio bingung, ia tidak terlalu memerhatikan perkataan isteriya barusan karena terlalu sibuk menahan tawa.
"Aku ingin ke Hawai, kau dengar tidak?!" kata Marina lagi dengan suara lebih keras.
"Oke. Kita akan honeymoon ke Hawai," Mario tersenyum lebar dan otaknya segera menyusun rencana 'liburan'nya bersama isterinya. Senangnya menjadi pengantin baru! Haha...
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Wedding (Wedding Series #1)
RomancePENGUMUMAN! CERITA SUDAH DITERBITKAN. SEBAGIAN ISI CERITA SUDAH DIHAPUS! :) Sinopsis Trapped in Wedding Berawal dari persahabatan kedua ayah mereka, Marina dan Mario harus menjalani sebuah perjodohan yang mereka tentang habis-habisan. Berbagai renca...