8. Keputusan

2.2K 111 1
                                    


"Maafkan aku, Pa," sesal Davian dengan wajah tertunduk.

Ia merasa bersalah sudah menyebabkan Ayahnya terbaring di rumah sakit akibat perdebatannya yang keras tadi siang. Ayahnya ditemukan pingsan di kamarnya oleh Marina saat ia akan memanggilnya untuk makan malam. Dr. Hendri bilang, Ayahnya terlalu stress sehingga tekanan darahnya naik lagi.

"Ini bukan salahmu, Nak. Papa yang salah, tidak seharusnya Papa memaksa anak-anak Papa untuk segera menikah," ucap Alex Origa lemah, bibirnya berusaha tersenyum dipaksakan.

"Aku janji mulai saat ini aku akan lebih giat mencari calon isteri dan akan kubawa ke hadapan Papa dengan segera," janji Davian tulus.

Alex Origa mengangguk puas mendengar janji putera sulungnya tersebut. "Papa tidak sabar menunggu saat itu tiba."

"Oh iya, soal pernikahan Marina dan Mario, kalau kau tidak setuju, Papa akan membatalkannya. Papa yakin kalau Forbs juga tidak keberatan. Bukan begitu, Forbs?" tanya Origa pada sahabatnya yang sejak tadi berdiri mendampinginya.

Alex Forbs mengangguk samar, menyatakan persetujuannya meskipun dengan berat hati.

"Aku akan menikah. Kalau perlu, malam ini juga."

Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke arah Marina yang dari tadi hanya jadi pendengar. Ada ekspresi terkejut luar biasa di wajah Davian dan ekspresi bahagia di wajah kedua Alex tua itu.

"Benarkah itu, Sayang? Kau setuju menikah dengan Mario? Papa tidak salah dengar, kan?" kata Papanya dengan wajah berbinar.

"Kau yakin, Rin?" tanya Davian tidak rela.

Rin mengangguk mantap. "Ya, aku akan menikah dengan Mario."

Entah keputusannya itu benar atau tidak, tapi yang jelas ia tidak ingin kehilangan Papa yang sangat ia cintai sebelum ia sempat membahagiakannya. Begitu melihat Ayahnya tergeletak tidak berdaya di kamarnya, ia begitu takut untuk kehilangan. Dan ia sudah berjanji akan menuruti semua keinginan Ayahnya, termasuk menikah dengan playboy itu. Dan Rin rasa keputusannya itu sudah tepat, karena kini wajah Ayahnya terlihat begitu segar dan bahagia. Itu sudah cukup membuatnya ikut bahagia.

"Oom senang sekali dengan keputusanmu, menantuku. Kalau begitu, pernikahan akan kita adakan malam ini juga sesuai permintaanmu. Bagaimana, Origa?" Forbs melirik Alex Origa yang tersenyum tanda setuju.

"Tidakkah ini terlalu cepat, Pa?" protes Davian kesal.

"Lebih cepat lebih baik," sahut Ayahnya tegas, tak mau dibantah.

"Lagipula ini hanya akad nikah darurat yang dihadiri oleh keluarga terdekat saja. Resepsinya tetap akan diadakan setelah kontrak sialan Mario itu selesai. Kamu setuju kan, menantu?" tanya Forbs penuh harap.

Marina menguatkan hatinya, sudah terlambat untuk menolak. Mungkin dengan begini, kesehatan Ayahnya akan membaik dengan cepat. "Saya setuju, Oom."

Davian mendesah frustasi, ia tidak bisa menyelamatkan adiknya dari si brengsek itu. Ia tahu kalau adiknya itu masih belum bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Terbukti ketika Rin mendadak sedih saat nama pria itu disebut. Ah, sudahlah. Mungkin dengan menikah dengan Mario, Rin akan bisa melupakan orang itu.

"Penghulunya akan datang sekitar dua jam lagi. Aku sudah menghubungi kerabat terdekatku, apa kalian mau aku menghubungi kerabat kalian juga?" Alex Forbs menawarkan dengan penuh semangat. Ia baru saja menutup ponselnya untuk meenghubungi penghulu, dengan setengah memaksa tentunya.

"Tidak usah, Oom," tolak Davian halus, "saya yang akan menghubunginya. Terima kasih."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan meminta ijin Dr. Hendri dulu sekalian mencari cincin untuk kalian," pamitnya penuh semangat. Lalu, tiba-tiba langkahnya terhenti seperti teringat sesuatu.

"Ada apa, Oom?" tanya Rin heran.

"Oom lupa menghubungi Mario dan menyuruhnya ke sini," ujarnya terkekeh. Rin dan Davian ikut geli mendengarnya, bagaimana ia bisa melupakan pengantin lelakinya?!

Beberapa kali sambungan telepon terhubung tapi sama sekali tidak ada jawaban. Alex Forbs sudah mondar-mandir dengan cemas sambil tetap menaruh ponselnya di telinga.

"Dasar anak itu, selalu saja tidak pernah mengangkat teleponku dalam sekali dering. Akan kuhabisi dia kalau sampai tidak mengangkat teleponnya," gerutunya kesal.

Tersambung. Dan Alex Forbs segera berteriak dengan kasar pada puteranya. "KENAPA KAU LAMA SEKALI MENGANGKATNYA?!"

Mereka bertiga segera menutup kuping mendengar teriakan super dahsyat dari Alex Forbs tersebut. Heran, kenapa pria tua itu tidak pernah kehilangan suaranya setelah berteriak sekeras itu? Hanya jeda beberapa detik sampai dia berteriak lagi.

"CEPAT KE RUMAH SAKIT SEKARANG!!!" bentaknya lalu menutup teleponnya. "Maafkan aku, kadang-kadang aku tidak bisa mengontrol suaraku saat berbicara dengan anak itu." Alex Forbs menyeringai, sedikit malu sambil menatap Rin.

"Suara Oom keras sekali," ucap Rin takjub.

Alex Forbstersenyum malu-malu, "Ini semua karena Oom adalah vokalis band rock semasakuliah dulu. Aku dan Ayahmu adalah teman band yang hebat!" ungkapnyabangga.    


TBC


Trapped in Wedding (Wedding Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang