14. Show in Paris

2.5K 127 4
                                    


"Semua model sudah siap dengan gaun rancanganmu, Rin," kata Grace yang baru saja kembali dari ruang ganti para modelnya.

Marina menggangguk sekilas, "Bagus. Ingatkan mereka untuk segera ganti baju kedua begitu konsep pertama selesai."

"Oke. Lalu, mahakaryamu?" tanya Grace ragu. Ia teringat pada tuksedo hitam dan gaun sutera hitam pasangannya yang berhiaskan swarovski di ruang ganti.

Marina mengintip dari belakang panggung, bangku pengunjung sudah hampir terisi semua padahal fashion show baru akan dimulai setengah jam lagi. Ia menarik napas berat, semuanya pasti akan berjalan lancar, dengan atau tanpa Mario. Ia masih punya beberapa model pria yang sudah bersiap di ruang ganti, meskipun tuksedo itu akan sangat pas kalau Mario yang pakai. Sekali lagi ia menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya.

"Fokus, Rin! Fokus!!!" gumamnya sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Kita bisa memakai model yang lain. Lagipula, Katrina yang akan memakai gaunnya. Tidak masalah siapa yang akan memakai tuksedo itu."

"Baiklah." Grace segera kembali ke ruang ganti setelah mendapat telepon singkat diikuti oleh gadis itu.

"Oke, guys, hari ini aku sangat mengharapkan bantuan kalian. Usahakan yang terbaik," ucap Marina pada para modelnya.

Gadis-gadis cantik itu hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Mereka sudah terbiasa bekerja dengan Marina, jadi gadis itu sudah tahu kualitas para modelnya.

"Konsep pertama akan dimulai 5 menit lagi, bersiaplah!" Grace memberi aba-aba.

Para model itu bersiap di belakang panggung. Konsep pertama dengan tema simple dress yaitu gaun-gaun santai yang bisa digunakan dalam acara semi formal, seperti acara keluarga ataupun berjalan-jalan di luar. Gaun dengan warna-warna soft itu terlihat sangat simple dan nyaman, ditambah dengan batu-batuan alami yang menghiasi bagian depannya sehingga menambah unsur etnik khas Indonesia.

Marina menahan napas ketika model pertama keluar, ia sibuk menimbang reaksi para undangan yang hadir. Grace menggenggam jemarinya untuk menenangkan dan ia baru bisa bernapas lagi ketika melihat decak kagum dari para undangannya yang notabene adalah para petinggi maupun konsumen fashion terkenal di dunia.

"Mereka menyukainya, kau hebat, Rin!" puji Grace tulus, sementara Marina hanya tersenyum dengan hati berbunga-bunga.

Para model yang sudah tampil segera bersiap dengan gaun kedua. Konsep kedua adalah The Dark Night, yaitu, gaun formal yang lebih banyak memakai warna gelap seperti hitam, cokelat tua, maupun biru kehitaman. Gaun pesta itu untuk acara formal bagi pria maupun wanita yang ingin datang ke pesta besar dengan penampilan simple namun berkelas. Karena sebagian besar gaun-gaun itu memakai bahan-bahan terbaik untuk kain mau pun permatanya sehingga menampilkan kesan mewah dan elegan meskipun desainnya simple.

"Rin, Katrina!" seru Grace cemas.

"Ada apa dengan Katrina?" tanya Rin ikut panik.

"Kakinya terkilir saat ke toilet tadi, sekarang bagaimana? Waktunya tidak akan cukup untuk mencari model pengganti," kata Grace bingung.

Marina menghempaskan tubuhnya ke kursi sambil memijit keningnya. Kenapa ia harus kehilangan dua model untuk maha karyanya?

"Apa aku terlambat?"

Suara itu! Marina menoleh dan mendapati Mario berdiri di belakangnya. Ia hampir saja menjerit kegirangan kalau saja tidak melihat dua orang yang berdiri di belakang pria itu. Ah, tidak! Satu orang yang membuatnya terganggu. Mario datang bersama Erick dan ... RENATA!!!

"Rin!" Grace menyadarkan Marina dari kekagetannya. "Bagaimana kalau kita pakai dia saja?" bisik Grace menunjuk Renata.

Apa? Memakai Mario dan Renata untuk model maha karyanya? Jangan mimpi! Lagipula, kenapa mereka harus datang bersama? Apa hubungan mereka sudah sejauh itu? Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang sudah meninggalkan suaminya.

Ia melirik Grace dengan tampang keberatan, tapi tatapan memohon gadis itu membuatnya luluh. Ia harus profesional! Ia tahu sudah tidak ada waktu lagi dan kedatangan mereka mungkin saja adalah keajaiban yang Tuhan kirimkan untuknya.

"Baiklah! Mario dan Renata, cepat ke ruang ganti. Nanti penata rias yang akan mengurus kalian!" kata Marina tegas.

Meskipun kebingungan, namun Renata menurut juga. Toh, ia senang bisa tampil di acara sebesar ini. Berarti kesempatannya untuk go internasional semakin terbuka lebar.

Mario mendekati Marina sejenak, ia menatap isterinya itu dalam-dalam. Ditatap seperti itu, Marina membuang pandangannya. Ia tidak bisa balik menatap pria itu kalau tidak mau jatuh dalam pesonanya.

"Aku benci mengatakan ini, tapi aku merindukanmu," bisiknya sambil mengecup bibir Marina sekilas sebelum masuk ke ruang ganti.

Marina memegangi dadanya yang kini bergemuruh, ciuman Mario berdampak besar padanya. Benarkah ia sudah jatuh cinta?

TBC



Trapped in Wedding (Wedding Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang