Radithya Erlangga! Marina sangat yakin kalau pemilik hotel ini adalah dia. Radith-nya yang hilang, ternyata selama ini pria itu bersembunyi di sini. Pria itu meninggalkannya demi pekerjaan, dadanya terasa sesak dengan kenyataan itu.
"Ada apa, sayang? Kenapa belum tidur?" tanya Mario serak, khas bangun tidur.
Ia melepaskan pelukannya pada tubuh polos isterinya dan menyelimuti tubuh mereka berdua.
"Aku tidak bisa tidur," jawab Marina jujur, ia memakai jubah tidurnya yang tadi dilemparkan Mario dengan sembarangan dan tersangkut di nakas.
"Ada sesuatu yang kau pikirkan? Tadi kuperhatikan makanmu sedikit sekali, mau kupesankan makanan?" tanya Mario cemas.
"Aku baik-baik saja. Sungguh," ucap Marina meyakinkan.
Mario menghela napas berat, ia tahu isterinya berbohong. Entah apa yang mengganjal pikirannya sekarang, tapi ia tidak mau memaksanya untuk bercerita.
"Ya sudah, sekarang tidurlah. Ini masih jam 2 pagi, besok kita akan pergi ke tempat-tempat wisata lainnya yang kau inginkan." Mario menepuk bantal di sampingnya agar Marina berbaring. Gadis itu menurut dan meringkuk membelakanginya, sementara Mario mengelus rambutnya dengan lembut sampai wanita itu terlelap.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, sayang?" desahnya lirih, sambil mencium rambut isterinya. Menghirupnya aromanya dalam-dalam untuk menenangkan perasaannya sendiri, aroma yang sudah membuatnya jatuh hati.
-
Pagi-pagi sekali, Marina sudah bergegas mandi dan turun ke lobby hotel. Ia sudah memesan makanan untuk suaminya yang masih tidur, berharap Mario tidak akan bangun sampai dia kembali.
Dalam suasana hati yang tidak karuan, ia menunggu di lobby hotel yang tidak terlalu ramai. Perasaannya harap-harap cemas antara menunggu atau kembali. Akal sehatnya menyuruhnya kembali ke kamar untuk menemui suaminya. Tapi, hati kecilnya menyuruhnya tetap diam dan menunggu. Dan ternyata hatinya yang menang.
Setelah hampir satu jam menunggu, orang yang ia cari akhirnya muncul juga. Pria itu berjalan dengan gagah didampingi dua karyawannya yang lain. Tanpa berpikir panjang, Marina berlari dan berdiri tepat di depannya. Selama beberapa saat mereka saling berpandangan, Marina bisa melihat kerinduan, kekecewaan dan kepedihan yang dalam di mata Radith. Tapi kemudian, pria itu memilih untuk mengacuhkannya dan berjalan melewatinya.
"Berhenti!" jerit Rin. Dalam hati ia merutuki suaranya yang terlalu keras sehingga sekarang ia menjadi tontonan semua orang yang ada di lobby.
Radith menghentikan langkahnya dan berbalik dengan ekspresi dingin. "Ada apa, Nona?"
"Aku...," Marina bingung harus berkata apa. Pria yang berdiri di depannya kini rasanya seperti orang asing. Apa ia salah orang? Tidak! Jelas-jelas pria ini memang Radith. Lalu, sekarang ia harus bilang apa? Tidak mungkin ia bilang kalau ia datang meminta penjelasan karena Radith sudah meninggalkannya tanpa sebab bertahun-tahun yang lalu.
"Kalau tidak ada yang penting, sebaiknya Anda pergi. Saya tidak punya banyak waktu," Radith berkata datar, lalu berbalik pergi.
Marina tidak terima dengan nada bicara Radith, seharusnya ia yang marah, bukan sebaliknya!
"Tunggu!" Marina menarik tangan Radith, "Kau... Benar-benar Radithya, kan? Jawab aku!" suara Marina bergetar, setetes cairan bening mengalir dari matanya namun ia buru-buru menghapusnya.
Radith bergeming melihat gadis itu menangis di hadapannya. Rasanya masih sama seperti dulu, seperti ketika ia terpaksa meninggalkannya. Ia tidak ingin gadis itu bersedih, Marina harus bahagia! Tembok yang ia bangun selama bertahun-tahun itu roboh dalam seketika. Ia sudah memutuskan untuk meninggalkan gadis itu dan melupakannya, namun sekarang hatinya sudah kembali jatuh dalam sekejap.
Kenapa gadis itu harus datang kembali dalam hidupnya setelah hampir 6 tahun ia bersembunyi dan menulikan telinga tentang semua berita tentangnya. Ia sudah memilih jalannya sendiri dengan mengorbankan perasaannya.
Kemarin saat melihat gadis ini di restoran miliknya, ia pikir kalau semua itu hanya khayalannya. Hanya ilusi yang diciptakan oleh otaknya karena terlalu merindukannya. Tapi ternyata gadis ini nyata! Gadis yang selama ini ia rindukan, ia cintai dengan segenap jiwa dan raga sedang berdiri di hadapannya.
Radith memberikan isyarat agar karyawannya kembali ke pekerjaannya masing-masing dan berhenti menonton mereka. Ia menghela napas lega ketika tempat itu hanya menyisakan dia dan gadis pujaannya.
Dengan perlahan Radith mendekati Marina dan ragu-ragu mengelus kepalanya seperti yang dulu sering ia lakukan. "Jangan menangis, Rin," desisnya nyaris tidak terdengar. Ia sudah tidak bisa berpura-pura seperti orang asing lagi, kenyataannya ia sangat mencintai gadis ini.
Mendengar pria itu menyebut namanya, tangis gadis itu bukannya berhenti tapi malah semakin menjadi. Radith-nya belum berubah, ia tetap Radith yang dulu sebelum meninggalkannya.
"Sudah, kubilang jangan menangis. Kau ini tidak berubah ya, tetap saja cengeng," gerutu Radith pura-pura marah.
Ia merangkul tubuh mungil itu dalam dekapannya dan menghirup aroma lavender yang ia sukai dari gadis itu. Hatinya yang selama ini kosong sudah utuh kembali.
'Mungkin takdir yang mempertemukan Marina untukku, dan sekarang tidak akan ada lagi penghalang di antara kami,' bisik batinnya lirih.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Wedding (Wedding Series #1)
RomancePENGUMUMAN! CERITA SUDAH DITERBITKAN. SEBAGIAN ISI CERITA SUDAH DIHAPUS! :) Sinopsis Trapped in Wedding Berawal dari persahabatan kedua ayah mereka, Marina dan Mario harus menjalani sebuah perjodohan yang mereka tentang habis-habisan. Berbagai renca...