7. Her Brother

2.3K 114 2
                                    


Mario PoV

Arrgghhh!!! Gadis itu membuatku gila! Kenapa dia tidak bisa bersikap normal saja padaku? Kenapa dia harus menjadi gadis yang menarik dan selalu menjaga jarak saat bertemu denganku? Sikapnya yang kasar dan menganggapku sebagai musuh justru membuat aku semakin penasaran untuk mendekatinya. Kenapa aku harus dijodohkan dengannya? Dan kenapa dia tidak menyukaiku seperti para gadis lainnya? Dia terlalu menarik untuk dilewatkan, tapi aku tidak akan memaksanya sebelum aku benar-benar gila kalau dicampakkan olehnya. Mungkin benar, hukum karma memang berlaku!

Siang itu, aku membawa Luna, gadis entah keberapa yang mendekatiku. Aku bahkan meragukan kalau dia itu masih gadis, mengingat penampilan seksi dan make up tebal yang selalu menutupi wajahnya.

Entah suatu keberuntungan atau kesialan, aku bertemu dengan Marina di butik Tante Emma. Aku memang sudah lama tidak bertemu dengannya, tepatnya sejak peristiwa itu. Aku sangat marah mendengar ia membawa-bawa Ibuku yang meskipun tidak aku kenal baik tapi aku sangat menghormatinya.

Sepertinya ia mau minta maaf padaku, tapi aku sengaja mengabaikannya. Harus kuakui kalau dia sedikit kurusan dengan kantong mata panda di wajahnya, tapi itu tidak mengurangi kecantikannya sedikit pun. Dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menciumnya saat ia berdebat dengan Luna. He's so sexy!

Dan sekarang, di sinilah aku. Di sebuah cafe bersama pria yang kira-kira dua tahun lebih tua dariku yang mengaku-ngaku sebagai Kakak Marina, Davian Origa. Aku bahkan tidak tahu kalau Marina punya kakak!

"Jadi, apa maumu setelah tahu kalau yang akan menikah dengan adikmu adalah aku?" tanyaku dengan nada menantang.

Aku menyesap cappucino-ku perlahan sambil menghirup aromanya yang menenangkan. Dalam hati sebenarnya aku gugup setengah mati, pria ini terlihat seperti hakim yang sedang berhadapan dengan terdakwa.

"Aku tidak suka kau mendekati adikku, apalagi menikah dengannya," ujarnya tegas dan dingin, sama sekali tidak ada nada ramah dalam suaranya. Pandangan matanya menatap tajam ke dalam mataku, membuatku hampir tidak bisa balik menatap mata itu dengan segala intimidasi yang ia ciptakan.

"Apa kau tahu siapa aku?" sepertinya menyombongkan diri adalah cara yang bagus, mungkin saja ia akan berubah pikiran setelah mengetahui semua prestasiku.

Davian melemparkan sebuah map berwarna biru yang cukup tebal ke hadapanku tanpa berkata apa-apa. Aku menatapnya sebentar dan rasa penasaranku membuat map itu terbuka dalam sekejap.

"Ini...?" aku terbelalak. Map ini berisi data pribadiku, semua prestasi, judul film yang kubintangi, peragaan busana mana saja yang kulakoni sampai semua wanita yang aku kencani. SEMUANYA!!!

Lembaran-lembaran itu menunjukkan foto dan data dari para 'mantan pacarku' yang sebagian besar masih kuingat. Aku bahkan tidak pernah menghitung berapa puluh gadis yang terpampang di sana. Aku tidak sadar kalau aku sudah berkencan dengan wanita sebanyak ini, dan beberapa wajahnya hanya samar-samar dalam ingatanku.

"You stalker!" desisku tajam, rasanya ingin sekali aku menonjok wajah tampannya kalau saja dia bukan kakak dari gadis yang kusukai. Oh, sepertinya aku memang sudah tergila-gila padanya.

"Aku melakukannya demi adikku. Begitu Papa memberitahukan tentang perjodohan kalian, aku tidak bisa tinggal diam. Adikku terlalu lugu untuk kau permainkan, brengsek!" Davian mengatakan itu dengan ekspresi datarnya, namun itu justru membuatnya terlihat menakutkan.

"Aku hanya berkencan dengan gadis yang menyukaiku, dan itu sama sekali tanpa paksaan," elakku penuh penekanan. Dia perlu tahu bahwa semua gadis itu memang tertarik padaku. Sang Cassanova! Aku tertawa dalam hati.

"Lalu, apa kau pikir adikku juga tertarik padamu?" kata-kata Davian menghempaskanku ke dasar jurang terdalam. Kenyataan.

"Tidak," jawabku berusaha terlihat tak acuh, "Karena itu aku juga tidak akan memaksanya untuk menikah denganku."

"Bagus kalau begitu. Jauhi adikku dan jangan pernah mendekatinya lagi, biar aku yang akan berbicara pada Papa tentang pembatalan perjodohan kalian. Permisi," ucapnya meminta diri dan berjalan dengan tegap tanpa menoleh sedikit pun lagi padaku.

Oh, keren! Sekarang bertambah lagi satu orang yang akan menghalangi jalanku mendapatkan Marina. Sepertinya pernikahan kami memang tidak akan pernah terjadi.

-

Aku masih terlalu sibuk meratapi diri dalam keheningan malam di kamarku, ketika tiba-tiba ponselku menyala dan bergetar dalam kegelapan. Aku memang tidak menyalakan lampu kamarku agar aku lebih menghayati kehancuranku. Aku tidak mempedulikan panggilan dari Daddy kalau saja ponselku tidak terus-terusan berdering dan mengganggu 'ritual patah hatiku'.

"KENAPA LAMA SEKALI MENGANGKATNYA?!" hardik Daddy kesal.

Aku tidak menjawab, sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi.

"KE RUMAH SAKIT SEKARANG!!!" teriak Daddy lagi sebelum panggilan terputus.

Sebelum aku bisa bertanya, sebuah pesan masuk menampilkan alamat rumah sakit yang dimaksud oleh Daddy. Aku masih tidak mengerti kata-kata Daddy, tapi dengan perasaan bingung aku menuruti permintaannya.


TBC



Trapped in Wedding (Wedding Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang