EIGHT(Infinity)

84 16 11
                                    

How many nights does it takes to count the stars? That's the time it would take to fix my heart. Oh baby i was there for you. All i ever wanted was the truth. How many nights have you wished someone would stay? Lay awake only hoping they're okay. I never counted all of mine. If i try i know it will feel like infinity. OneDirection-Infinity.

SEBENARNYA kalau boleh jujur aku tidak mau ke rumah Luke sekarang. Aku hanya ingin menjaga jarak dengan Darcy. Bukan, bukan dia tidak asik lagi, atau tidak seseru dulu. Tapi, aku hanya merasa aneh ketika orang-orang menanyakan hubungan ku dengannya yang seperti "kekasih" tapi nyatanya bukan. Dan itu membuat Darcy sepertinya kesal ditanya seperti itu terus. Aku hanya tidak mau membuat dia kesal atau marah padaku. Aku hanya tidak yakin apa yang aku rasakan. Disamping itu, aku ingin sekali dekat dengannya. Melindungi dia,dekat dengannya,bergurau. Ingin sekali. Aku dan Darcy sudah sejak lama bersahabat tidak dipungkiri kalau aku menganggapnya kadang sebagai adikku. Ya, dulu aku pernah punya adik perempuan. Sayangnya, adik ku meninggal kecelakaan saat kami berpergian liburan bersama. Aku,Ibu,Ayah dan Mali selamat tapi tidak dengan adik ku, Bianca. Waktu ia meninggal aku masih berumur 10 tahun dan dia 8 tahun. Aku sangat menyayanginya, tapi sayang saat itu ia meninggal ditempat dan tak tertolong lagi. Saat itu aku menangis sejadi-jadinya. Aku kecewa karena tidak bisa menjaga adikku sendiri. Tapi, saat itu lah Darcy datang dan menemaniku. Aku yang sangat merindukan adikku akhirnya menganggap dia seperti malaikat disaat aku membutuhkan orang yang sangat aku sayangi. Maka dari itu aku menyayanginya. Sangat.

***

Aku tiba di rumah Luke selepas pulang sekolah tadi. Kita maksudku Aku dan Calum diantar Luke dengan mobilnya untuk kerumahnya. Rumah Luke cukup besar untuk dihuni keluarganya. Bergaya ala vintage. Mobil Luke sudah terparkir di garasi. Dan kami mulai memasuki rumahnya.
"Woahh Luke, is it your house? Reallyyy Luke, this is soo fucking amazing." Kata Calum yang sedari tadi melihat rumah Luke tidak henti-hentinya.

"Yes, bro! Aku merasa ini terlalu besar. You know, aku tidak terlalu suka rumah yang besar tapi penghuni nya sedikit." Kata Luke membuka pintu rumahnya.

Masih tercium aroma cat diruangan ini. Ruang tamu Luke belum terlalu banyak diisi barang. Mungkin masih baru.
"Kalian tunggu sini ya. Aku akan mengambil minuman untuk kalian."
Lalu dengan suasana yang canggung aku duduk disofa dengan Calum.

Dia seperti menjaga jarak dengan ku. Mungkin dia marah atas kejadian tadi disekolah? Oh, ayolah maksudku aku hanya sebal hubungan ini seperti.. Sepertii...
"Heii" Kata Calum mengagetkanku.

Digantung. Shit.

"Apa?" Jawabku spontan.

"Aku hanya minta maaf atas kejadian tadi."

"Oh, ... Tidak aku yang salah tadi aku sedikit membentakmu. Aku juga minta maaf." Aku sedikit tersenyum diakhir kalimat.

"Oh yeah. Hmm... Nanti hari minggu kau ada acara?"

Yang benar saja, Calum jarang-jarang menanyakan jadwalku. Ada apa ini?

"Hmm, seperti biasa. netflix and chill. Hahaha"

"Oh, iya typical Darcy. Hahaha. Hmm bagaimana kalau kita pergi?"

"Kemana?"

"Nanti kau tahu. Ini sedikit surprise."

Apa aku bermimpi? Ini bukan seperti Calum yang kukenal kemarin. Dia tampak seperti dewasa dan... Tampan? Oh tidak dia selalu tampan sampai kapanpun. Stop it.

"Okay, whatever. Tapi, kau tidak membawaku ketempat yang macam-macam 'kan?" Bodoh kenapa kau menanyakan hal seperti ini Darcy.

Dimana Luke? Lama sekali dia, Bodoh.
Calum tersenyum miring,

"Kau ingin aku bawa kemana memang, ha?"

Dia mendekatiku perlahan refleks aku memundurkan badanku. Oh please Luke kau dimana tolong aku. Perlahan Calum semakin mendekat sampai batang hidungnya menyentuh hidungku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Alis tebal nya yang aku kagumi,mata cokelatnya yang sering membuatku meleleh. Sekarang ada tepat di depan mataku. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan? Jujur aku senang, tapi aku takut ya Tuhan. Bukan ini yang aku inginkan. Aku hanya memejamkan mata,tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
Lima detik.
En- sebentar seperti ada suara langkah.

"Gu- oh fuck. What are you doing, guys? Make out? Kissing?"

Seketika suara Luke langsung muncul dan Calum terlihat salah tingkah. Bagus Calum kau membuat aku beribu-ribu kali lipat malu dirumah seseorang.

"Aku- aku tadi hanya ada .. Ada sesuatu .. Sesuatu dimata-"

"You two guys must dating!"

"Are you kidding,Luke?!" Walau dihatiku sedikit senang dengan pernyataan Luke setidaknya dia mewakili perasaan ku. Tapi, tetap saja aku malu atas apa yang telah terjadi tadi. Ya,aku akui aku malu-malu kucing. Diantara senang dan tidak.

"No! I'm not kidding,Darcy Collins. And you Calum Thomas Hood. You should try to dating with Darcy. Maksudku kalian hanya malu saja. Benar bukan? Aku akan merencanakan nanti kapan kalian kencan. Kelihatannya tidak buruk."

Luke, demi apa pun kau adalah manusia paling sok tahu yang pernah kutemui.

"Sebenarnya minggu ini aku akan pergi dengan Darcy. Jadi kau tidak usah merencanakan apa-apa lagi,Luke."

Calum tersenyum kearahku. Bukan tersenyum ramah. Arti senyuman itu seperti menggodaku.

"Cal! Kau kenapa sih?"

"Woah, see? Kalian akan jalan berdua? Kapan?"

"Tepatnya hari minggu besok." Calum menjawab dengan tegas.

"Okay, step one : getting closer." Luke berkata dengan senang layaknya cupid yang siap memanahkan hati kami.
Ups.
Jadi, aku pakai baju apa nanti ?














AUTHOR's NOTE:
HI balik lagi dengan cerita ini. Sorry ya kalo absurd. Tapi, PLEASE VOMENTS. VOTE AND COMMENTS GUYS. Penulis akan sangat senang kalo diapresiasi sm pembacanya. Oh iya any request for mulmed nanti? Atau req buat kutipan lirik apa yang kalian mau? Silahkan comment ya. THANKS. 😊😊 have a good day. Baybay.

With love,
xxonmymindxx
14/12/2015.

WE (c.h)Where stories live. Discover now