FIFTEEN(Beside You)

45 8 2
                                    

"Hallo?" Terdengar suara disebrang sana saat ku telpon Mali.

"Ya, Mali. Ini aku Darcy,"

"Oh, ya tentu. Apa kabarmu? Kita sudah lama tidak berjumpa."

"Hmm, iya aku kemarin sempat ke rumah hanya saja tidak bertemu denganmu,"

"Oh ya? Sayang sekali, ada apa kau menelponku?"

"Aku hanya ingin menanyakan bagaimana keadaan Calum ? Ia tidak membalas pesanku. Kemarin ia juga tak masuk ke sekolah, apa ia sedang sakit?"

"Oh, soal Calum. Dia, dia.., dia sedang.., sedang tidak enak badan. Handphonenya rusak dan masih sedang diperbaiki. Kau jangan khawatirkan, okay?"

Entah kenapa aku merasa ganjil dengan apa yang dibicarakan oleh Mali. Tapi, ini justru membuatku sedikit lega.

"Baiklah, aku harap ia baik-baik saja. Dan segera sembuh. Hmm, Mali?"

"Y-ya? Kenapa?"

"Boleh aku menjenguk Calum?"

"Hmm, bagaimana ya? Calum masih membutuhkan istirahat yang cukup. Aku rasa sebaiknya nanti pasti kalian akan bertemu. Tenang saja. Calum akan aman."

"Ya, kau benar, terima kasih Mali, sampai jumpa."

"See ya,"

Jadi Calum sakit? Handphonenya rusak? Tapi, kenapa ia tidak mengabariku lewat telpon rumah, atau handphone Mali? Batinku.

Aku tidak ingin memusingkan hal yang akan membuatku bingung. Semoga saja besok Calum segera masuk ke sekolah dan berkumpul lagi denganku. Tidak lama kemudian ada private number yang menghubungiku.

Siapa ini? Batinku.

Aku berpikir siapa tahu ini penting. Atau tentang tugas kelompok disekolah.

"Hallo?"

"..."

"Hello??"

"..."

"Heyy?? Hellooo? Can you hear me?"

"..."

"Kalau kau tidak menjawabnya aku akan tutup."

"..."

"Oke akan ku tutup,"

"Wait,"

"Siapa kau?"

"..."

"Ku tanya kau siapa? Apa kau punya kelainan pada gendang telingamu?"

"Aku, ak-"

"What the hell, kau siapa?"

"Hey, yaaa whatss upp babyyy. Ini aku Luke Hemminggsssss lukey pukeyy mu. Hahahahaha,"

"Oh, lucu sekali kau Luke." Setelah aku mengucapkan kalimat itu aku langsung menutup telponku. Tidak peduli jika si Hemmings itu akan marah atau tidak. Hey bukankah harusnya aku yang marah karena ulahnya? Menyebalkan sekali si Luke. Sok misterius.

***

Aku mencari meja yang kosong untuk ku duduki. Ah, disana ada Michael dan Ashton. Kali ini ku lihat Michael mengganti warna rambutnya menjadi biru. Dan sedikit menggunting rambutnya? Dia tampak keren seperti itu. Di meja kantin ini sudah penuh oleh anak-anak yang makan siang. Satu-satunya yang ku kenal hanya Michael dan Ashton. Entah kemana Luke aku tidak peduli. Lalu, langkah kakiku membawaku menuju tempat Michael dan Ashton berada. Sepertinya ini tempat biasa mereka duduk. Letaknya berada di sudut pojokan.

"Hmm, excuse me?" Sebenarnya aku gugup. Tapi, aku sangat lapar.

"Hey, Darcy," terlihat lesung pipi Ashton yang bisa meluluhkan hati para wanita siapapun.

"Hey," Disusul oleh sapaan Michael yang menghangatkan.

"Jadi, boleh aku duduk disini? Meja disini sudah penuh. Dan aku tidak mengenal atau dekat dengan siapapun,"

"Tentu saja, kau kan teman kami. Duduklah." Ashton yang bersuara kali ini.

Aku pun duduk dimeja mereka. Aku menaruh tas ku ke sebelah yang kosong di bangku panjang ini.

"Hey, dimana temanmu satu lagi? Yang alisnya tebal itu." Ucap Michael.

"Oh, ia sedang sakit. Jadi tidak masuk."

"Hmm, kau tidak menjenguknya?" Ucap Ashton.

"Aku ingin menjenguknya, tapi kakaknya bilang ia butuh istirahat cukup."

"Oh, begitu,"

Terjadi keheningan. Lalu aku langsung menyantap makanan yang kubawa tadi. Dan memakannya. Michael hanya memakan kentang. Sedangkan Ashton sedang sibuk membaca buku yang tidak ku ketahui. Tapi, kelihatannya seperti buku biografi.

"Kau dan Calum sudah berapa lama berteman?" Ucap Michael sambil memasukkan kentangnya.

"Aku tidak menghitung. Tapi, yang ku tahu sejak masih kecil kami sudah berteman." Aku memasukkan salad yang tadi ku bawa.

"Lalu, kau tidak mempunyai perasaan lebih kepadanya? I mean, persahabatan antara wanita dan pria itu jarang sekali," ucap Ashton sambil menutup buku yang sedari tadi ia baca.

Okay, jadi ini apa? Aku terjebak dengan pertanyaan yang selalu inginku hindari.

"Tidak, kami tidak melibatkan perasaan  apapun,"

Michael sedikit menyipitkan matanya saat aku telah selesai mengatakan kalimat itu.

"Kau, yakin? Hm? Biasanya wanita akan lebih perasa pada suatu hubungan, entah sahabat atau.."

"Aku sudah selesai makan, baiklah, sampai jumpa. Nanti aku akan cerita lebih banyak lagi. Bye Mike, Ash!" Aku mulai beranjak dari meja panas ini. Aku tidak tahan dengan semua pertanyaan yang mereka ajukan untukku. Aku tidak siap.

"Hati-hati, Darcy!" Ucap Ashton sambil melambaikan tangannya.

"Dasar, perempuan. Aku yakin Ash, dia kelihatannya menyukai Calum. Kau berani taruhan denganku?" Kata Michael sambil memandangi punggung Darcy yang lambat laun akan hilang.

"Kita lihat saja, Mike." Ashton hanya mengedikkan bahunya. Tanda kalau ia tidak terlalu peduli akan hal itu. Ia kembali membaca bukunya yang tadi sempat ia tutup.

Darcy,16 tahun, Sahabat Calum, Tahu semua tentang Calum, Berteman baik dengan Luke Hemmings anak pindahan baru. Sebenarnya siapa itu Darcy? Batin Ashton.





Iya tau kok tau makin lama makin gaje. Gua aja makin ga ngerti, lol.
Tapi, tetep dong voments aja ya. ;)
Thankyou,
xxonmymindxx.

P.s. : happy valentines day, mblo. 💖

14/02/2015.

WE (c.h)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora