I want to breathe you in like your vapour.
I want to be the one you remember.
I want to feel your love like the weather.
All over me.AKU bahkan tak pernah tahu, perjalanan kita akan sepanjang ini. Tak pernah tahu kapan kau akan meninggalkanku. Aku masih mencarimu. Masih membutuhkanmu. Tak peduli sejauh apapun kau berada. Aku masih menunggumu.
Calum selalu menjadi misterius bagiku. Ia tak pernah membagikan masalahnya, atau sekadar hanya bercerita masalahnya padaku untuk meminta solusi. Terkadang, aku hanya ingin menjadi sandarannya ketika ia memiliki masalah dalam hidupnya. Aku hanya ingin ia tahu, bahwa aku adalah orang yang selalu ada disampingnya. Tapi, nyatanya ia tak menganggapku seperti itu.
Aku tak tahu apa perasaan yang ia rasakan terhadapku. Sudah seminggu selang kepergian Calum. Rasa khawatir itu terus menghantuiku. Tidurku pun tak nyenyak. Tak hanya itu, aku bahkan sering bermimpi buruk akhir-akhir ini. Jika, Calum tak pergi seperti ini. Mungkin aku tak sepusing, sekhawatir, atau stress seperti sekarang ini.
Senyumnya yang setiap kali kulihat. Tak pernah pudar dalam pikiranku. Bahkan, hal-hal kecil yang dulu kuanggap biasa. Sekarang, aku merindukannya. Mungkin, memang benar kata orang-orang. Jika, kau merindukannya akan lebih menyakitkan dan mudah mengingat bahkan pada hal yang sepele.
Dan aku berada disini, dengan sejuta rasa bingung yang menggerubungiku. Rasa tak wajar yang kurasakan. Aku hanya ingin menemukannya. Dan membawanya kembali. Bersamaku. Jika, kita tak bersama secara hubungan kekasih. Aku, menerimanya. Tak apa begini saja. Ketimbang aku harus melihatnya jauh dari jangkauanku.
Author's POV.
Darcy, masih duduk termenung pada lembaran kertas kosong ujiannya. Padahal, ini adalah ulangan Matematika. Yang berarti, akan sangat penting untuk nilainya kedepan. Tapi, siapa peduli? Sekarang, Darcy malah mencorat-coret tak jelas di lembaran kertasnya. Bukan, bukan soal angka yang ia coret. Tapi, ada sebuah nama yang membuatnya akhir-akhir ini menjadi orang yang ling-lung. Orang yang tak bergairah, tak bersemangat. Lalu, seseorang sedikit membisikkan namanya. Teman sebangkunya, Luke Hemmings."Hey, sst! Darcy!" Panggil Luke dengan masih berbisik.
Darcy tahu itu adalah temannya. Maka, ia tak menolehkan kepalanya. Sengaja, ia malah tidur di mejanya sekarang.
Luke yang sedari tadi susah-susah membisikkan namanya, sekarang merasa kesal. Maksud, dari ia memanggil namanya ialah tak lain untuk meminta jawaban pada Darcy. Akan tetapi, anak itu malah sengaja tidur dikelas.
***
"Hey! Darcy!" Panggil Luke kali ini dengan berteriak.
Darcy segera menoleh dengan cepat, ini mengingatkannya pada Calum yang meneriakkan namanya saat dikantin. Lihat? Bahkan hal sekecil itu saja Darcy ingat.
Dengan memasang wajah malas dan lesu, ia menjawab dengan pelan.
"Apalagi Luke?" Kata Darcy dengan tidak semangatnya.
"Aku memanggilmu saat ujian tadi," kata Luke dengan sedikit raut wajah kesal.
"Oh ya? Aku tak mendengarnya, Luke. Maaf." Kata Darcy tak berminat.
Langkah Darcy lebih cepat nyatanya daripada kaki panjang seorang Luke Hemmings. Tapi, ini bukan bandingannya. Sekarang, Luke menyusul dengan cepat langkah Darcy itu.
"Hey, Darcy! Tunggu!" Teriak Luke.
Darcy masih tak menoleh pada temannya itu.
"Kau... masih memikirkannya?" Ucap Luke dengan hati-hati mencoba mensejajarkan langkahnya.
Darcy sedikit menoleh dan tertawa sumbang. Tak ada kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Ia juga hanya diam saja tidak menjawabnya. Hanya, muka muram yang selalu ditunjukkannya akhir-akhir ini. Luke pun sedikit khawatir jika, sahabatnya itu akan mengalami stress yang berlebihan. Ia tahu, ini semua karena dia.
"Kau ingin makan dikantin, Darcy?" Ucap Luke.
"Tidak, terima kasih. Aku ke perpustakaan." Ucap Darcy dengan berbelok pada lorong yang akan mengantarkannya pada ruangan perpustakaan itu.
Luke juga mengikuti langkahnya dengan Darcy. Gadis itu kini mengalami perubahan yang drastis. Mungkin, tidak terlalu. Tapi, Luke sebagai sahabatnya ia seakan tahu perubahan itu adalah perubahan yang besar pada Darcy. Bukan, hanya soal fisik. Tingkah laku, sifatnya yang dahulu ceria, pemalu jika bertemu Calum, mengoceh saat Luke melakukan kesalahan, seakan tak ada lagi di dirinya sekarang. Bahkan, lelucon sekalipun.
"Kau mau ke perpustakaan, Luke?" Tanya Darcy saat tanpa sadar Luke sudah berdiri di depan pintu perpustakaan.
"Ha? Oh,oh, ya tentu. Aku.. aku ingin pinjam buku.. buku apa ya?" Ia mengoceh pada dirinya sendiri.
Darcy yang melihat tingkah sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya. Lalu, ia bergegas masuk ke dalam.
"Kau mau pinjam buku apa?" Tanya Luke pada Darcy yang sudah berada di rak buku yang berisikan buku-buku sejarah.
"Pinjam? Aku tak meminjam Luke. Hanya membacanya." Kata Darcy sambil memilah-milah mana yang akan ia baca nanti.
"Sejarah? Kau yakin?"
"Mengapa tidak?"
"Tidak apa-apa. Aku mau ke rak buku resep makanan, dah," kata Luke dengan riangnya.
Jemarinya masih mencoba menyentuh sampingan buku-buku tersebut. Ia tak tahu mengapa ia memilih tempat perpustakaan sebagai destinasinya saat ini. Air matanya, perlahan tak lama menurun kembali. Tak tahu apa yang sedang dipikirannya. Lama-kelamaan air mata itu semakin deras. Tak dapat dibendung lagi. Ia menangis. Menangis tertahankan. Rasanya, ia sangat sakit.
Dadanya terasa sakit, saat ia menangis. Sesuatu yang tak wajar memang. Saat orang lain merasa lega, Darcy malah menahan sakit di dadanya. Ia tak tahu lagi apa yang ditangiskannya. Ingin sekali ia berteriak dalam perpustakaan ini. Segera ia pergi berlari keluar dan meninggalkan Luke yang tengah membaca di perpustakaan.
***
Gadis itu masih menangis di atap sekolah. Ia dan Calum memang sering kesini. Terlalu banyak kenangan bersama Calum, membuatnya menjadi sakit.
Ia menangis sejadi-jadinya. Bahkan, ia tak sungkan untuk berteriak. Ia merasa lega untuk kali ini. Ia bisa berteriak sepuasnya. Dan berakhir dengan perasaan lega.
"Aku tak tahu apa kesalahanku, tapi, mengapa kau selalu seperti ini." Gumamnya pada diri sendiri sambil sesegukan.
"Aku benar-benar tak tahu!! Brengsek apa yang kau lakukan?!?!?!" Teriaknya kesal. Tangis dan teriakan dari Darcy seakan tak terdengar oleh orang sekitar karna jaraknya yang jauh.
Tapi, ada seseorang disana yang mendengarnya dan melihatnya bersedih.
UDAH LAMA GA UPDATE. IYA TAU. TAUUUUUU BANGET.
KALI INI UPDATE KAN. HEHEHE.
GUE KANGEN NIH STORY MAKANYA DILANJUTIN. :( trus liat, sayang juga ya ga dilanjutin udh sejauh ini ceritanya hehhe.Oh iya, gue masih mau banyak edit nih cerita. So, keep vomments ya! ;)
ilavayou, guys.
ESTÁS LEYENDO
WE (c.h)
FanficKetika Darcy Collins memendam rasa kepada seorang Calum Hood yang periang namun, tertutup dalam sesuatu hal yang tidak diketahui Darcy. Semakin lama rasa yang terpendam itu semakin bertumbuh, selama itu juga Calum semakin menjauh. Apa penyebabnya? B...