You'll see me in hindsight.
Tangled up with you all night.
Burning it down.
Someday when you leave me.
I bet these memories.
Follow you around.AKU telah menelusuri jalannya selama 20 menit bersama Mali. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku atau Mali. Hanya hentakan kaki yang terdengar sedari tadi. Aku hanya mengekori Mali. Dia berjalan dengan begitu cepatnya. Seakan-akan diburu oleh sesuatu yang berbahaya. Aku tak tahu pasti apa yang terjadi di keluarga Hood. Mali tampak sangat lesu dengan kantung matanya yang terlihat menghitam disekitarnya. Rambutnya juga tidak terlalu diurus tak seperti biasanya yang rapih dan lurus. Aku masih berjalan mengikuti derap langkah kaki Mali yang tergolong cepat. Tunggu, sepertinya ini akan berjalan menuju rumah keluarga Hood. Ketika aku berjalan sambil memperhatikan tingkah Mali yang aneh, ia menolehkan kepalanya menatapku. Aku terdiam, dia juga terdiam. Mulutnya akan membuka suara. Ku lihat bibirnya sedikit ada bercak darah disana. Aku mengernyitkan dahiku. Pertanda bingung akan semua ini. Lalu, ia membuka suara. Ini pertama kalinya ia bersuara lagi sejak membawaku pergi dari tempat tadi.
"Darcy?" Panggilnya yang membuyarkan lamunanku.
"Ya? Kenapa?"
"Apa kau tidak apa-apa?" Matanya masih memancarkan kekhawatiran. Aku lebih khawatir dengan penampilannya sekarang terlihat buruk. Ini pertama kalinya aku melihat ia lagi setelah sekian lama tidak melihatnya.
"Ya, tentu. Lanjutkan saja perjalanannya,"
"Kita akan pergi ke rumahku. Aku harap kau mempersiapkan dirimu," lalu ia menutup kepalanya lagi dengan tudung jaket dan berjalan cepat lagi seperti tadi.
Dia berkata mempersiapkan? Tapi, untuk apa? Apa akan ada Calum disana? Apa akan ada kejutan Calum disana dengan membawaku bunga? Yang benar saja Darcy. Wake up, Darling. Kau tidak sedang bermimpi. Berhentilah berangan-angan. Entahlah, aku merasa ini seperti penjebakan. Aku mencari seseorang, lalu sanak saudara dari seseorang yang kucari menghamipirku dan memintaku untuk mempersiapkan diriku. Aku frustasi dengan semua masalah ini. Banyak sekali pertanyaan yang ingin kuajukan pada Mali. Kuurungkan niatku saat melihatnya seperti ini. Aku harap bukan sesuatu masalah yang besar.
Kami telah sampai dirumah keluarga Hood. Entah mengapa jantungku seketika berdegup kencang. Mencoba berpikir jernih dan tak mau memusingkan hal yang kucari. Hasilnya, malah sekarang aku menjadi ragu untuk masuk ke dalam rumah tersebut. Aku tak tahu, apa yang akan terjadi. Tapi, perasaanku tak enak. Mali membuka pintu dan aku mengikutinya masuk. Aku memasuki perkarangannya. Ibunya tak terlihat, mungkin sedang berada di dalam.
Jantungku berdegup dengan tak karuan. Mali mulai membuka pintu yang akan menuju ruang tamu. Dia mempersilahkan diriku memasuki rumahnya. Rumah ini masih terlihat baik-baik saja. Tak ada kejanggalan apapun.
"Duduklah, Darcy." Suruh Mali ketika ia selesai membuka jaketnya. Ia terlihat menghela napas.
Aku menuruti perintah Mali. Lalu, aku duduk disofa dengan hati-hati. Aku tak yakin Calum berada disini. Ia pasti berada ditempat lain yang tak kuketahui. Karna sejak tadi aku tak melihat sepatunya, maupun sandal yang ia pakai dirumah. Mali mempersilahkan aku meminum terlebih dahulu. Sementara, ia pergi keatas meninggalkanku diruang tamu. Aku masih menelusuri disekitar ruangan ini. Menebak dalam pikiranku. Aku tak tahu permainan apa yang dimainkan oleh Calum sekarang. Aku merasa seperti boneka hilang yang mencari tuannya dengan kesusahan. Aku masih terduduk dengan diam dan termenung. Memandangi meja dihadapanku dengan kosong. Aku tak mau terlarut dengan masalah ini. Banyak yang harus kuselesaikan, bukan hanya masalah kehilangan Calum. Tapi, dengan tugasku yang menumpuk, pelajaran yang selama ini aku abaikan karena tidak fokus terhadap guru didepan kelas, masih banyak hal yang kuurus selain masalah Calum. Toh, Calum sendiri tak mau membalas pesanku, atau sekedar menelponku. Aku merasa kecewa dengannya.
Mali menuruni anak tangga dengan hati-hati. Aku sedikit menengok keatas saat ia membawa barang kecil ditangannya. Itu seperti sebuah kumpulan kertas dan ponsel Calum? Benar, dugaanku bahwa Calum tidak disini. Ia menghampiriku yang masih menatapnya bingung. Lalu, ia duduk kembali disofa dan meletakkan barang itu dimeja sekarang.
"Jadi, aku ingin berterus terang. Dengar, aku tak tahu kemana perginya bocah sialan itu. Aku berbohong jika sewaktu kau menelpon itu ia sedang sakit. Kau tahu yang kumaksud siapa 'kan?" Ia sedikit menaikkan alisnya.
"Ca-calum?" Tanyaku tak yakin.
"Benar, si bocah sialan itu. Aku tak tahu bagaimana ia bisa pergi dari rumah. Dan kau lihat, ini barang yang ia tinggalkan. Soal kertas, aku menemukannya disela-sela meja belajarnya. Aku tak tahu apa maksud dari kata-kata itu. Tapi, aku yakin kau pasti tahu karena, kau dekat dengannya. Dan satu-satunya tujuanku menemuimu adalah untuk membantuku menyelesaikan masalah ini," Mali terlihat lelah dengan ucapannya.
Aku sedikit tidak yakin tentang Calum. Memang, aku dengannya dekat. Tapi, untuk masalah pribadi sepertinya Calum orang yang tertutup akan segala hal. Jadi, aku tak yakin bahwa aku mengetahui semua hal tentangnya. Itulah kerumitan yang selama ini aku alami. Disatu sisi Calum bisa menjadi sangat manis dan humoris. Dan disatu sisi lainnya ia bisa menjadi pribadi yang diam, tertutup, tak mau diganggu, misterius.
Aku sedikit menghela napas, "Aku tak yakin, aku mengenal Calum lebih dalam. Tapi, aku akan berusaha untuk membantumu menemukan adikmu sekaligus sahabatku."
Mali menganggukan kepalanya pertanda ia setuju dengan ucapanku barusan. Masalah ini sudah terlibat denganku. Dan aku harus menemukannya. Bagaimanapun ia pernah menemaniku dalam keadaan susah, senang, sedih dan bahagia. Jadi, aku akan mencarinya jika ia memang memiliki masalah yang tak bisa ia hadapi. Aku yakin ia akan kembali.
GUYSGUYS OH MY... UDAH SEBULAN GUE GA UPDATE. MAAF YAAA SOALNYA YA GTU ADA MASALAH WRITERS BLOCK, SIBUK (?) hehehehehe tenang gue udh update lagiii kok..
Btw, NEW STORY "VENTANA" (l.h) masih baru guys! Jadi, butuh vomments kalian. :-)
Makasih sudah setia menunggu (?)
Aku cinta kelen smwa :-)Ps. Sorry kalo kependekan karena memang sengaja digantung. ;-)
YOU ARE READING
WE (c.h)
FanfictionKetika Darcy Collins memendam rasa kepada seorang Calum Hood yang periang namun, tertutup dalam sesuatu hal yang tidak diketahui Darcy. Semakin lama rasa yang terpendam itu semakin bertumbuh, selama itu juga Calum semakin menjauh. Apa penyebabnya? B...